Satu Islam Untuk Semua

Monday, 24 January 2022

Hati yang Diberkahi Allah dengan Kasih Sayang


islamindonesia.id – “Jika hati seseorang diberkahi oleh Allah dengan kasih sayang, keberkahannya melimpah menjadi ucapannya yang santun. Sebaliknya jika hatinya dipenuh sampah kebencian, limbah busuknya akan mengalir lewat lidahnya yang suka mencela.”

Demikian disebutkan dalam kitab Tanbihul Mughtarrin.

Mahasuci Allah, Zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada segenap makhluk-Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.

Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah hanya akan diberikan kepada orang-orang yang hatinya masih memiliki kasih sayang.

Karena itu, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup.

Bagaimana caranya? Di antaranya adalah dengan mengasahnya tanpa henti, misalnya dengan cara merasakan keterharuan dari kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk memperhatikan orang lain.

Dalam hidup ini, kita mungkin pernah menyaksikan bagaimana ada orang yang rela bersusah-payah membacakan buku, koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra, sehingga mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas.

Rasulullah s.a.w. bersabda, “Allah mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan Ia menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim).

Dari hadis ini tampak bahwa walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya. Karenanya, sudah sepantasnya jika kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan Allah SWT.

Tanyakanlah kembali pada diri ini, sampai sejauh mana kita menghidupkan kalbu untuk melazimkan kasih sayang terhadap sesama makhluk Tuhan.

Kasih sayang dapat diibaratkan pancaran sinar matahari di pagi hari. Dari dulu sampai sekarang ia terus-menerus memancarkan sinarnya, dan tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya seperti itulah sumber kasih sayang di kalbu kita, yang benar-benar melimpah dan tidak pernah ada habisnya.

Untuk memunculkan kepekaan dalam menyayangi orang lain, kita bisa mengawalinya dengan menyayangi diri sendiri terlebih dulu. Mulailah dengan menghadapkan tubuh ini ke cermin seraya bertanya-tanya: Apakah wajah indah ini akan bercahaya di akhirat nanti, atau justru sebaliknya, wajah ini akan gosong terbakar nyala api Jahannam?

Tataplah hitamnya mata kita, apakah mata ini, mata yang bisa menatap Allah, menatap Rasulullah s.a.w, menatap para kekasih Allah di surga kelak, atau malah akan terburai karena maksiat yang pernah dilakukannya?

Bibir kita, apakah ia akan bisa tersenyum gembira di surga sana atau malah bibir yang lidahnya akan menjulur tercabik-cabik di neraka?

Perhatikan pula tubuh tegap kita, apakah ia akan berpendar penuh cahaya di surga sana, sehingga layak berdampingan dengan pemiliki tubuh mulia, Rasulullah s.a.w, atau tubuh ini malah akan membara, menjadi bahan bakar bersama hangusnya batu-batu dalam kerak Jahannam?

Bersihnya kulit kita, renungkanlah apakah ia akan menjadi indah bercahaya ataukah akan hitam legam karena gosong dijilat lidah api Jahannam?

Mudah-mudahan dengan bercermin sambil terus instrospeksi diri, kita akan lebih punya kekuatan untuk menjaga diri kita.

Di samping itu, jangan pula meremehkan makhluk ciptaan Allah, sebab tidaklah Allah menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang Allah ciptakan penuh dengan ilmu dan hikmah. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja karunia Allah Azza wa Jalla adalah sarana bertafakur kalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.

Dikisahkan di hari akhir datang seorang hamba ahli ibadah kepada Allah dengan membawa aneka pahala ibadah, tetapi Allah malah mencapnya sebagai ahli neraka, mengapa?

Ternyata karena suatu ketika si ahli ibadah ini pernah mengurung seekor kucing sehingga si kucing tidak bisa mencari makan dan tidak pula diberi makan sampai ia mati kelaparan. Ternyata walau ia seorang ahli ibadah, laknat Allah tetap menimpanya, karena tidak menyayangi makhluk lain.

Namun ada pula kisah sebaliknya, suatu waktu seorang wanita berlumur dosa sedang beristirahat di pinggir sebuah oase yang berair dalam di sebuah lembah padang pasir. Tiba-tiba datanglah seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya seakan sedang merasakan kehausan yang luar biasa. Melihat kejadian ini, tergeraklah si wanita untuk menolongnya. Dibukalah slopnya untuk dipakai menciduk air, setelah air didapat, diberikannya pada anjing yang kehausan tersebut. Masya Allah, dengan izin Allah, terampunilah dosa wanita ini.

Demikianlah, jika hati kita mampu meraba derita makhluk lain, insya Allah keinginan untuk berbuat baik akan muncul dengan sendirinya.

Hidupnya hati hanya dapat dibuktikan dengan apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain dengan ikhlas.

Menyadari karuniai umur puluhan tahun lamanya, kita layak bertanya: apa artinya hidup kalau tidak punya manfaat kepada sesama? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itu pun hanya singgah sebentar saja.

Tidak ada salahnya kita terus berpikir dan bekerja keras untuk menghidupkan kasih sayang di dalam hati. Sebab seseorang yang memiliki rasa kasih sayang di dalam hatinya, maka Allah akan mengaruniakan kemudahan mencari rezeki baginya dan mudah pula dalam menafkahkannya di jalan Allah.

Manusia yang hatinya diberkahi Allah dengan kasih sayang, insya Allah akan dimudahkan dalam mencari ilmu dan mudah pula dalam mengajarkannya, mudah dalam melatih kemampuan diri dan mudah pula dalam membela orang lain yang teraniaya.

Cara lain yang dianjurkan Rasulullah s.a.w untuk menumbuhkan rasa kasih sayang adalah bersilaturahmi kepada orang-orang miskin dan rakyat jelata yang hidupnya kerap dilanda kemalangan dan kesulitan.

Datanglah ke daerah terpencil, tengok saudara-saudara kita di rumah sakit, atau bisa pula dengan selalu mengingat sesama umat Islam yang sedang teraniaya, terus dihantam makar musuh, penindasan dan bencana, seperti di Irak, Iran, Yaman, Palestina, atau di tempat-tempat lainnya.

Belajarlah bijak untuk melihat orang yang kondisinya jauh di bawah kita, sehingga hati kita akan melembut karena senantiasa diterangi pancaran sinar kasih sayang.

Perlu juga bagi kita berhati-hati agar tidak termasuk golongan orang yang lingkungan pergaulannya sengaja dibatasi, tidak sudi bersama orang-orang miskin, melainkan hanya dengan kalangan orang-orang kaya, sekelompok orang-orang terkenal, para artis, politisi, atau kalangan elite lainnya. Mengapa? Karena yang paling mungkin akan muncul justru rasa minder dan perasaan kurang beruntung hidup di dunia ini dan sebagai bakibatnya: rasa syukur pun perlahan hilang dari hati.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *