Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 01 September 2018

Makna Panji Islam Kesultanan Perlak Aceh 


islamindonesia.id – Makna Panji Islam Kesultanan Perlak Aceh

 

Panji Perlak

[1] Jika Anda perhatikan dengan seksama, terlihat jelas (dalam) gambar kaligrafi yang membentuk gambar singa (dalam Panji Kesultanan Perlak) ini, yang terletak di tengah bagian bawah. Gambar singa sering diidentikkan atau menjadi simbol seorang sahabat, sepupu, sekaligus menantu Nabi SAW yaitu Imam Ali bin Abi Thalib. Imam Ali bin Abi Thalib bernama asli Haydar bin Abu Thalib, Haydar yang berarti Singa pemberani adalah harapan keluarga Abu Thalib. Imam Ali bin Abi Thalib juga mendapatkan gelar Asadullah (Singa Allah). Sebagai catatan bahwa kakek Imam Ali bin Abi Thalib bernama Asad yang berarti singa.

[2] Dalam panji ini juga tampak tiga pedang dengan bentuk yang sama, yang berposisi di bawah kaligrafi singa satu pedang, dan dua pedang berposisi di pinggir bagian atas. Pedang dengan bentuk yang khas yaitu melengkung dengan ujung bercabang dan tulisan kaligrafi di bilahnya tersebut adalah pedang Zulfikar, pedang milik Imam Ali bin Abi Thalib yang diberikan oleh Nabi SAW saat perang Uhud.

[3] Tulisan “Man Kuntu Maulahu Fahadza Aliyyun Maula” pada bilah pedang bagian atas kanan merupakan kalimat yang sangat terkenal bagi orang-orang Syiah, diriwayatkan bahwa kalimat tersebut diucapkan oleh Nabi SAW di depan ratusan ribu orang selepas melaksanakan ibadah Haji Wada’ dan dilakukan saat dalam perjalanan pulang tepatnya di wilayah Ghadir Khum sebuah wilayah antara Makkah dan Madinah.

Kalimat tersebut adalah potongan pidato Nabi SAW yang berarti “Siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka inilah Ali sebagai pemimpinnya.” Bagi Syiah, kalimat tersebut adalah sebagai legitimasi bahwa sepeninggal Nabi SAW yang berhak menjadi pemimpin umat Islam adalah Imam Ali bin Abi Thalib.

[4] Lebih lanjut yang terdapat dalam panji ini adalah tulisan “La Fatta ila ‘Ali wa la Saifa illa Zulfikar” pada bilah pedang bagian atas kanan setelah kalimat “Man Kuntu Maulahu Fahadza Aliyyun Maula”. Diriwayatkan bahwa pada saat Perang Uhud Nabi SAW mendengar seruan malaikat jibril yang berbunyi “La Fatta illa ‘Ali wa la Saifa illa Zulfikar”, yang berarti tiada pemuda kecuali Ali dan tiada pedang kecuali Zulfikar.

[5] Selanjutnya adalah gambar telapak tangan sempurna dengan kelima jarinya yang di dalamnya bertuliskan lafadz Allah dan di bawahnya tertulis 5 nama. Yaitu Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain. Kelima nama tersebut juga ditulis dengan jelas di bawah pertemuan dua pucuk pedang Zulfikar. Kelima orang tersebut disebut sebagai Ahlul Kisa’ dan juga Ahlulbait Nabi SAW.

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu wahai Ahlulbait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya” (QS. Al-Ahzab [33]:33).

[6] Kalimat shalawat “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad” yang posisinya tertulis di bawah lima nama yang dimuliakan ummat Islam, yaitu Muhammad, Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain. Tidak ada suatu mazhab yang lebih mengutamakan shalawat kepada Nabi dan keluarganya daripada Syiah, bahkan setiap hari dalam kehidupan mereka selalu diliputi dengan ucapan-ucapan shalawat kepada Nabi dan keluarganya. Shalawat kepada Nabi dan keluarganya memang suatu amalan yang agung, bahkan tidak akan sah sholat seseorang tanpa bershalawat kepada Nabi dan keluarganya.

[7] Dalam panji ini juga terdapat 12 nama Imam Ahlulbait yang memang diakui Syiah sebagai Imam dan Khalifah. Mereka dimulai dari Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain, Imam Ali Zainal Abidin, Imam Muhammad Al-Baqir, Imam Ja’far As-Shadiq, Imam Musa Al-Kazhim, Imam Ali Al-Ridho, Imam Muhammad Al-Jawad, Imam Ali Al-Naqi, Imam Hasan Al-Askari, dan Imam Muhammad Al-Mahdi bin Imam Hasan Al-Askari. Kesemuanya adalah keturunan Rasul SAW, dan dalam logo bendera tersebut nama-nama para imam tersebut tertulis di atas kaligrafi singa.

Sejarah mencatat bahwa Kesultanan Perlak yang berada di wilayah Aceh adalah kesultanan pertama di Asia Tenggara. Sejarah juga mencatat bahwa sultan pertama Kesultanan Perlak adalah Syiah, yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah. Hal tersebut telah menjadi rangkaian bukti bahwa muslim Syiah adalah yang pertama datang di Indonesia.

Tari Saman dan Tragedi Karbala

Bukti-bukti lain adalah Tari Saman yang menjadi tarian tradisional Rakyat Aceh, di mana sebenarnya Tarian Saman mengekspresikan kesedihan terhadap tragedi Karbala yaitu tragedi pembantaian keluarga Nabi SAW oleh penguasa zalim saat itu (Yazid bin Muawwiyah bin Abu Sufyan), juga ada peringatan Tabuik di Bengkulu yang dilakukan setiap tahun sekali pada bulan Muharam –tepatnya pada Hari Asyura, yaitu hari saat dibantainya cucu Nabi SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib di padang Karbala.

[8] Sebagai info penutup, kalimat di bawah lafaz Basmalah (paling atas) dalam panji tersebut berbunyi: “Laa ilaha illa-Allah Muhammad Rasulullah ‘Aliyyun Waliyullah Washiyyun Rasulullah” yang artinya: “Tak ada Tuhan selain Allah, Muhammad Rasulullah, Ali Wali Allah, Washi-nya Rasulullah”.

Sumber Sekunder

Panji Kerajaan Peureulak tersebut ada di dalam naskah tua berbahasa melayu dengan judul ‘Izhar al-Haq fi Mamlakah al-Ferlak wa al-Fasi’ karangan Abu Ishak Makarani al-Fasi. Kemudian naskah tsb disunting kembali oleh sejarawan muslim Ali Hasjmy (1978).

Lambang tsb menegaskan bahwa kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah kerajaan Islam Perlak, yang didirikan pada tanggal 1 Muharram 225 H/840 M.

Cicit Imam Ja’far as Shadiq

Raja pertama Kerajaan Peureulak yaitu Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah. Beliau adalah putra dari Sayyid Muhammad al Dibaj (si tampan) bin Ja’far as Shadiq.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *