Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 27 October 2021

Hidup Sahaja ala Bung Hatta: Dari Mesin Jahit Impian Istri hingga Sepatu Bally yang Tak Terbeli


islamindonesia.id – Di masa kita kini, tampil dengan dandanan mentereng, koleksi rumah, perhiasan dan mobil mewah agaknya sudah menjadi gaya hidup para pejabat di negeri ini. Sebaliknya, masyarakat kalangan bawah hidup makin susah didera pandemi. Tak heran bila kita pun kembali merindukan figur-figur pemimpin yang sederhana dan pantas untuk dijadikan teladan dalam kehidupan, sebagaimana banyak dicontohkan oleh para pemimpin negeri kita di masa lalu. Seperti halnya Wakil Presiden pertama RI, Muhammad Hatta atau Bung Hatta, sosok pemimpin teladan yang dikenal sangat bersahaja.

Suatu hari, di tahun 1950, Wakil Presiden Muhammad Hatta pulang ke rumahnya. Begitu menginjakkan kaki di rumah, ia langsung ditanya sang istri, Ny Rahmi Rachim, tentang kebijakan pemotongan nilai mata uang ORI (Oeang Republik Indonesia) dari 100 menjadi 1.

Pantas saja hal itu ditanyakan, sebab, sebagai dampaknya, Ny Rahmi tidak bisa membeli mesin jahit yang diidam-idamkannya akibat pengurangan nilai mata uang itu. Padahal, ia sudah cukup lama menabung untuk membeli mesih jahit baru. Namun tahukah Anda, apa kata Bung Hatta untuk menenangkan kegundahan istrinya?

“Sunggguhpun saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini tidak patut dibocorkan kepada siapa pun. Biarlah kita rugi sedikit, demi kepentingan seluruh negara. Kita coba menabung lagi, ya?” jawab Bung Hatta.

Kisah mesin jahit itu merupakan salah satu contoh dari kesederhanaan atau kesahajaan hidup proklamator RI Bung Hatta (1902-1980) dan keluarganya.

Begitulah sejak kecil, Bung Hatta sudah dikenal hemat dan suka menabung. Akan tetapi, uang tabungannya itu selalu habis untuk keperluan sehari-hari dan membantu orang yang memerlukan.

Saking mepetnya keuangan Bung Hatta, sampai-sampai sepasang sepatu Bally pun, hingga akhir hayatnya, tak kunjung terbeli.

Menilik kehidupan para pejabat kita di masa kini, sulit rasanya kita bayangkan, seorang yang pernah menjadi sosok penting nomor 2 di negeri ini tidak pernah bisa membeli sepasang sepatu idamannya. Bahkan, bukti yang tersisa dari mimpi itu masih berupa guntingan iklan sepatu Bally yang tetap disimpannya dengan rapi hingga Bung Hatta wafat pada 1980 lalu.

Sejarah mencatat, Bung Hatta baru menikah dengan Ny Rahmi 3 bulan setelah memproklamasikan kemerdekaan RI bersama Bung Karno atau tepatnya pada 18 November 1945. Saat itu, ia berumur 43 tahun. Lalu apa yang dipersembahkan Bung Hatta sebagai mas kawin kala itu? Hanya buku “Alam Pikiran Yunani” yang dikarangnya sendiri semasa dibuang ke Banda Neira tahun 1930-an!

Kisah kesahajaan itu pun berlanjut hingga Bung Hatta tak lagi memegang jabatan di pemerintahan.

Setelah mengundurkan diri dari jabatan Wapres pada tahun 1956, keuangan keluarga Bung Hatta semakin kritis. Uang pensiun yang didapatkannya amat kecil. Meski demikian, Bung Hatta tetap menjaga prinsip hidupnya sebagai manusia sahaja. Hal ini seperti terungkap dalam buku “Pribadi Manusia Hatta, Seri 1”, saat Ny Rahmi menceritakan, dalam kondisi ekonomi keluarganya yang paling kritis itu, Bung Hatta justru pernah marah besar ketika anaknya menyampaikan usul agar keluarga menaruh bokor di rumah mereka sebagai tempat menerima uang sumbangan dari tamu yang datang berkunjung.

Kisah lain, Ny Rahmi mengenang, Bung Hatta suatu ketika terkejut menerima rekening listrik yang nominalnya tinggi sekali. “Bagaimana saya bisa membayar tagihan ini dengan uang pensiun saya?” kata Bung Hatta. Kemudian, Bung Hatta pun mengirim surat kepada Gubernur DKI Ali Sadikin. Meminta kepada sang gubernur agar memotong uang pensiunnya untuk membayar rekening listrik tersebut. Akan tetapi, permintaan itu tak dikabulkan. Sebagai gantinya, Pemprov DKI kemudian justru menanggung seluruh biaya listrik dan PAM keluarga Bung Hatta.

Itulah sosok Bung Hatta, pendiri Republik Indonesia, negarawan tulen, dan seorang ekonom yang handal. Di balik semua itu, ia juga adalah sosok yang rendah hati. Sifat kesederhanaannya pun pantas dikenal luas dan sungguh layak kita teladani sepanjang masa.

Dari sekelumit kisah di atas, wajar rasanya bila Musisi Iwan Fals mengabadikan gambaran kepribadian luhur Bung Hatta itu dalam sebuah lagu berjudul “Bung Hatta” yang di antara baris liriknya mengabarkan kepada kita:
“Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkapal doa
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu..”

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *