Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 12 April 2022

10 Ramadan Hari Wafat Sayyidah Khadijah, Tandai ‘Tahun Kesedihan’ Rasulullah


islamindonesia.id – Dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad s.a.w atau yang dikenal dengan sebutan Sirah Nabawiyah, diceritakan bahwa beliau pernah berada dalam keadaaan duka cita yang amat mendalam.

Tahun kesedihan dan terberat yang dialami Rasulullah s.a.w ini dikenal dengan sebutan amul huzni. Keadaan ini terjadi pada tahun ke-10 nubuwah (kenabian).

Saat itu Nabi Muhammad s.a.w kehilangan dua orang tercintanya sekaligus, yakni Abu Thalib sang paman dan sang istri tercinta, Sayyidah Khadijah.

Sayyidah Khadijah meninggal pada tanggal 10 Ramadhan, atau tiga tahun sebelum Rasulullah s.a.w hijrah ke Madinah.

Sosok Sayyidah Khadijah di Mata Rasulullah

Khadijah binti Khuwailid adalah istri pertama Nabi Muhammad s.a.w yang telah dinikahinya selama 25 tahun. Beliau adalah istri yang paling Nabi s.a.w hormati dibandingkan istri-istrinya yang lain. Tak heran, karena Khadijah adalah orang pertama yang meyakini Rasulullah dan selalu mendampingi Beliau selama berdakwah hingga akhir hayat. Dalam banyak riwayat disebutkan kalau Rasulullah baru menikah lagi setelah Khadijah wafat.

Khadijah wafat pada hari ke-11 bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah atau pada 619 M, saat usia Rasulullah sekitar 50 tahun.

Wafatnya Khadijah terjadi tidak lama setelah peristiwa pemboikotan yang dilakukan kaum Quraisy terhadap kabilah Muhammad s.a.w, Banu Hasyim. Dengan adanya boikot ini para penduduk Makkah dilarang berdagang dan melakukan urusan-urusan lain dengan keluarga Nabi Muhammad. Hal ini menimbulkan kekurangan makanan yang mungkin merupakan salah satu faktor penyebab meninggalnya Khadijah.

Ketika Khadijah wafat, Rasulullah amat terpukul. Apalagi hari kematian Khadijah tidak berselang lama dari kematian paman kesayangan Nabi, Abu Thalib. Oleh karena itu, masa-masa ini disebut sebagai tahun berkabung bagi Nabi Muhammad s.a.w.

Bagi Rasulullah sendiri, Khadijah sangat istimewa. Diriwayatkan, ketika Khadijah sakit menjelang ajal, Beliau berkata kepada Rasululllah s.a.w, “Aku memohon maaf kepadamu, Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.”

Rasulullah menjawab, “Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya,” jawab Rasulullah.

Khadijah memang telah mengorbankan semuanya. Kekayaannya, kebangsawanannya, dan kemuliaannya dalam mendukung dakwah Nabi Muhammad s.a.w. Selain itu, Khadijah adalah orang yang mula-mula masuk Islam. Dia pula yang pertama kali diajari salat dan wudu oleh Nabi Muhammad s.a.w.

Kepada Rasulullah s.a.w, Khadijah kemudian mengatakan bahwa dia sudah tak punya apa-apa lagi untuk mendukung perjuangan Islam. Seluruh hartanya telah habis. Sementara perjuangan Rasulullah s.a.w dalam menyebarkan Islam belumlah selesai.

“Wahai Rasulullah seandainya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai, namun engkau tidak memperoleh rakit atau jembatan, maka galilah lubang kuburku jadikanlah sebagai jembatan untuk kau menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa melanjutkan dakwahmu,” kata Khadijah.

Ucapan Siti Khadijah itu kian membuat hati Rasulullah s.a.w sang penghulu Rasul itu bersedih. Khadijah kemudian memanggil putrinya, Fatimah Az Zahra.

Dia minta Fatimah agar memintakan sorban Rasulullah untuk dijadikan kain kafan. Mendengar itu Rasulullah s.a.w berkata, “Mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?”

Padahal, kata Rasulullah, Khadijah telah mengorbankan semua hartanya untuk perjuangan syiar Islam. Semua umat Islam waktu itu ikut menikmati. Bahkan semua pakaian kaum Muslim ketika itu kebanyakan juga dari Khadijah.

Saat itu Khadijah memang salah satu orang terkaya di Kota Makkah. Bahkan disebutkan dua pertiga kekayaan Kota Makkah adalah milik Khadijah. Namun justru di akhir hayatnya, Khadijah tak memiliki harta sedikit pun, baju yang dia kenakan penuh tambalan. Disebutkan ada sekitar 83 tambalan.

Bahkan menjelang wafat, Khadijah pun tak punya selembar kain untuk digunakan sebagai kafan. Sehingga dia merasa perlu meminta kain sorban yang dikenakan Rasulullah s.a.w. Sorban itulah yang kerap dipakai Rasulullah saat menerima wahyu dari Allah SWT.

Mendengar permintaan terakhir Khadijah, Rasulullah menjawab, “Wahai Khadijah, Allah SWT menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”

Siti Khadijah wafat di pangkuan Rasulullah SAW. Sang Ummul Mukminin itu meninggalkan dunia fana ini saat berusia 65 tahun. Kesedihan yang dirasakan Nabi s.a.w kala itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Beliau memuji sosok kekasih Sayyidah Khadijah melebihi istri-istri lainnya.

“Demi Allah, Allah tidak memberiku wanita pengganti yang lebih baik daripadanya: Dia (Khadijah) beriman kepadaku tatkala orang-orang mengingkariku. Dia (Khadijah) memercayaiku ketika orang-orang mendustakanku. Dia (Khadijah) membantuku dengan hartanya saat orang-orang tidak mau membantuku. Dialah (Khadijah) ibu dari anak-anak yang Allah anugerahkan kepadaku, tidak dari istri-istri yang lain.”

Seperti diketahui, dari pernikahannya dengan Sayyidah Khadijah, Rasulullah s.a.w dikarunia enam orang anak yakni Abdullah, Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah Az-Zahra, dan Ummi Kalsum.

Kisah Kain Kafan Pemberian Malaikat Jibril

Diriwayatkan, saat Ummul Mukminin, Sayyidah Khadijah mengembuskan napas terakhirnya di pangkuan Rasulullah, Beliau mendekap tubuh Sayyidah Khadijah dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Air mata Nabi yang mulia pun tumpah, tak terkecuali semua orang yang bersama Nabi di tempat itu.

Saat itulah Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.

Rasulullah pun menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya, “Untuk siapa kain kafan itu wahai Jibril?”

Jibril berkata: “Kain kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fathimah, Ali, dan Hasan.

Tiba-tiba Jibril berhenti berbicara lalu Rasulullah bertanya, “Kenapa wahai Jibril?”

“Cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan, dia akan dipenggal dan gugur syahid tanpa kafan dan tak dimandikan,” kata Jibril.

Dalam suasana duka itu, Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah yang mulia. “Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha Mengetahui semua amalanmu. Semua hartamu engkau infakkan untuk Islam. Kaum Muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum Muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?”

Malailkat Jibril berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, itulah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan dari aku, dan beritahukan kepadanya tentang (balasan) sebuah rumah di surga dari mutiara, yang tiada keributan dan tidak ada kepayahan di dalamnya.” (HR. Al-Bukhari)

EH/Islam Indonesia


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *