Satu Islam Untuk Semua

Monday, 22 April 2019

Kisah Ibn Arabi Terima Kitab dari Nabi di Alam Mimpi


islamindonesia.id – Kisah Ibn Arabi Terima Kitab dari Nabi di Alam Mimpi

Salah satu karya terkenal dari sosok sufi Muhyuddin Ibn Arabi ialah Fushush Al Hikam. Meski demikian, Ibn Arabi mengaku judul dan isi buku itu diberikan langsung oleh Nabi Muhammad saw.

Dikutip dari pembukaan Fushush Al Hikam, peneliti tasawuf Ammar Fauzi mengatakan, perjumpaan Sang Sufi dan Sang Nabi berlangsung di alam mimpi. Pengalaman spritual itu berlangung pada hari kesepuluh Muharram 627 H.

Saat itu, Ibn Arabi berada di Kota Damaskus yang kini merupakan ibu kota Suriah. “(Perjumpaan) kira-kira terjadi sepuluh tahun sebelum Ibn Arabi wafat,” kata Ammar dalam kajian Fushush Al Hikam di Pesantren Virtual Nur Al Wala, 21 Februari.

Saat perjumpaan, Rasulullah membawa satu buku dan berkata, “Ini adalah kitab Fushush Al Hikam. Ambil dan sampaikan kepada masyarakat agar mereka dapat mengambil manfaat.”

Ibn Arabi tak punya pilihan lain kecuali menjawab, “Taat, patuh sepenuhnya kepada Allah, Rasul-Nya, dan Ulil Amri dari kami.”

Ibn Arabi menegaskan, apa yang ia tulis merupakan hasil murni talqin atau pengajaran langsung dari Rasulullah di alam mimpinya. Dia menggarisbawahi, apa yang ia tulis itu tanpa ada penambahan ataupun pengurangan dari apa yang diajarkan oleh Rasul. Karena itu, ia berupaya mengikhlaskan niat dan menetapkan tekad untuk menerbitkan kitab tersebut sebagaimana yang diminta oleh Rasulullah.

Menurut Ammar, pengalaman spritual seperti ini bukan hanya terjadi sekali dalam kehidupan Ibn Arabi. Dalam karyanya, Futuhat Al Makkiyah, misalnya, sufi kelahiran Spanyol ini mengaku apa yang ia tulis merupakan informasi dari alam gaib.

Meski demikian, Ibn Arabi segera mengklarifikasi bahwa apa yang ia terima bukanlah wahyu. Ibn Arabi menulis, “Aku bukanlah nabi dan rasul, tetapi hanya sebagai pewaris dan peladang yang menggali untuk keuntungan akhirat.”

“Jadi ini bukan wahyu. Tidak ada klaim kenabian dan kerasulan. Ia semata-mata sebagai pewaris layaknya para ulama yang disebutkan sebagai pewaris para nabi,” jelas Ammar. []

YS/Islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *