Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 22 November 2015

KISAH – Merasa Paling Layak Masuk Surga


Suatu ketika, seorang yang dikenal saleh melihat Nabi Musa berjalan menuju Bukit Sinai. Mengetahui bahwa Musa ingin bertemu Tuhannya, orang saleh itu mendatangi utusan Tuhan itu dan berkata, “Wahai kalimullah, seumur hidup saya telah berusaha untuk menjadi orang baik. Saya melakukan shalat, puasa, dan segala yang diwajibkan dalam agama. Untuk itu, saya banyak menanggung derita. Namun itu tidak menjadi masalah bagi saya, saya hanya ingin memastikan apa yang Tuhan persiapkan untukku di hari kebangkitan kelak. Tolong tanyakan pada-Nya”

“Baik,” kata Nabi Musa. Lalu nabi pembawa risalah Taurat ini melanjutkan perjalanannya hingga bertemu seorang pemabuk di pinggir jalan.

“Mau ke mana?” tanya pemabuk itu. Belum sempat Nabi Musa menjawab, pemabuk itu berkata, “tolong tanyakan pada Tuhan tentang nasibku. Saya ini peminum yang berlumur dosa. Tidak pernah shalat, puasa dan berbuat amal saleh lainnya. Tanyakan padaNya, apa yang telah dipersiapkan untukku”

Nabi Musa menyanggupi dan menyampaikan pesannya pada Tuhan. Setelah kembali dari Bukit Sinai, Nabi Musa bertemu pertama kali pada orang saleh. Kepadanya Nabi Musa menyampaikan jawaban Tuhan, “bagimu pahala yang besar dan surga”.

“Saya memang sudah menduganya,” kata orang saleh itu sebelum pergi meninggalkan Nabi Musa. Tidak lama kemudian, Nabi Musa bertemu sang pemabuk yang sedang duduk menanti. Kepadanya Nabi Musa berkata, “Tuhan telah mempersiapkanmu tempat yang paling buruk”.

Mendengar jawaban utusan Tuhan itu, pemabuk itu melonjak dari duduknya dengan wajah berseri-seri dan seketika rasa bahagianya meledak dengan haru dan gembira. Musa heran dengan sikap pemabuk itu yang menanggapi apa yang disiapkan Tuhan untuknya dengan gembira.

“Alhamdulillah. Saya tidak peduli tempat mana yang Tuhan persiapkan untukku. Bagiku yang berlumur dengan dosa ini, sangat senang karena Tuhan masih mengingatku. Ketika semua orang tidak mengenaliku, saya yang hina ini masih dikenal Tuhan!” ungkap pemabuk itu dengan penuh kebahagiaan yang tulus.

Nasib keduanya pun akhirnya berubah di Lauhul Mahfudz. Orang saleh itu bertukar tempat dengan pemabuk. Orang saleh menempati Neraka, dan si pemabuk menempati surga. Karena takjub, Nabi Musa bertanya pada Tuhannya dan dijawab, “orang yang pertama, dengan segala amal salehnya, tidak layak mendapat anugerahKu. Karena anugerahKu tidak dapat dibeli dengan amal saleh. Orang kedua membuatKu senang, karena apapun yang Aku berikan padanya ia senang. Kesenangannya pada pemberianKu menyebabkan Aku senang kepadanya”

 

Edy/ RA/ Islam Indonesia

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *