Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 24 February 2019

Haidar Bagir: Akibat Dakwah Kasar, Banyak yang Skeptis bahkan Ateis


 

Tasawuf Rumi menurut Haidar Bagir

islamindonesia.id — Haidar Bagir: Akibat Dakwah Kasar, Banyak Generasi Muda jadi Skeptis bahkan Ateis

Beberapa hari lalu, media massa menyiarkan acara doa bersama yang digalang oleh sekelompok masyarakat tertentu di sebuah ruang publik. Dalam salah satu bagian acara itu, seorang tokoh membacakan petikan doa Nabi dalam perang Badar.

Dalam petikan itu, sang tokoh berdoa demikian: “…Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami. Karena jika Engkau tidak menangkan. Kami khawatir ya Allah. Kami khawatir ya Allah tak ada lagi yang menyembah-Mu…“.

Petikan doa Nabi itu kontan menyulut kontroversi yang serius. Tak sedikit yang menganggapnya sebagai pernyataan perang terhadap kelompok politik lain yang memiliki pilihan berbeda dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden mendatang. Apalagi, kutipan doa itu dibacakan oleh orang yang secara tegas telah menyatakan dukungan pada salah satu pasangan calon.

Petikan doa tersebut agaknya memang tidak bisa dilepaskan dari narasi yang telah dibangun oleh salah satu kubu bahwa pemilihan umum April 2019 mendatang mirip dengan perang Badar. Yakni, suatu perang antara yang hak dan batil, antara Nabi suci sebagai pemimpin Muslimin ketika itu dengan kalangan kafir Quraish yang meyerangnya.

Terlepas dari kontroversi yang ada, intelektual Muslim Haidar Bagir meminta agar tak ada aksi saling mengkafirkan dalam konteks politik praktis. Dalam cuitannya di akun Twitter @Haidar_Bagir, dia mengingatkan: “Sampai belum lama ini kita masih mati-matian saling mengingatkan agar umat Islam tak saling mengafirkan karena beda aliran atau mazhab. Belum lagi selesai (soal) itu, sekarang kita sudah harus mengingatkan agar tak tak saling mengafirkan karena beda dukungan capres. Pertanyaannya sekarang: How low can we go?

Sehari setelahnya, penulis berbagai buku Islam populer ini menyatakan bahwa dakwah penuh kebencian, labelisasi ideologis dan konfrontasi justru dapat berakibat pada menurunnya jumlah penyembah Tuhan. Pendiri Grup Mizan ini menulis: “Saat jumlah penyembah Tuhan dikaitkan dengan kemenangan politik, maka tak sedikit generasi muda yang justru akan skeptis terhadap agama: agama, yang mereka pahami penuh cinta, damai dan kebaikan hati, tiba-tiba terkesan penuh permusuhan, kebencian dan konflik…”

Twit HB

Untuk memperkuat asumsinya, Haidar mengunggah tautan berisi Bab 7 dari buku berjudul Arabs without God: Atheism and freedom of belief in the Middle East karya Brian Whitaker. Buku ini meneliti berkembangnya arus ateisme dan sekularisme di Timur Tengah sebagai akibat dari kebebasan berekspresi yang tersedia di ruang maya. Meski umumnya aktif di dunia maya, Whitaker berargumen bahwa kelompok-kelompok ateis Arab kini mampu mengekpresikan diri secara leluasa.

arabs-without-god

 

Lebih jauh, Whitaker menunjukkan bahwa ateisme dan skeptisisme terhadap Islam mendapat momentumnya justru saat kelompok-kelompok radikalis dan ekstremis aktif mempromosikan dakwahnya via media sosial. Walaupun sebatas aktivisme maya, kalangan ateis dan skeptis Arab ini terus menunjukkan peningkatan. Dalam tulisan lain, The rise of Arab atheism, Whitaker berkesimpulan bahwa skeptisisme dan ateisme tumbuh kian subur di dalam lingkungan yang tertutup, menghakimi dan mengekang.

Lagi-lagi untuk mendukung argumentasi di atas, Haidar Bagir kembali mencuit hasil jajak pendapat Pew Research Center di AS: “Pew Research Center pernah mensurvei: jumlah yang masuk dan keluar dari Islam di AS sama besarnya. Juga meningkatnya jumlah ateis/agnostik di Arab. Ada akibat sekularisasi, tapi tak kecil juga akibat kekecewaan sebagian generasi terpelajar pada meluasnya penafsiran Islam yang “keras”, ideologis dan konfrontatif.” Jajak pendapat itu dapat dilihat di tulisan berikut: The share of Americans who leave Islam is offset by those who become Muslim.

Haidar Bagir yang kini aktif menyebarkan ajaran-ajaran tasawuf lewat Pesantren Virtual Nurul Wala ini lantas mengajak seluruh pihak untuk kembali mengajarkan Islam lewat dakwah yang damai dan sejuk. Tulisnya, “Mari kembali ke dakwah yang penuh hikmah dan kesantunan.”

Tak ayal, rangkaian cuitan Haidar Bagir itu mendapatkan banyak sekali tanggapan, baik dengan retweet maupun like. Tidak sedikit juga pengguna Twitter yang meresponsnya dengan komentar dukungan maupun pertanyaan. Saat tulisan ini dibuat, yakni kurang dari 6 jam setelah diunggap, salah satu cuitannya telah mendapat 2.900 retweet dan 4,100 like.

 

MK/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *