Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 08 July 2017

Mengenal Gus Fuad Lebih Dekat


islamindonesia.id – Mengenal Gus Fuad Lebih Dekat

 

Sebelumnya, Islam Indonesia memuat tulisan terkait kajian rutin di laman YouTube bertajuk Ngaji Hikam – Spesial Ramadhan – bersama Gus Fuad Plered. Dalam tulisan disebutkan, pada kajian #9, pemateri kajian –yakni Gus Fuad—menyatakan di antaranya bahwa secara jasmani di badan 99% orang Jawa mengalir darah Rasul SAW.

[Baca: Secara Jasmani di Badan 99% Orang Jawa Mengalir Darah Rasul SAW]

Siapa Gus Fuad? Bagi pembaca yang belum mengenal sosok Kiai muda ini, berikut kami sarikan profilnya.

Pria kelahiran Yogyakarta, 8 Oktober 1970 ini dikenal sebagai KH. M Fuad Riyadi. Dia adalah pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Tradisional Roudlotul Fatihah, Plered, Bantul, Yogyakarta. Ayahnya, Haji Ahmad Abdul Bakdi berdarah Kiai Abdurrouf Wonokoromo (keturunan Sunan Ampel dari jalur Sunan Bonang). Sedangkan ibunya, Siti Muyassarotul Maqosid adalah keturunan Kiai Nuriman Mlangi (cikal-bakal kampung santri Mlangi) dari jalur ayah (Kiai Sangidu Wonokromo/Mlangi) dan dari jalur ibu keturunan Kiai Cholil Wonokromo.

Sebelum mengasuh pesantren Roudlotul Fatihah, Kiai Fuad yang akrab disapa Gus Fuad mengaji agama sejak masa kanak-kanak dan menempuh perjalanan panjang nyantri ke beberapa kiai mumpuni dalam bidang ilmu agama antara lain: Kiai Abdul Basith, Kiai Muhammad Busyro, Kiai Abdul Mukti, KH Abdul Muchith (ulama fikih tempat rujukan para ulama Jawa) dan KH Khatib. Semuanya di lingkaran “desa – kiai” Wonokromo dan Jejeran, Bantul. Beliau juga secara khusus mengaji ilmu pada KH Abuya Dimyati, Pandeglang, Banten, Jawa Barat (tokoh tasawuf rujukan ulama kaliber dunia). Dalam pertalian kekerabatan KH Abuya Dimyati memang masih uwak Kiai Fuad, namun perhatian beliau kepadanya begitu istimewa. Selain itu, dalam mahabbah, Kiai Fuad terkait keilmuan dengan Tuan Guru Ijai (Syekh Zaini Abdul Ghani, Martapura, Kalimantan Selatan). Bahkan, guru dari Tuan Guru Ijai yakni Habib Anis al Habsyi, Gurawan, Solo.

Kiai kondang sekaligus seniman ini juga pernah menjadi wartawan. Karya tulisannya sudah dimuat di media massa sejak kelas 2 SMP. Tulisannya makin kuat setelah belajar pada Ragil Pragolopati. Beberapa karyanya tersebar di berbagai media massa baik lokal maupun nasional serta beberapa buku seperti: Risang Pawestri (1990), Aku Ini (1991), Catatan Tanah Merah (1992), Rumpun Bambu (1994), Begini-begini dan Begitu (1997), Gerbong (1998), Embun Tajalli (2000), Kampung Santri (2001), Cara Idiot Menjadi Kyai (2005) dan Islam Itu Gampang (2005) dll.

Selain itu, Gus Fuad juga kerap menggelar pameran seni rupa baik tunggal maupun bersama. Pameran tunggalnya antara lain: Aura Dzikir, Bentara Budaya Yogyakarta (2009), Aura Dzikir Putih, Jogja Nasional Museum (2010), Locospiritual, Jogja Gallery (2011), Alif-Risalah Rajah Sosrokartono, Museum Kereta Api Bandung (2011) Kitab Lailatul Qodar, Taman Budaya Yogyakarta (2013).

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *