Satu Islam Untuk Semua

Friday, 23 October 2020

Mengenal Lebih Dekat Sosok Syekh Muhammad Adnan al-Afyouni


islamindonesia.id – Mengenal Lebih Dekat Sosok Syekh Muhammad Adnan al-Afyouni

Belum lama kita mendengar berita tentang syahid-nya Syekh Muhammad Adnan al-Afyouni jauh di Suriah sana. Beliau dikabarkan wafat akibat serangan bom yang ditempelkan ke mobilnya oleh teroris pada Kamis (22/10) malam.

Syekh Adnan dilahirkan di Damaskus pada tahun 1954. Selain sebagai ulama, dia juga dikenal sebagai anggota dewan hukum ilmiah di Kementerian Wakaf dan seorang mufti di daerahnya. Selain itu, dia juga dikenal sebagai tokoh perdamaian di negara tersebut.

Dekat dengan Muslim Indonesia

Jika di Suriah Syekh Adnan dikenal sebagai mufti dan ulama terkemuka, maka di Indonesia pun beliau dianggap memiliki kedekatan khusus dengan Muslim di negara ini. Pasalnya, beliau kerap kali mengunjungi acara-acara keagamaan di Indonesia.

Pada tahun 2017, Syekh Adnan hadir di Pekalongan dan memberikan pidato di hadapan ribuan umat yang sedang menyelenggarakan acara Maulid Nabi. Beliau menyampaikan bahwa di antara bukti mencintai Nabi saw adalah dengan memperbanyak membaca selawat siang dan malam hari. Dan meneladani Rasulullah Saw, salah satunya adalah dengan mencontoh kasih sayangnya.

Kemudian pada tahun 2018, beliau hadir kembali di Indonesia dalam acara seminar dengan tema Jangan Suriahkan Indonesia yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami).

Dalam acara itu beliau selaku nara sumber menyampaikan, “Kami berharap agar Indonesia dan seluruh komponen saling paham untuk menghindari konflik. Agama harus dijadikan pondasi untuk mempersatukan bangsa,” ujarnya.

Beliau menggambarkan, bahwa konflik di Suriah dimainkan melalui celah keagamaan. Pasalnya, tidak ada lagi celah yang bisa dimasuki selain agama. Mereka pun menebar teror pembunuhan kepada penganut Kristen dan Syiah. Akan tetapi mereka tidak berhasil. “Itu semua tidak berhasil karena mayoritas orang Suriah tidak rela agama dijadikan politik,” tuturnya.

Dan terakhir pada tahun 2019, Syekh Adnan hadir kembali dalam acara Konferensi Ulama Sufi Internasional yang diselenggarakan oleh Forum Sufi Dunia (World Sufi Forum) yang digelar pada 8-10 April 2019 di Pekalongan, Jawa Tengah.

Dalam acara itu beliau meminta persetujuan pengangkatan Habib Luthfi bin Yahya untuk menjadi pemimpin organisasi yang baru dibentuk ini kepada seluruh peserta yang hadir, dan secara aklamasi mereka mengacungkan tangannya sebagai tanda setuju.

Syekh Muhammad Adnan al-Afyouni bersama Habib Luthfi bin Yahya di Indonesia. Foto: Jatman

Najih Ramadhan, alumni Universitas Kuftaro Suriah yang kini menjadi Sekjen Alsyami, mengatakan, almarhum termasuk ulama yang sangat dekat dengan umat Islam Indonesia, mempunyai ratusan murid di Indonesia, melakukan serangkaian puluhan kunjungan ke Indonesia semasa kariernya menjadi mufti Provinsi Damaskus, dilansir dari Republika (23/10).

Setelah wafatnya beliau, berbagai kalangan di Indonesia turut mengucapkan bela sungkawa, di antara oleh Majelis Hikmah Alawiyah (Mahya), Perpustakaan dan Penelitian Thariqah Alawiyah, yang menyatakan, “Pagi ini, kabar duka menyeruak, beliau telah berpulang ke Rahmatullah. Keluarga besar Mahya menyatakan duka mendalam. Al Fatihah….”

Kemudian ada juga Haidar Bagir yang menyampaikan, “Yaa, Allaah. Beliau mengikuti jalan damai penuh kesyahidan Syaikh Ramadhan al-Bouthi, quddisa sirruhum….“

Dalam keterangan tertulis, Menteri Agama Fachrul Razi juga mengungkapkan bela sungkawanya, “Kami tentu sangat berduka atas wafatnya Syekh Muhammad Adnan Al-Afyouni. Insya Allah beliau syahid. Selama ini, beliau dikenal sebagai ulama yang sangat moderat.”

Dari kalangan Nahdlatul Ulama, Generasi Muda NU mengucapkan, “Keluarga besar Generasi Muda NU turut berduka cita atas wafatnya Syekh Muhammad Adnan Al-Afyouni. Semoga amal baik dan ibadah beliau diterima Allah Swt.”

Tokoh Perdamaian

Selain sebagai mufti, Syekh Muhammad Adnan al-Afyouni juga memiliki jabatan sebagai Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Suriah.

“Beliaulah ulama yang turun langsung meng-islahkan pihak-pihak yang bertikai, mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan oposisi, karena integritasnya yang tinggi,” kata Najih.

Pada Milad Nabi Muhammad tahun lalu, Syekh Adnan mengungkap kecamannya terhadap terorisme dan berdoa untuk pemerintah dan tentara Suriah.

Dia juga pengawas umum dari Pusat Islam Internasional Al Sham yang bertugas untuk melawan aksi dan pemikiran terorisme, demikian seperti dilansir dari Kompas (23/10).

Dalam wawancara bersama Republika tahun 2016, Syekh Adnan mengungkapkan bahwa perang di Suriah bukanlah karena persoalan sektarian yang selama ini sering didengungkan.

“Kita mayoritas Suni di Damaskus, tak ada Syiah yang membunuhi kita, demikian juga di wilayah lain. Tak ada konflik antar sekte di Suriah. Demi Allah. Saya berani mempertanggungjawabkan pernyataan saya ini di hadapan-Nya kelak.

“Yang ada adalah, ada sekelompok orang yang berambisi kekuasaan ingin menjatuhkan rezim dan tentu saja rezim dengan segala sumber dayanya, militer bersama koalisinya Rusia dan Iran, mempertahankan diri.

“Ini adalah wajar, negara manapun akan melakukan hal yang sama jika ada yang hendak merongrong negara. Negara memerangi mereka yang mengangkat senjata. Tak ada konflik antar sekte di negara kami, sama sekali, sama sekali tidak ada,” ujarnya.

Lebih jauh beliau mengungkapkan, “Jadi intinya apa? Ada agenda dan arahan terselubung dari pihak luar, AS dan sekutunya dalam hal ini. Miliaran dolar AS dari negara-negara luar digelontorkan untuk mempersenjatai pemberontak. Ironis.”

Beliau juga mengatakan bahwa jalan satu-satunya bagi Suriah adalah perdamaian. “Di depan kita hanya ada dua pilihan. Negara binasa atau rekonsilisasi perdamaian. Fakta di lapangan, banyak yang memilih rekonsiliasi.

“Di sejumlah wilayah rekonsiliasi tercapai. Mengapa saya pribadi memandang solusi satu-satunya adalah rekonsiliasi, karena selama enam tahun konflik Suriah, tak mengubah apapun. Harta dan nyawa melayang. Solusi militer tak menyelesaikan masalah,” ujarnya.

Kini, ketika perdamaian di Suriah berangsur membaik, meski belum sepenuhnya, nyawa tokoh perdamaian ini direnggut oleh kelompok teroris yang tidak menghendaki terciptanya perdamaian di bumi Suriah.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Jatman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *