Satu Islam Untuk Semua

Friday, 27 December 2013

Kisah Sufi: Anak yang Aneh


Anak yang Berbeda

Sejak kecil, aku anak yang dianggap aneh dan berbeda. Aku tahu tak seorang pun memahamiku, bahkan ayahku sekalipun. Suatu kali dia berkata, “Kamu bukanlah orang gila yang pantas dikirim ke rumah sakit jiwa, kamu pun bukan pendeta yang harus kukirim ke kuil. Aku sungguh tak tahu kamu ini apa.” Jawabku, “Tahukah Ayahanda, aku bisa memberi tahu Ayahanda bagaimana rasanya. Suatu kali, sebutir telur bebek diletakkan di bawah pengeraman seekor ayam betina agar menetas. Saat telur itu menetas, anak bebek itu selalu bersama-sama dengan si induk ayam, sampai suatu saat mereka tiba di tepi sebuah kolam. Si anak bebek langsung meluncur berenang dan menyelam dengan gembira. Namun si induk ayam tetap tinggal di tepi kolam sambil berkokok.” “Kini, Ayahanda, setelah menemukan samudra, aku berpendapat, di sanalah rumahku. Jika Ayahanda memilih untuk tetap tinggal di tepian pantai, apakah itu salahku? Tentu bukan aku yang salah, bukan?” (Sumber: Kisah-Kisah Sufi Idries Shah)   Catatan Redaksi: Kisah yang konon diceritakan Syamsi Tabriz (Guru Jalaluddin Rumi) ini kemungkinan besar terkait dengan kapasitas dan kemauan seseorang dalam menempuh perjalanan spiritual, hikmahnya barangkali dapat juga kita petik terkait dengan pendidikan anak. Ada kalanya, orangtua menginginkan anak-anaknya berbuat sesuai dengan nilai-nilai yang dipahaminya, sementara anak menghadapi zaman yang berbeda. Sebagaimana pesan Khalil Gibran dalam salah satu syairnya, “jiwa mereka adalah penghuni rumah-rumah masa depan, yang tak mungkin kau kunjungi bahkan dalam mimpi.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *