Satu Islam Untuk Semua

Friday, 13 May 2016

KISAH NYATA—Mbok Mil dan Yu Parti, Wonder Woman Jawa dan Bali


IslamIndonesia.id—Mbok Mil dan Yu Parti, Wonder Woman Jawa dan Bali

Kagum pada sisi kemanusiaannya yang patut diteladani, kali ini penulis ingin berbagi kisah nyata dua sosok wanita luarbiasa ini; Mbok Mil dan Yu Parti.

Mungkin saja di mata sebagian besar masyarakat kita, mereka berdua hanya “orang-orang kecil biasa” yang selama ini luput dari perhatian dan tak terekam sorot media. Padahal siapa tahu, keduanya justru “manusia-manusia besar” yang sengaja dihadirkan Tuhan di tengah kita, bukan tanpa hikmah, sehingga keberadaannya layak dianggap sia-sia.

Mbok Mil

Mil. Ya, namanya memang hanya Mil.

Dialah wanita renta berusia tujuh puluh lima tahun asal Bali yang sebagian hidupnya dilalui dengan kerja keras, berkubang dan bersimbah peluh di area penambangan batu kapur, di antara kedigdayaan tenaga otot kawat balung wesi para pria yang juga ikut berkubang menangguk nafkah di perbukitan yang sama.

Begitulah warna keseharian Mbok Mil, yang dengan harap-harap cemas menanti upah Rp 40 ribu, bila saja hasil jerih payahnya seharian itu diminati pembeli. Sebab tak ada lagi pilihan untuk tak menerima keadaan, maka dalam detik waktu penantian itulah harapan dan kesabarannya tetap dirawatnya sepenuh hati, selama ini.

Saat ditanya, kenapa Mbok Mil tak memilih istirahat saja di usianya kini?

“Sebenarnya sih kadang sedih juga. Tapi gimana lagi, namanya ini keadaan yang memaksa, sudah menjadi tuntutan bagi saya yang masih sehat untuk menghidupi keluarga,” katanya lirih dengan mata berkaca.

Apakah dengan jawaban itu Mbok Mil ciut nyali menghadapi kenyataan pahit hidupnya? Ternyata tidak. Karena di wajah keriput dengan mata berkaca-kaca itu sekaligus terkembang senyum yang selalu tersungging manis, pertanda rona tegar yang tetap memancar.

Karena berdasar cerita Mbok Mil selanjutnya, siapa sangka, di kedua tangan renta inilah “terpangku” nasib sang suami dan 6 orang anaknya, yang kondisi mereka telah “ditakdirkan” tak mampu bekerja sejak lama.

Konon, demi menjaga wajah-wajah tabah keluarganya tetap sumringah inilah penawar letih yang paling mujarab bagi Mbok Mil, tak kalah dari pijatan ala kadar dari anak-anak perempuannya ke sekujur tubuhnya. Tubuh sehat yang tersisa, yang merupakan satu-satunya “aset berharga” bagi keluarga besarnya itu.

Alangkah baiknya bila dari wanita Bali yang perkasa ini kita dapat belajar banyak arti kepasrahan yang dibalut kerja keras dan ketegaran. Tak mudah menyerah pada takdir, tak banyak menggugat suratan nasib, betapapun pahitnya hidup yang mesti dijalani.

Bila Mbok Mil yang berusia 75 tahun saja enggan berpangku tangan saat hidup tak menawarkan banyak pilihan, lalu -dalam kondisi yang persis sama- apa yang kira-kira mampu kita lakukan?

Yu Parti

Pertambangan batu kapur di Desa Bandardawung, Tawangmangu, tak lagi dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan hidup masyarakat di perbukitan kaki Gunung Lawu. Semen yang lebih efektif dan efisien sebagai perekat bangunan perlahan menggerus popularitas batu gamping. Permintaan merosot tajam. Tak pelak, jumlah penambang batu kapur pun ikut menyusut drastis.

Kini, setelah 26 tobong gulung tikar, aktivitas penambangan batu kapur Bandardawung semata bergantung pada mengepulnya satu tobong gamping milik perajin tradisional saja. Tobong inilah satu-satunya tempat pembakaran gamping yang masih tersisa di kawasan tersebut. Dan di tobong inilah Yu Parti menggantungkan nasibnya, tak jauh beda dengan Mbok Mil di Bali sana.

Selaku penambang gamping, Yu Parti (48 tahun) dengan penuh ketelatenan mengaku mampu mengangkut setengah ton batu kapur per hari dari lokasi pengambilan ke tempat penumpulan dengan menempuh medan berbukit dan jalanan ekstrem.

Tahukah kita, berapa penghasilan bersih per hari yang diterimanya dari upaya super ekstra itu?

Pernahkah kita bayangkan bahwa ibu rumah tangga ini memperoleh imbalan tak lebih dari sembilan ribu saja untuk tiap kuintal batu kapur yang ditambang dan dipikulnya?

“Sehari bisa bolak-balik sampai 10 kali,” katanya, seraya menyebut bahwa pendapatan rata-rata yang bisa dikantonginya tak kurang dari lima puluh ribu saja per harinya.

Sekali lagi, jika ditakdirkan hidup dalam posisi yang persis sama, akan mudahkah bagi kita mengerahkan upaya ekstra sebagaimana Yu Parti, tanpa banyak protes dan banyak tanya?

Akhirnya, semoga kisah nyata dua wanita hebat asal Indonesia ini patut menjadi teladan bagi kita semua. Tentu agar kita tak gegabah dan ikut-ikutan lagi memandang profesinya yang cenderung terabaikan, luput dari perhatian dan dipandang sebelah mata hanya karena mereka dianggap tak layak menyandang predikat sebagai wanita karier atau business woman. Melainkan semata karena sisi kemanusiaan mereka berdua yang memang layak dikagumi; terutama ketabahan, ketegaran, daya juang dan harapan hidup yang tetap menyala-nyala di tengah pahit-getir kehidupan itulah yang membuat keduanya pantas kita sebut sebagai wonder woman.

 

EH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *