Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 20 December 2015

OBITUARI – Samir Quntar


Samir Quntar (biasa juga dipanggil Samir Qintar) adalah tawanan Arab yang paling lama meringkuk di penjara Isreal. Badannya yang tegap dan wajahnya yang garang tak membuatnya enggan senyum. Dalam suaranya yang lantang tersimpan segudang keyakinan. Asam garam perlawanan telah melumuri sekujur tubuhnya.

Quntar ditangkap tentara Israel pada 1978. Waktu itu usianya baru 16 tahun 7 bulan. Bersama beberapa kawannya, Quntar melancarkan operasi penculikan terhadap seorang ilmuwan nuklir Israel yang bermukim di Naharia. Mereka ingin menukar sang ilmuwan dengan ratusan pejuang Arab yang ditawan Israel.

Operasinya memang gagal. Quntar tertangkap bersama dua rekan lainnya. Satu kawan lainnya tewas tertembak tentara Israel. Sang ilmuwan dan seorang putrinya juga akhirnya mati tertembus peluru tentara Israel dalam baku tembak yang berlangsung nyaris sehari semalam. Dalam sidang pengadilan, Quntar membantah tuduhan zionis bahwa dia yang membunuh putri kecil itu, lantaran saat itu dia telah kehabisan amunisi dalam baku tembak beberapa jam sebelumnya.

Israel membesar-besarkan kejadian penangkapan itu demi menutupi kegagalan tentaranya menumpas operasi militer pejuang wanita Palestina bernama Dalal Maghribi beberapa bulan sebelumnya. Dalal dan 4 orang kawannya berhasil menewaskan 30 tentara Israel dalam sebuah operasi militer faksi perlawanan Palestina paling spektakuler era 1970-an.

Tapi Allah telah menyiapkan peran lain bagi Samir Quntar: berjuang dalam terali besi. Pemuda itu tumbuh sebagai musuh dalam selimut. Ibarat bom waktu yang terus berdetak mendekat pada momen ledakan, Israel selalu merasa terancam olehnya.

Selama 30 tahun dalam penjara, Quntar menolak berjabat tangan dengan semua penawannya. Dia memegang sikap Syaikh Raghib Harb (salah seorang pendiri Hizbullah) yang menyatakan bahwa jabat tangan adalah pengakuan. Penjajah adalah makhluk asing yang tak patut “diakui” dan tak bisa diterima layaknya tamu.

Berbagai teknik interogasi dan penyiksaan tak membuat Quntar gentar. Selama masa penahanannya, Israel tak berhasil mengorek satu pun informasi penting berkaitan dengan organisasi perlawanan Lebanon. Bahkan, sejak berhubungan dengan Hizbullah (berdiri tahun 1982) pada sekitar tahun 1988, Israel tak berhasil mendapat informasi secuil pun dari Qintar.

Qintar malah berhasil mengorganisir beberapa protes terbesar dalam penjara Haderim dan menuntut perbaikan nasib para tahanan. Tuntutan terbesarnya yang kemudian dikabulkan Israel adalah penghapusan aturan yang melarang tahanan untuk membaca buku dan meraih gelar pendidikan.

Tiga puluh tahun masa tahanan justru membuat Quntar makin besar dan berpengaruh. Pandangan-pandangannya didengar oleh sebagian besar faksi perlawanan Palestina. Kedekatannya dengan Hizbullah berhasil merekatkan hubungan organisasi yang dituduh memiliki agenda sektarian oleh antek-antek Amerika Serikat di Timur Tengah itu dengan faksi-faksi perlawanan Palestina yang umumnya beraliran Suni. Dia tumbuh menjadi legenda.

Dalam salah satu ceramahnya, pimpinan Hizbullah Sayid Hasan Nashrallah berjanji membebaskan Quntar. Di penjara, dia menyatakan bahwa ucapan Sekjen Hizbullah itu akan terbukti. Tapi seorang petinggi militer Israel dengan tegas menyatakan padanya bahwa dia dan seluruh struktur keamanan di Israel akan memastikan bahwa ucapan itu takkan mungkin terpenuhi. Alasannya, belum lahir seorang Arab yang bisa membebaskannya dari tahanan.

Tapi Allah menakdirkan lain. Pada 12 Juli 2006, Hizbullah memutuskan menculik dua tentara Israel untuk pertukaran tawanan. Target Hizbullah: Quntar bisa bebas. Lalu perang pecah dan berakhir dengan kekalahan Israel. Melalui mediasi Jerman, sebuah negosiasi dimulai. Tanggal 16 Juli 2008 Quntar akhirnya dibebaskan dalam pertukaran tahanan. Dalam ceramah pertamanya, dia menyebutkan adu mulutnya dengan petinggi Israel di penjara Haderim yang memastikan bahwa orang Arab yang akan membebaskannya belum lahir. Di mimbar itu Quntar berseru: “Dia benar-benar sudah lahir. Nama Sayyid Hasan Nashrullah. Dan dia sudah melahirkan banyak orang sepertinya!”

Tanggal 20 Juli 2011 silam, Quntar genap berusia 46 tahun. Sejumlah kader Hizbullah merayakan ulang tahun Quntar dengan menghadiahinya senjata Israel yang berhasil dirampas Hizbullah pada perang 2006. Quntar menitikkan air mata dan mencium senjata tersebut. Lalu dia mengucapkan bahwa senjata itulah yang akan dia pakai untuk membalas kematian Syahid Imad Mughniya: komandan penculikan dua tentara Israel yang ditukar dengan kebebasannya.

Samir Quntar juga menyatakan bahwa konflik dunia Arab dan dunia Islam dengan Israel bukan hanya konflik geografis, tapi konflik yang bersifat ideologis dan moral. “Sebagai orang Muslim, orang Arab dan manusia kita bertanggungjawab untuk melawan rezim rasis, penindas dan penjajah seperti Israel. Berapa pun harga yang harus dibayar, perlawanan ini harus terus berjalan hingga rezim yang ditanam oleh kaum imperialis ini hilang dari kawasan kita.”

Hari ini, tanggal 19 Desember 2015, Samir Quntar meraih cita-citanya, gugur di jalan perlawanan terhadap Israel. Dia tewas dalam gedung yang dihantam pesawat Israel di Jaramana, wilayah Suriah.

 

Sumber: Islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *