Satu Islam Untuk Semua

Monday, 25 October 2021

Mengenal Muslimah Pembuat GPS Kuno: Mariam al-Astrulabi


islamindonesia.id – Bagi sebagian masyarakat, nama Mariam al-Ijliya atau Mariam al-Astrulabi mungkin terdengar asing. Terbatasnya referensi yang menceritakan muslimah satu ini membuat nama dan karyanya tidak begitu dikenal.

Padahal, banyak alat modern yang kita gunakan hari ini, seperti kompas, telah ditemukan olehnya pada masa sebelum renaisans Eropa, yaitu pada abad ke-10 M.

Pengaruh penemuannya saat ini menggambarkan kebesaran jasanya, bahkan hingga kelak pada masa yang akan datang.

Dalam bibliografi yang ditulis oleh al-Fihrits ibnu al-Nadim, nama al-Ijliya menggambarkan bahwa dia berasal dari Bani Ijli, sebuah suku yang merupakan bagian dari Bani Bakr, salah satu kelompok suku Badui. Sedangkan nama al-Astrulabi didapatkan berkat keberanian, kecanggihan, kecerdasan dan keahliannya membuat alat yang disebut “astrolabe”.

Mariam al-Astrulabi tinggal di Aleppo (Suriah) bersama ayahnya. Keahlian membuat astrolabe didapatkan dari ayahnya yang kebetulan merupakan pembuat astrolabe terkenal di Baghdad. Karena keahlian mereka yang terkenal, penguasa Aleppo pada waktu itu –Sayf al-Dawla (944-967 M)– mempekerjakan mereka.

Teknik membuat astrolabe adalah teknik yang diajarkan turun-temurun sehingga tidak semua orang mampu membuatnya. Meskipun keahlian membuat astrolabe diturunkan dan diajarkan oleh ayahnya, namun astrolabe yang diciptakan Mariam jauh lebih kompleks dan rumit. Desain serta teknik pembuatan alatnya sangat rumit, kompleks dan inovatif.

Ilmuwan perempuan seperti Mariam al-Astrulabi membuktikan bahwa keterbatasan gender tidak pernah ada. Allah Swt. tidak membatasi siapa pun untuk menimba ilmu, memiliki pengetahuan dan kontribusi.

Kehadiran Mariam tentu saja dapat menjadi inspirasi dan contoh bagi siapa pun, terutama kaum perempuan yang masih menganggap diri mereka inferior.

Astrolabe, yang merupakan karya seorang Mariam, adalah alat yang begitu canggih di masanya. Masa yang demikian berkilau bagi dunia Islam telah melahirkan ilmu astronomi yang luar biasa mewah dengan astrolabe menjadi ujung kemilaunya. Pada masa itulah dunia Barat masih berada di era kegelapan, sementara dunia Islam sudah meraih masa keemasan.

Di dunia Islam, astrolabe merupakan alat yang memiliki kontribusi besar. Sebuah alat yang dapat menunjukkan arah kiblat (Makkah) dan mampu menentukan waktu salat dengan prinsip astronomis yang begitu ketat dan tepat. Selain itu, astrolabe juga digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadan dan dua hari raya dalam tradisi keislaman serta menentukan awal bulan-bulan Hijriyah.

Astrolabe merupakan prototipe dari Global Positioning System (GPS) yang setiap hari kita genggam dalam smartphone atau gadget. Prinsip penentuan waktu dan letak geografis suatu tempat menggunakan astrolabe ditentukan berdasarkan lintang dan bujur.

Astrolabe juga mampu mengukur letak matahari, bulan, planet dan bintang serta waktu lokal dengan mengukur letak lintang dan letak bujur, survei dan dengan rumus triangulasi. Selain berfungsi secara instan, astrolabe juga digunakan sebagai media pembelajaran astronomi, navigasi, survei dan penentu waktu shalat bagi umat Islam.

Astrolabe telah menyebar dan digunakan di Timur Tengah, Asia Timur, Andalusia, Afrika Utara hingga India. Ilmu astronomi Islam ini ikut mempengaruhi ilmu astronomi beberap wilayah seperti astronomi India, astronomi China, astronomi Mali, astronomi Bizantium dan Eropa.

Eropa dan beberapa negara menggunakan astrolabe di lautan sebagai penunjuk arah untuk menjelajah wilayah-wilayah lain serta menggunakannya untuk keilmuan horoskop.

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *