Satu Islam Untuk Semua

Friday, 22 March 2019

Sejak Kapan Manusia Menyembah Berhala?



islamindonesia.id – Sejak Kapan Manusia Menyembah Berhala?

Dalam iman dan sejarah Islam, berhala merupakan benda yang sangat buruk. Benda ini dianggap sumber dosa karena dijadikan sesembahan.

Masyarakat pra-Islam menjadikan patung yang mereka buat sebagai tuhan. Padahal, mereka sudah paham patung tidak akan memberikan manfaat maupun kerugian apapun pada manusia.

Ketika Fathu Makkah, benda yang pertama kali dihancurkan Rasulullah Muhammad SAW adalah berhala. Ini agar patung-patung itu tidak lagi dijadikan sesembahan.

Rasulullah juga melarang umat Islam untuk menyimpan berhala di rumahnya. Rasulullah khawatir berhala itu akan berpotensi kembali disembah.

Lantas, sejak kapan manusia menyembah berhala?

Hal ini dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dari Ibnu Abbas RA. Dalam hadis tersebut, berhala pertama kali disembah di zaman Nabi Nuh AS.

“Dari Ibnu Abbas RA bahwasanya berhala-berhala yang dahulu diagungkan oleh kaum Nabi Nuh, di kemudian hari tersebar di bangsa Arab. Wadd menjadi berhala untuk kaum Kalb di Daumatul Jandal. Suwa’ untuk Bani Hudzail. Yaquts untuk Murad dan Bani Ghuthaif di Jauf, tepatnya di Saba’. Adapun Ya’uq adalah untuk Bani Hamdan. Sedangkan Nashr untuk Himyar keluarga Dzul Kala’. Itulah nama-nama orang shaleh dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kaum itu untuk mendirikan berhala pada majelis mereka dan menamakannya dengan nama orang-orang shaleh itu. Maka mereka pun melakukan hal itu, dan saat itu berhala-berhala itu belum disembah hingga mereka wafat, sesudah itu, setelah ilmu tiada, maka berhala-berhala itu pun disembah.”

Al Suyuti dalam kitab Ad Duratul Mantsur, mengutip pendapat Al Faqihi, menguatkan hadis di atas. Menurut Al Faqihi, di masa Nabi Nuh, seorang anak merindukan orangtuanya sudah meninggal membuat patung.

Patung itu dibuat dengan wajah yang mirip orangtuanya. Pembuatan patung itu didasari ketidakmampuan memupuk sifat sabar.

Ketika orangtua meninggal, si anak akan memandangi patung-patung tersebut. Hal itu akan dilakukan sepanjang hidupnya.

Lambat laun, hal ini menjadi tradisi turun temurun hingga anak cucunya. Lama kelamaan, anak cucunya menganggap patung-patung tersebut harus disembah sebagai tuhan.

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *