Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 28 March 2020

Ibnu Athaillah as-Sakandari: Rezekimu Sudah Dijamin, Maka Penuhi Kewajibanmu


islamindonesia.id – Ibnu Athaillah as-Sakandari: Rezekimu Sudah Dijamin, Maka Penuhi Kewajibanmu

Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam Kitab al-Hikam nomor hikmat kelima, berkata:

Kerajinanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, di samping keteledoranmu terhadap kewajiban-kewajiban yang telah diamanatkan (ditugaskan) kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu.

Firman Allah:

“Berapa banyak binatang yang melata yang tidak sanggup membawa rezekinya (makanan kebutuhannya), Allah yang menjamin rezekinya, juga terhadap kamu.” (QS Al-Ankabut Ayat 60)

Firman Allah:

“Perintahkan kepada keluargamu supaya sembahyang, dan sabarlah dalam melaksanakannya, Kami (Allah) tidak menuntut kamu supaya mencari rezeki, Kami (Allah) yang menjamin rezekimu, dan akibat (kemenangan yang terakhir) bagi orang yang bertakwa.” (QS Ta Ha Ayat 132)

Kerjakan apa yang menjadi kewajibanmu terhadap Kami, dan Kami melengkapi bagimu bagian Kami. Disini ada dua: Satu, yang dijamin oleh Allah, maka jangan menuduh (suudzan) terhadap Allah. Kedua, yang dituntut oleh Allah, maka jangan kau abaikan.

Hambaku taatilah semua perintah-Ku, dan jangan memberitahu kepada-Ku apa yang baik bagimu, (atau jangan mengajari kepada-Ku apa yangmenjadi hajat kebutuhanmu). (Ibnu Athaillah tidak menyebutkan sumber kalimat ini-red).

Dalam sebuah hadisi yang kurang lebih artinya berikut ini:

“Mengapakah orang-orang mengagungkan orang yang kaya, pemboros dan menghina ahli-ahli ibadah, dan mengikuti tuntunan Quran hanya yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, sedang yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya ditinggalkan (diabaikan), padahal yang demikian itu berarti mempercayai sebagian kitab Allah, dan mengabaikan (kafir) terhadap sebagian isi kitab Allah.

“Mereka berusaha untuk mencapai apa-apa yang dapat dicapai tanpa usaha yaitu bagian yang pasti tiba dan ajal yang tertentu, dan rezeki yang menjadi bagiannya, tetapi tidak berusaha untuk mencapai apa yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha, yaitu pahala-pahala yang besar dan amal-amal ibadah dan dagangan yang tidak akan rusak.”

Ibrahim AIkhawwash berkata, “Jangan memaksa diri untuk mencapai apa yang telah dijamin (dicukupi), dan jangan menyia-nyiakan (mengabaikan) apa yang diamanatkan (ditugaskan) kepadamu.”

Oleh sebab itu, maka siapa yang berusaha untuk mencapai apa yang sudah dijamin, dan mengabaikan apa yang ditugaskan kepadanya, maka berarti buta mata hatinya, karena sangat bodohnya.

*Dikutip dari: Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam, diterjemahkan dari bahasa Arab ke Indonesia oleh H. Salim Bahreisy (Balai Buku: Surabaya, 1980), hlm 15-16.

PH/IslamIndonesia/Foto ilustrasi: Baugnies

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *