Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 24 March 2019

Mengenal Pola Dakwah Ala Sunan Bonang


islamindonesia.id – Mengenal Pola Dakwah Ala Sunan Bonang

Sunan Bonang lahir di daerah Bonang, Tuban, Jawa Timur pada tahun 1465 M. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang. Nama Sunan Bonang sendiri diduga berasal dari Bong Ang yakni sesuai dengan marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.

Literatur lain menyebutkan jika nama Bonang diambil dari salah satu alat musik tradisional yang biasa digunakan oleh Raden Maulana Makdum Ibrahim dalam berdakwah kepada masyarakat. Sunan Bonang memiliki nama lain yakni Raden Makdum atau Maulana Makdum Ibrahim. Sunan Bonang merupakan putra keempat dari Sunan Ampel dengan Candrawati alias Nyai Gede Manila Putri dari Arya Teja seorang Bupati Tuban.

Sunan Bonang dikenal sebagai salah satu Wali Songo yang ulung dalam berdakwah dan menguasai ilmu fiqh, ushuludin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan berbagai ilmu kesaktian serta kedigdayaan. Pada masa kecilnya, Sunan Bonang sudah diberi pelajaran agama Islam secara tekun dan disiplin oleh ayahnya.

Diceritakan bahwa pada usia remaja, Sunan Bonang beserta saudaranya yakni Raden Paku meneruskan mempelajari agama Islam dengan menyeberang ke negeri Pasai, Aceh untuk menemui Syekh Maulana Ishaq. Selain itu, mereka juga belajar kepada ulama besar lainnya yang menetap di negeri pasai, seperti para ulama tasawuf yang berasal dari Baghdad, Mesir, Arab, Persia atau Iran. Selesai belajar di negeri pasai, Sunan Bonang lalu diperintahkan ayahnya untuk berdakwah di daerah Tuban.

Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, Sunan Bonang meninggal di desa Lasem Jawa Tengah. Jenazahnya diambil oleh santri-santri Sunan Bonang yang dari Madura dan akan dibawa ke Madura namun di tengah perjalanan tepatnya di perairan Tuban, perahu para santri kandas dan pada akhirnya Sunan Bonang dimakamkan di Tuban, namun para santri beliau yang dari Madura diizinkan membawa kain kafannya saja untuk dibawa pulang ke Madura. Sehingga makam yang sering diziarahi masyarakat ialah makam yang berada di Tuban. 

Kiprah Dakwah Sunan Bonang dalam Perkembangan Islam di Pulau Jawa

Strategi dakwah yang dilakukan oleh Sunan Bonang dalam menyebarkan Islam di pulau Jawa mengikuti jejak ayahnya yakni dengan mendirikan pesantren di Tuban. Di pesantren inilah Sunan Bonang mendidik kader-kader Islam yang akan turut menyiarkan Islam ke seluruh Pulau Jawa.

Selain menjadikan pesantren di Tuban sebagai basis wilayah dakwah, beliau juga menyebarkan Islam dengan cara keliling. Sunan Bonang dalam menyebarkan Islam banyak menggunakan karya sastra berupa carangan pewayangan dan suluk atau tembang tamsil.

Beberapa carangan pewayangan ia buat sendiri ataupun digubah bersama Sunan Kalijaga. Di antaranya yaitu Petruk Dadi Ratu, Layang Kalimasada, Dewa Ruci, Pandu Pragola, Semar Mbarang Jantur, Mustakaweni, Begawan Ciptaning, Obong Bale Sigala-gala, Wahyu Widayat, Kresna Gugah, dan lain-lain.

Adapun karya sastra yang digubahnya adalah Kitab Bonang (Suluk Sunan Bonang), Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk ing Aewuh, Suluk Jebeng, Suluk Wregol, dan lain-lain. Suluk- suluk tersebut berisi pengalaman Sunan Bonang menempuh jalan tasawuf.

Berdakwah Lewat Alat Musik Tradisional

Dalam berdakwah Sunan Bonang sering menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka. Sunan Bonang memahami bahwa dakwah melalui kesenian adalah suatu cara yang tepat, maka beliau mempelajari kesenian Jawa antara lain seni bonang. Bonang adalah sejenis alat musik tradisional yang terdiri dari kuningan yang bagian tengahnya berbentuk lonjong, bila bagian itu dipukul dengan kayu lunak maka akan muncul suara yang merdu.

Setiap Sunan Bonang membunyikan alat musik tersebut pasti banyak penduduk yang berdatangan ingin mendengarkan sekaligus menyaksikannya. Dengan cara inilah Sunan Bonang menyebarkan ajaran Agama Islam kepada masyarakat, setelah rakyat bersimpati lalu beliau menyisipkan ajaran-ajaran Islam kepada mereka.

Tembang-tembang yang diajarkan oleh Sunan Bonang berisikan nilai-nilai keislaman sehingga tanpa terasa penduduk sudah mempelajari agama Islam dengan senang hati tanpa paksaan. Sunan Bonang membuat tembang yang dikenal dengan tembang Tombo Ati/ penyembuh hati. Berikut syair tembang tombo ati:

Tamba ati iku limo sakwarnane,

Maca Qur’an angen-angen sak maknane,

Kaping pindho salat wengi lakonana,

Kaping telu wong kang sholeh kancanana

Kaping papat kudhu etheng ingkang luwe,

Kaping lima zikir wengi ingkang suwe, 

Artinya:

Obat hati itu ada lima jenis,

Pertama, membaca Al-Qur’an dengan mengerti artinya,

Kedua, mengerjakan sholat malam (sholat Tahajud),

Ketiga, sering bersahabat dengan orang sholeh (berilmu),

Keempat, harus sering berprihatin (puasa),

Kelima, sering berdzikir mengingat Allah pada waktu malam.

Contoh Keteladanan

Bentuk keteladanan yang dapat kita ambil dari perjalanan dakwah Sunan Bonang di masa sekarang yakni dalam berdakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan memainkan alat musik dan menciptakan tembang yang mengajarkan nilai-nilai Islam.

Alangkah baiknya, jika kita memiliki kemampuan dalam seni dikembangkan ke arah yang positif dalam hal ini mendakwahkan islam. Sehingga hal itu nantinya akan mendatangkan pahala bagi diri kita, tidak hanya sebagai penyaluran hobi semata namun juga sebagai jalan dalam mensyiarkan Islam.

Adapun jejak sejarah dari Sunan Bonang yang dapat kita kunjungi yakni berupa wisata religi makam Sunan Bonang yang terletak di kelurahan Kutorejo yang berada di pusat kota Tuban. Lokasi makam berada di lokasi strategis yakni berjarak 200 m dari alun-alun kota Tuban. Makam ini selain dekat dengan alun-alun juga berada dibelakang Masjid Agung Kota Tuban. Letak makam yang strategis memudahkan para peziarah untuk mengunjunginya.

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *