Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 16 August 2023

Habib Ali Kwitang dan Proklamasi Kemerdekaan


islamindonesia.id – Habib Ali Kwitang merupakan ulama besar dari daerah Ibu Kota Jakarta yang mempunyai peranan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Lahir di Kwitang, Batavia, 20 April 1870 dari pasangan Habib Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi dan Salmah,  beliau memiliki nama lengkap Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi. Ayahnya adalah seorang ulama dan dai keturunan Arab, sedangkan ibunya merupakan putri ulama Betawi dari Kampung Melayu, Jatinegara, Jarta Timur.

Pada usia 11 tahun, Habib Ali yang ditinggal wafat sang ayah, kemudian dikirim ke Hadramaut untuk belajar agama. Ia langsung dibimbing ulama-ulama besar saat itu, seperti Shahibul Maulid Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad al-‘Aydrus, dan Syaikh Hasan bin ‘Awadh.

Dari Yaman, Habib Ali memperdalam lagi ilmunya di Makkah dan Madinah, Arab Saudi. Ia berguru kepada Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi (Mufti Makkah), Sayyid Abu Bakar al-Bakri Syatha ad-Dimyati, Syaikh Muhammad Said Babsail, dan Syaikh ‘Umar Hamdan.

Setelah kembali ke Tanah Air, Habib Ali membangun Masjid Al-Riyadh dan madrasah Unwanul Falah di Kwitang. Ia juga mendirikan majelis taklim yang kemudian dikenal dengan Majelis Taklim Kwitang. Dari situ, Habib Ali juga disebut sebagai pelopor majelis taklim di Indonesia.

Salah satu peran penting Habib Ali Kwitang dalam kemerdekaan bangsa Indonesia adalah ketika beliau dimintai pendapat oleh Bung Karno terkait penentuan hari dan tanggal dibacakannya teks Proklamasi sebagai tanda kemerdekaan Indonesia dan bukti berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) sebagai negara yang berdaulat.

Habib Ali menentukan tanggal 17 Agustus 1945 Masehi yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1936 Hijriyah sebagai hari untuk membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesa.

Tidak hanya itu, Habib Ali Kwitang juga berperan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia pada umumnya dan daerah Jakarta khususnya, sehingga beliau disebut sebagai ulama terdepan dalam syiar Islam di Jakarta pada abad ke-20.

Pada tahun 1940-an, selain mendirikan Masjid ar-Riyadh di Kwitang, di samping masjid tersebut beliau juga mendirikan sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah Unwanul Falah.

Banyak ulama Betawi atau Jakarta yang pernah menjadi murid beliau atau pernah belajar di madrasah yang didirikannya, di antaranya KH. ‘Abdullah Syafi’I (pendiri Pesantren Assyafi’iyah), KH. Thahir Rohili (pendiri Pesantren Atthohiriyah), KH. Muhammad Na’im Cipete, KH. Muhajirin Cililitan dan lain-lain.

Setelah merdeka, Habib Ali juga ikut mendorong berdirinya partai politik berazaskan Islam pertama di Indonesia yakni Partai Syarikat Islam.

Habib Ali wafat di Jakarta pada 13 Oktober 1968.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *