Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 18 August 2015

Kala Sahabat Merindukan Nabi


Tak usah heran bila umat Islam yang hidup jauh sepeninggal  Rasulullah saw masih memendam kerinduan yang membuncah pada sosok Sang Nabi. Sebab bahkan bagi para sahabat yang hidup semasa beliau, saat berpisah sebentar saja dengan Rasul, rindu mereka mendadak tak tertahankan. Banyak sahabat yang kerap mendatangi keluarga dan orang-orang terdekat Rasul hanya untuk menanyakan kabar beliau.

Bagi para sahabat, sekejap memandang wajah Nabi cukup untuk meluruhkan kerinduan. Bahkan kadang cukup dari jauh mereka mengintip sekelebat wajah Nabi, dan itu sudah cukup menenangkan gelisah dalam hati mereka.

Setelah Nabi wafat, tak jarang sahabat bertanya kepada Bilal, Siti Aisyah, istri beliau, Siti Fatimah putri Nabi atau Sayyidina Ali. Mereka ingin mengetahui aklak dan keagungan Rasulullah. Kerap, selepas mendengar cerita, mereka menitikkan air mata sebagai tanda cinta dan rindu pada sosok sang tauladan.

Dikisahkan dalam tafsir Ibnu Katsir, suatu hari Abdullah bin Umar dan dua kawannya mendatangi rumah Siti Aisyah. Mereka meminta istri Nabi itu menceritakan pribadi suaminya.

Aisyah menarik napas panjang, kemudian menangis terisak. “Ah, semua perilakunya mempesonaku,” katanya.

“Ceritakan kepada kami yang paling mempesona dari semua yang Anda saksikan,” desak Abdullah.

Dalam isaknya, Aisyah menceritakan sepenggal kisah Nabi yang membekas teramat dalam.

Pada suatu malam, katanya, Rasul beranjak dari tempat tidur dan meminta izin untuk beribadah. “Ya Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Tuhanku.”

Rasul, kata Aisyah melanjutkan ceritanya, kemudian mengambil tempat air dan berwudhu. Ketika berdiri shalat kudengar ia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca Alquran sambil menangis dan janggutnya basah oleh air mata.

Ketika beliau berbaring, air mata mengalir membasahi pipinya dan membasahi tanah di bawahnya.

Saat fajar menjelang, Bilal pun datang. Dia masih melihat Nabi menangis dan wajahnya basah oleh air mata.

“Mengapa Anda menangis padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang kemudian?” tanya Bilal.

“Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur? Aku menangis karena malam tadi turun surat Ali Imran ayat 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.” kata Nabi.

Kemudian Rasulullah membacakannya:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

MA/Islamindonesia Foto: Roze.ik

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *