Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 19 March 2022

Apa Kata Islam tentang Pelaku Flexing?


islamindonesia.id – Akhir-akhir ini, “Flexing” menjadi kata yang banyak diperbincangkan di berbagai platform media sosial dan menjadi sorotan utama di sejumlah media pemberitaan.

Flexing merupakan kata gaul atau slang word dari Amerika yang artinya suka pamer. Secara definisi, flexing adalah menyombongkan diri dengan memamerkan kemewahan atau kekayaan.

Memamerkan sesuatu yang dimiliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan terkadang dilakukan oleh sebagian orang, baik secara langsung maupun di media sosial.

Pamer kekayaan pun menjadi salah satu konten yang cukup banyak dibuat oleh para pembuat konten media sosial akhir-akhir ini.

Tidak hanya memamerkan harta benda, terdapat juga orang-orang yang kerap membanggakan diri melalui apa yang telah dilakukannya.

Lalu, bagaimana hukum pamer dan membanggakan diri sendiri dalam Islam? Bolehkah hal-hal itu dilakukan?

Pamer adalah salah satu bentuk Riya

Memamerkan sesuatu yang kita miliki dengan tujuan dipuji atau mendapatkan penghargaan lebih dari orang lain adalah salah satu bentuk riya.

Dalam Islam, pamer tentu dilarang walaupun manusia terkadang khilaf dan suka melakukannya. Sehingga perlu diketahui terlebih dahulu seperti apa riya, dan bagaimana jika dilakukan di dalam Islam.

Perbuatan pamer tentunya memiliki motif yang berbeda-beda, maka dosa yang didapatkan juga beratnya tidak sama.

Berikut adalah perbuatan yang biasanya merupakan tindakan riya atau pamer tanpa tujuan untuk mencari pahala dan hanya untuk mencari pengakuan orang lain.

Kemudian tujuan mencari pahala yang sangat lemah, yakni mencari pahala tapi hanya sedikit, serta tujuan mencari pahala sekaligus riya.

Dalam hadis Qudsi, Rasulullah s.a.w menyatakan bahwa Allah tidak suka orang yang riya, dan akan membiarkan orang tersebut bersama sekutunya.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: “Allah berfirman: ‘Aku Zat yang paling tidak butuh kepada sekutu. Barang siapa melakukan suatu amalan yang di dalamnya itu ia menyekutukan Aku dengan selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan ia bersama sekutunya itu’.” (HR. Muslim)

Akan tetapi, bagaimana jika apa yang kita pamerkan, terutama di media sosial, adalah kebaikan?

“Jika kamu menampakkan sedekah, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah:271)

Dalam Tafsir At-Thabari, Imam Abu Jakfar, Imam Qatadah, Imam Ar-Rabi’, dan ulama lainnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah sedekah sunah, bukan sedekah wajib atau zakat.

Oleh karena itu, Allah tidak melarang kita menampakkan kebaikan-kebaikan yang sunah seperti sedekah, tetapi lebih baik kita merahasiakannya karena lebih aman dari riya.

Membanggakan Diri Sendiri

Sama seperti pamer, sikap membanggakan diri sendiri dapat menjerumuskan seseorang pada perilaku riya.

Bahkan, ditakutkan sikap riya tersebut bisa membuat seseorang sombong, yaitu sikap menganggap dirinya yang paling sempurna.

Dalam Alquran, Allah SWT telah memperingatkan kepada orang-orang yang memiliki sikap riya atau sombong.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)

Membanggakan diri atau ujub dan memandang dirinya memiliki kelebihan dari orang lain, dapat memunculkan sifat sombong.

Oleh karena itu, Allah SWT menjadikan neraka sebagai rumah bagi orang-orang yang sombong.

“Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az-Zumar:72)

Rasulullah s.a.w juga bersabda bahwa orang-orang yang sombong adalah para penduduk neraka Jahanam.

“Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan harta, orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk surga adalah orang-orang yang lemah dan terkalahkan.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *