Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 06 July 2019

Masnawi Jalaluddin Rumi: Dialog Malaikat Maut dengan Nabi Sulaiman


islamindonesia.id – Masnawi Jalaluddin Rumi: Dialog Malaikat Maut dengan Nabi Sulaiman

Suatu waktu, Nabi Sulaiman AS, ketika sedang berkumpul dengan para pengurus istananya yang megah, tiba-tiba kedatangan seorang pria bangsawan yang lari menerobos kerumuman mereka. Pria itu lalu menangis histeris , wajahnya pucat karena ketakutan, dan bibirnya membiru.

Nabi Sulaiman yang melihat orang tersebut lalu berkata, “Sahabat, ada apa denganmu?”

“Adalah Izrail, dia menatapku! Pandangannya menunjukkan kemurkaan yang tidak akan bisa dihadapi oleh siapapun!” ujar pria bangsawan tersebut masih dengan ketakutan.

Nabi Sulaiman lalu berkata, “Baiklah, mintalah apapun yang kau mau.”

Pria itu termenung untuk beberapa saat, “Ayo, minta saja,” lanjut Nabi Sulaiman.

Dia lalu memohon dengan sangat kepada Nabi Sulaiman, “Tolong perintahkan kepada angin untuk menerbangkanku ke India dengan hembusan napasnya. Sehingga di sana, mungkin aku dapat lolos dari kematianku.”

Manusia akan lari dari apa yang akan merugikannya, hanya untuk ditelan oleh keserakahan dan harapannya. Kengeriannya didorong oleh rasa takut akan kehilangan, pelariannya ke India merupakan wujud dari keserakahnnya.

Meski demikian, Nabi Sulaiman mewujudkan keinginan pria tersebut, “Angin, bawalah orang ini ke selatan, menuju ke India.” Sang angin lalu menuruti perintah Nabi Sulaiman dan membawa pergi pria yang ketakutan itu.

Keesokan harinya, tepat pada jam yang sama, Nabi Sulaiman bertanya kepada Izrail, “Wahai Malaikat Maut, apakah engkau yang membuat orang baik itu pergi meninggalkan rumah dan keluarganya? Katakanlah, sebenarnya apa rencanamu?”

Dia menjawab, “Engkau tahu aku tidak pernah berbohong. Aku hanya keheranan melihatnya lari ketakutan, karena Allah SWT telah mengatakan bahwa hari ini dia akan mati, tidak di sini, melainkan di ujung India. Bahkan dengan sayap yang membawanya ke angkasa, aku pikir dia terlalu jauh untuk mati di sana!”

Semua urusan di dunia direncanakan dengan cara ini, bukalah matamu untuk melihat dengan sejelas-jelasnya bagaikan pada siang hari! Dari siapa kita melarikan diri? Diri kita sendiri? Mustahil! Untuk melarikan diri dari Allah? Itu benar-benar menggelikan!

Catatan:

Tulisan ini diadaptasikan dari buku karya Jalal al-Din Rumi, Masnavi (Oxford University Press: New York, 2004), hlm 61-62.

PH/IslamIndonesia/Foto Fitur: Lukisan karya Simeon Solomon “The Angel of Death” (1895)/Leicester Galleries

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *