Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 21 December 2017

Ilmuwan Muslim Peneliti Tawa


islamindonesia.id – Ilmuwan Muslim Peneliti Tawa

 

Para pemikir Muslim sejak abad pertengahan sepertinya sudah meneliti tentang tertawa dan manfaatnya. Tak hanya satu, beberapa ilmuwan Muslim mempunyai teorinya sendiri.

Ada dua hal penting yang bisa dicatat dari temuan para ilmuwan ini. Pertama, para pemikir Muslim tidak menerima segala informasi apa adanya. Bahkan tidak untuk sesuatu yang tampaknya sepele seperti tertawa. Mereka melakukan penelitian mereka sendiri dan mencoba untuk menjelaskan asal-usul dan karakteristik tertawa.

Kedua, mereka semua mengakui bahwa tertawa memiliki sesuatu yang berkaitan dengan sirkulasi darah dalam tubuh. Lebih dari seribu tahun kemudian, ilmu pengetahuan telah menetapkan bahwa tertawa menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah.

Berikut beberapa pandangan mereka tentang misteri tertawa.

Muslim Ali ibn Rabban At-Tabari

Pada pertengahan abad ke-9, dokter Muslim Ali ibn Rabban at-Tabari menjelaskan bahwa: “Tertawa adalah [hasil] dari bergolaknya darah [yang terjadi] ketika manusia melihat atau mendengar sesuatu yang mengalihkan perhatiannya. Jika ia kemudian tidak menggunakan kemampuannya untuk berpikir sehubungan dengan itu, ia dilingkupi oleh tawa.”

Dengan kata lain, menurut Ibn Rabban, tertawa adalah hasil dari ketidakmampuan seseorang untuk berpikir rasional tentang sesuatu yang tiba-tiba dilihatnya. Setelah mengutarakan bagian tersebut, Ibn Rabban berbagi definisi Aristoteles tentang manusia sebagai binatang tertawa, diikuti oleh pengamatan filsuf Yunani yang mengatakan bahwa dari semua binatang, hanya manusia yang bisa tertawa.

Abu Yusuf Al Kindi

Polymath Muslim terkenal Abu Yusuf al-Kindi, yang juga hidup pada pertengahan abad ke-9, mengomentari tertawa dalam sudut pandangan yang sama. Dia mendefinisikannya sebagai “mengalirnya darah di jantung dengan tenang bersama dengan kebesaran jiwa menuju titik dimana sukacita akan terlihat”.

Ishaq bin Imran

Dia adalah seorang pemikir yang muncul kemudian di akhir abad ke-9. Pemikirannya tentang tertawa serupa tetapi lebih rinci. Dalam bukunya On Melancholy, ia menggambarkan tertawa anak-anak dan orang-orang mabuk sebagai hasil dari “sukacita jiwa karena tenangnya aliran darah mereka”. Dia juga menggambarkan tertawa berlebihan sebagai tanda kegilaan.

Pada abad ke-11, Constantinus Africanus menerjemahkan On Melancholy dari bahasa Arab ke Bahasa Latin. Koleksi buku teks terjemahan Africanus (termasuk karya Ibn Imran) kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa lainnya dan digunakan sampai abad ke-17.

Ishaq bin Sulaiman

Seorang murid terkenal Ibnu Imran adalah dokter Ishaq bin Sulaiman. Dia menyarankan bahwa kesedihan disebabkan oleh tidak lancarnya aliran darah dalam tubuh dan pelepasan secara tiba-tiba dari pembatasan aliran darah.

Oleh karena itu, tertawa dan sukacita disebabkan oleh sirkulasi darah yang sehat dan proses eksotermis yang bekerja dalam tubuh. Sungguh menarik bahwa Ibn Sulaiman mengembangkan teorinya sendiri tentang tertawa bukan hanya meminjam dari gurunya, Ibnu Imran.

Beberapa karya Ibnu Sulaiman diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis pada tahun 1579 oleh seorang pria bernama Joubert, yang menyatakan bahwa Ibnu Sulaiman adalah orang pertama yang memberikan definisi tawa. Joubert kemudian menyatakan bahwa definisi Ibnu Sulaiman tentang tertawa salah dan membuat definisi sendiri yang diklaimnya sendiri lebih baik.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *