Satu Islam Untuk Semua

Monday, 08 April 2019

TOKOH – Mengenal Ibn Arabi dan Kompleksitas Intelektualnya


islamindonesia.id – TOKOH – Mengenal Ibn Arabi dan Kompleksitas Intelektualnya

Muhyiddin Ibn Arabi memang dikenal sebagai tokoh sentral dalam kajian tasawuf. Tapi sejatinya, sufi kelahiran Mursia-Spanyol ini tak hanya menguasai satu bidang ilmu. Kompleksitas intelektualnya tercermin dari penguasaan beragam bidang ilmu.

Menurut peneliti studi keislaman, Ammar Fauzi, Ibn Arabi juga merupakan ahli hadis yang menerima ijazah resmi dari imam-imam hadis sebelumnya. Selain itu, ia juga ahli sejarah dan merima sertifikat resmi dalam bidang ini dari Ibn As-Sakir.

“Liputan-liputan Ibn Arabi yang ia tuangkan dalam buku besarnya Futuhat Al Makkiyah menunjukkan bahwa ia juga seorang musafir yang kurang lebih mirip dengan Ibn Batutah,” kata Ammar dalam Kajian Fushus Al Hikam di Pesantren Tasawuf Virtual Nur Al Wala, 12 Februari.

Hidup Ibn Arabi sangat produktif. Minimal 300 karya telah dinisbatkan kepada pria yang menghembuskan nafas terkahirnya di usia 78 tahun ini.

Peneliti Futuhat Al Makkiyah, Usman, bahkan menginventarisasi karya Ibn Arabi yang mencapai 814 judul buku. Ada juga penulis yang melaporkan, karya Ibn Arabi mencapai empat ribu judul buku.

“Entah mana yang benar, tapi kalau kita hitung jumlah minimal dan maksimalnya ya antara tiga ratus sampai empat ribu karya,” katanya. “Adapun yang ada di tangan kita tidak lebih dari seratus judul buku dan masih belum tergali.”

Dalam sejarah pemikiran Islam, setidaknya ada sosok yang namanya mirip dengan penulis Fushus Al Hikam ini. Sosok itu bernama Ibn Al-Arabi, seorang fakih, teolog, ahli hukum Islam dan bermazhab Maliki.

“Jadi jangan keliru,” kata Ammar. Sementara Ibn Arabi tidak dikenal sebagai seorang teolog dan ulama bermazhab Maliki.

Selain itu, nama depan Ibn Arabi menggunakan Abu Abdillah. Nama lengkapnya, Abu Abdillah Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn Arabi Al Hatimi Al-Tha’i. Sedangkan Ibn Al-Arabi, kata Ammar, menggunakan Abu Bakar sebagai nama depannya.

Setelah menempuh perjalanan panjang dalam hidupnya, Ibn Arabi tutup usia di bumi Damaskus, Suriah. Meski jasadnya telah dikebumikan, pengaruh intelektualnya tak pernah mati ditelan zaman.

YS/Islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *