Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 30 March 2019

Ibnu Haitham: Ilmuwan Muslim Berpengaruh di Dunia


islamindonesia.id – Ibnu Haitham: Ilmuwan Muslim Berpengaruh di Dunia

Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak sarjana dan ilmuwan yang sangat hebat dalam bidang Filsafat, sains, politik, kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya.

Salah satu ciri yang dapat dilihat pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak sekadar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.

Salah seorang dari tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham. Walaupun Haitham lebih dikenal dalam bidang sains dan pengobatan, tetapi dia juga ahli dalam bidang agama, Filsafat, dan astronomi.

Perjalanan Hidup

Di kalangan cendikiawan Barat, Haitham dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H atau 965 Masehi. Ia memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum diangkat menjadi pegawai pemerintah di tempat kelahirannya. Setelah beberapa lama bekerja di pemerintahan, Haitham pergi ke Ahwaz dan Mesir diperjalanan ke Ahwaz, Haitham menghasilkan beberapa karya tulis yang luarbiasa.

Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan, telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di Mesir Haitham melakukan beberapa penyelidikan mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.

Haitham telah menjadi seo­rang yang mahir dalam bidang sains, falak, mate­matika, geometri, pengobatan, dan Filsafat. Tulisannya mengenai cara kerja mata manusia, telah menjadi salah satu referensi yang penting dalam bidang kajian sains di Barat. Teorinya mengenai pengobatan mata masih digunakan hingga saat ini diberbagai Universitas di seluruh dunia.

Karya dan Penelitian

Sains

Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penelitian. Penelitiannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.

Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.

Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila mata­hari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila mata­hari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, dia juga telah berhasil menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia.

Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan yang bernama Trricella yang mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian.

Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Hai­tham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham kepada ilmuwan Barat untuk menghasilkan wayang gambar. Teori dia telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini.

Filsafat

Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai Filsafat, logik, metafisik, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Ia turut menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.

Penulisan Filsafatnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian mengenai sesuatu perkara berpuncak pada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya.

Dia juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang ada. Jadi, pandangannya mengenai Filsafat amat sangat menarik untuk disoroti.

Bagi Ibnu Haitham, Filsafat tidak boleh dipisahkan daripada matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fisik dan mental akan turut mengalami kemerosotan.

Hasil Karya

Ibnu Haitham membuktikan pandangannya apabila bahwa dia begitu bersemangat mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini dia berhasil menulis banyak buku dan makalah.

Di antara buku hasil karyanya:

Al’Jami’ fi Usul al’Hisab tentang teori-teori ilmu metametika dan penganalisaannya;

Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib tentang ilmu geometri;

Kitab Tahlil ai’masa’il al ‘Adadiyah tentang aljabar;

Maqalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat;

Maqalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syar’i dan

Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.

Sumbangan Ibnu Haitham dalam ilmu sains dan filsafat amat banyak. Karena itulah Ibnu Haitham dikenal sebagai seorang yang miskin dari segi materi tetapi kaya dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan hingga saat ini.

Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah “dicuri” oleh ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang patut kepadanya. Tapi sesungguhnya, Barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana Islam karena tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi kegelapan.

Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan pada perkembangan ilmu sains dan pada masa yang sama tulisannya mengenai Filsafat telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi terbelenggu oleh pemikiran filsafat Yunani.

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *