Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 07 May 2015

KISAH–Lika-liku Ungkapan Cinta


Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari ke arah sekoci untuk menyelamatkan diri. Sesampainya di sana, mereka menyadari hanya tersisa tempat untuk satu orang saja. Sang suami segera melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat. Sang istri cuma bisa menatap sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum sekoci itu menjauh dan kapal itu benar-benar menenggelamkannya.

Guru yang menceritakan kisah ini bertanya kepada murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?” Sebagian besar murid-murid itu menjawab, “Aku benci kamu!” “Kamu biarkan aku tenggelam di sini!!” “Kamu memang egois!” “Kamu brengsek dan tidak tahu balas budi!” dan berbagai jawaban serupa lain.

Tapi guru kemudian menyadari ada seorang murid yang terdiam. Guru meminta murid yang diam itu menjawab.  Kata si murid, “Guru, saya yakin si istri itu pasti berteriak, ‘Tolong jaga anak kita baik-baik ya, Sayang.’” Guru itu terkejut dan bertanya, “Apakah kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?” Murid itu menggeleng. “Belum. Tapi itu yang dikatakan oleh Mama sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.” Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, “Jawaban ini benar!”

Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian.

Bertahun-tahun kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya. Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya  naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui kalau sang ibu menderita penyakit kronis dan akan segera meninggal. Karenanya, darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup.  Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana.”

Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam. Sang guru kini tahu bahwa murid-muridnya sudah menangkap moral cerita di atas. Bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini seringkali tidak sesederhana yang kita duga. Ada berbagai macam seluk-beluk dan alasan yang kadang sulit dimengerti.

Karena itulah kita sebaiknya jangan pernah melihat bagian luar dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa. Mereka yang sering membayar untuk orang lain, mungkin bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang. Mereka yang bekerja tanpa ada yang menyuruh, mungkin bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab. Mereka yang minta maaf duluan setelah bertengkar,  mungkin bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain. Mereka yang mengulurkan tangan untuk menolongmu, mungkin bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat. Mereka yang sering mengontakmu, mungkin bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hati mereka…

MH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *