Satu Islam Untuk Semua

Friday, 26 November 2021

Kata Al Farabi dan Kawan-kawan: Musik Bukan Sekadar Hiburan


islamindonesia.id – Alkisah, Istana Suriah tengah menggelar pertunjukan musik. Sang Amir, Safy Ad Daulah mengundang para musisi ternama untuk menghibur warga istana dan para tamu.

Tampak Al Farabi ada di deretan para tamu dan warga istana. Namun, karena merasa tak puas dengan pertunjukan tersebut, ia pun meminta izin sang Amir untuk memainkan alat musik.

Para tamu pun dibuat terbuai oleh Al Farabi. Pertama, ia memainkan sebuah komposisi musik, lalu semua hadirin tiba-tiba tertawa. Kemudian, ia mengubah komposisinya, tiba-tiba menangislah seluruh hadirin. Lagi, Al Farabi mengganti komposisi lagunya, lalu semua hadirin pun tertidur.

Al Farabi benar-benar menghipnotis istana dengan alunan musik yang ia mainkan. Tapi ini sama sekali bukan sihir. Melainkan kekuatan musik!

Itulah sekilas kisah tentang Al Farabi dan kekuatan musik yang dimainkannya. Terbukti, bukan hanya seorang filsuf yang pandai bermain akal, Al Farabi juga terkenal sebagai musikus andal. Ia bahkan bukan lain adalah si penemu not musik itu sendiri.

Penemuan not musik tersebut dijabarkan Al Farabi dalam karyanya Al Musiqa al kabir (The Great Book of Music). Buku inilah yang menjadi rujukan utama para musisi klasik Barat, dan ilmu dasar musik pun tercantum dalam karya fenomenalnya tersebut.

Musik dalam pandangan Al Farabi dapat menciptakan ketenangan dan mampu mengendalikan emosi. Ia pun meneliti musik sebagai terapi penyakit psikologis.

Al Farabi kemudian menciptakan prinsip-prinsip filosofis tentang musik, baik kualitas kosmik maupun pengaruhnya. Ia kemudian menangani akal dengan terapi musik dan mendapati adanya efek terapi musik terhadap jiwa.

Tidak sendiri, pandangan Al Farabi tentang kekuatan musik ini pun senada dengan keyakinan banyak ilmuwan.

Salah satunya adalah Pythagoras yang dengan tegas juga menyatakan, “Tujuan tertinggi musik adalah untuk menghubungkan jiwa seseorang dengan Sifat Ilahi mereka, bukan hanya sekadar hiburan.”

Sementara cendekiawan Muslim Tanah Air, Haidar Bagir, beberapa waktu lalu lewat cuitannya di akun Twitter Sosmed Cinta (@Haidar_Bagir), menyatakan sepakat dengan para ulama yang membolehkan (tidak mengharamkan) musik.

“Saya tak pernah ragu memilih bersepakat dengan ulama yang membolehkan musik -tentu bukan yang dekaden. Bahkan, seperti Nietszche, saya percaya ada yang salah dengan hidup jika tak ada musik. Musik berkelindan dengan cinta. Musik menyegarkan cinta dan, seperti kata Huxley, cuma pencinta yang dapat menikmati musik,” cuit Haidar menegaskan.

Kemudian, masih berkaitan dengan musik sebagai bagian dari seni, mengutip akun Philosophy Tweet yang memuat pandangan Picasso, “Tujuan seni adalah untuk membasuh debu-debu kehidupan keseharian dari jiwamu”, Haidar lebih lanjut memberikan penafsiran, “(… agar jiwamu bisa terbang ke alam yang lebih luhur)”.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *