Satu Islam Untuk Semua

Monday, 13 July 2020

Sultan Mehmed al-Fatih, Orang Pertama yang Mengubah Hagia Sophia Menjadi Masjid


islamindonesia.id – Sultan Mehmed al-Fatih, Orang Pertama yang Mengubah Hagia Sophia Menjadi Masjid

Belum lama ini, atas inisiasi Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, Museum Hagia Sophia akan diubah kembali menjadi masjid.

Pada awal mulanya sekali, Hagia Sophia sendiri adalah Katedral milik Kristen Ortodoks pada masa Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium), yang kemudian diubah menjadi masjid pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah.

Pada tahun 1934, Hagia Sophia diubah menjadi museum oleh Kemal Ataturk, pendiri Turki modern, setelah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah runtuh.

Namun bagaimanakah prosesnya ketika Hagia Sophia untuk pertama kalinya diubah menjadi masjid? Dilansir dari ganaislamika.com, berikut inilah rangkuman kisahnya:

Dalam sejarah Eropa, Kekaisaran Romawi menikmati posisi yang paling unggul, kisah-kisahnya menjadi bahan pelajaran paling populer dibandingkan dengan sejarah Eropa manapun.

Alasan paling jelas untuk ini adalah karena Romawi memiliki rentang kekuatan militer dan politik yang usianya sangat panjang, dan mereka  mewariskan banyak kebudayaan bagi masyarakat Barat yang bahkan sampai hari ini pengaruhnya masih terasa.

Namun terlepas dari sejarah yang panjang dan digdaya tersebut, pada kenyataannya Romawi ditumbangkan oleh kekaisaran lain yang usianya jauh lebih muda dan relatif kecil wilayah kekuasaannya. Mereka yang menjatuhkannya adalah Kesultanan Ustmaniyah.

Konstantinopel, kota terpenting Romawi, jatuh pada tahun 1453 oleh Utsmaniyah. Jatuhnya Konstantinopel menjadi penanda berakhirnya Kekaisaran Romawi (Timur/Bizantium) yang telah berkuasa selama 1.123 tahun.

Adalah Sultan Mehmed II, Sultan Utsmaniyah ke-7 yang berhasil menaklukkan Konstantinopel dengan inovasinya menggunakan meriam raksasa pertama di dunia, dan oleh karenanya dia diberi gelar sebagai al-Fatih (Sang Penakluk).

Salah satu meriam raksasa Ustmaniyah yang masih ada sampai hari ini. Foto: cael309/imgur

Ketika benteng Konstantinopel yang terkenal begitu kuat dapat dijebol dan pasukan Utsmaniyah menyerang masuk, menurut seorang saksi mata, Konstantinus, Kaisar terakhir Romawi, melepas jubah kekaisaran berwarna ungunya dan menyerang — dengan pedang di tangan — ke dalam barisan pasukan Utsmaniyah.

Dia meninggal seperti seorang prajurit biasa. Terakhir terlihat di dekat gerbang Santo Romano, namun tubuhnya sendiri tidak pernah ditemukan.

Kebanyakan penulis sejarah dari abad ke-15, baik orang Timur maupun Barat, setuju bahwa dia terbunuh dalam pertempuran, tetapi karena keberadaan jenazahnya tidak diketahui (bahkan sampai hari ini), berbagai legenda yang menceritakan kisahnya kemudian bermunculan, dan berbagai situs di Konstantinopel dianggap sebagai makamnya.

Dengan menunggang kuda, Sultan Mehmed II memasuki kota melalui gerbang Konstantinopel, yang di kemudian hari oleh Utsmaniyah disebut Topkapı (secara harfiah, artinya adalah “gerbang meriam”).

Sampai tengah hari, pasukan Utsmaniyah sudah tidak mendapat perlawanan yang serius. Konstantinopel telah menjadi milik mereka. Pasukan Utsmaniyah mencapai Katedral Hagia Sophia yang sangat besar — yang dipenuhi orang-orang sipil yang mencari perlindungan, mereka mendobrak pintu-pintunya.

Para penduduk yang ketakutan itu kemudian dibagi ke dalam kelompok-kelompok, dibagi berdasarkan kemampuan masing-masing untuk membayar uang tebusan.

Sementara itu, untuk bagian kota sisanya, Sultan Mehmed II mengizinkan pasukannya untuk menjarah selama tiga hari, selama waktu tersebut, mereka dapat mengambil apapun yang mereka mau.

Dikisahkan, ketika Sultan Mehmed sendiri memasuki tempat-tempat yang telah dijarah tersebut, bagaimanapun, skala kehancuran dan pembantaiannya telah membuatnya ngeri.

Salat Jumat pertama setelah penaklukan, yang dipimpin oleh Sheikh Akşemseddin, berlangsung di basilika Hagia Sophia, Gereja Kekaisaran Kaisar Justinian, yang telah diubah menjadi masjid. Sultan Mehmed konon pertama kali masuk ke Hagia Sophia ditemani oleh Tursun Bey, yang menyaksikan ekspresi kekaguman sultan terhadap interiornya.

Interior Hagia Sophia hari ini, yang pernah membuat Sultan Mehmed II terkagum-kagum. Foto: Mikhail Markovskiy/Dreamstime

Transformasi gereja Kristen Bizantium ke Masjid Islam Utsmaniyah hanya membutuhkan penyingkiran beberapa perlengkapan ritual Kristen – salib dan lonceng – dan menggantinya dengan perlengkapan ibadah Muslim – satu tempat imam untuk memimpin shalat, mimbar, dan menara.

Utsmaniyah bahkan tidak mengganti nama gedung tersebut, melainkan hanya mengganti penyebutannya supaya terdengar lebih Turki, “Ayasofya.”

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Lukisan Sultan Mehmed II bersama pasukannya ketika memasuki Konstantinopel. Lukisan karya Fausto Zonaro (1854–1929)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *