Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 26 February 2019

Unik, Ada Kolam di Tiap Masjid dan Surau Minangkabau


islamindonesia.id – Unik, Ada Kolam di Tiap Masjid dan Surau Minangkabau

 

Mengunjungi Minangkabau, adalah mengunjungi saksi sejarah panjang kawasan dengan budaya Islam yang begitu mengakar, yang telah menjadi darah daging dan way of life bagi masyarakatnya. Kearifan adat dan budaya Minangkabau yang dilandasi dengan nilai-nilai keislaman tersebut telah menjadi ciri khas negeri ini. Maka salah satu falsafah yang dikenal dari masyarakat Minangkabau adalah Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, Syara’ mangato, Adat mamakai. Falsafah ini seolah telah mengukuhkan eksistensi Islam dalam kehidupan sosial bermasyarakatnya, dan menjadi hal yang tak terpisahkan dalam keseharian orang Minang.

Rumah-rumah tua yang dijaga tak berubah hingga masa kini, dan tak ketinggalan masjid-masjid dan surau tua yang mampu mengarungi zaman, menjadi pemandangan umum dan menjadi ciri khas yang sangat menarik di Minangkabau. Masjid-masjid dan surau ini begitu dijaga oleh masyarakat setempat untuk sebisa mungkin tidak berubah bentuk.

Kalau kita mengenal surau pada umumnya adalah sebagai tempat beribadah (sholat) semata, ternyata bagi masyarakat Minangkabau surau tak hanya sebagai tempat ibadah saja. Namun Surau waktu dulunya telah menjadi tempat tinggal bagi anak laki-laki yang mulai beranjak remaja.

Di suraulah dulunya anak laki-laki yang mulai menginjak masa remajanya lebih banyak menghabiskan waktunya setiap hari. Di surau jugalah mereka ditempa dan dipersiapkan untuk menjadi pribadi yang siap menanggung beban dan amanah di kemudian harinya.

Menariknya, jika kita jelajahi ranah Minang sambil mencermati keberadaan masjid-masjid dan surau-surau tua di sana, akan kita temukan satu keserupaan, yakni adanya kolam di setiap masjid dan surau itu. Sepanjang jalan dari Solok, Sawahlunto, Batusangkar, Padang Panjang, Bukittinggi, dapat kita temukan hal itu: surau atau masjid dengan kolam luas di sampingnya. Rupanya kolam-kolam tersebut memang dibangun bersamaan dengan pembangunan masjid di masa lalu.

Menurut seorang pengamat sosial dan budaya Minang, Datuk Rinof Burhan, dulunya kawasan Masjid juga tempat kegiatan mandi, mencuci dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi masyarakat setempat. Menyesuaikan letak kolam, maka agar air mengalir cukup deras untuk berwudhu maupun untuk pancuran untuk mandi, maka tempat wudhu dan tempat mandi terletak berada menjorok ke bawah permukaan tanah.

Salah satu masjid dengan pemandangan khas itu adalah masjid Asasi di Sigando, Padang Panjang. Berdiri di antara permukiman penduduk dan pada ketinggian 600 meter, masjid ini didirikan pada tahun 1775, dan merupakan masjid tertua di Padang Panjang, dan salah satu yang tertua dan masih aktif di Sumatera Barat. Masjid kayu ini begitu indah, dengan lantai yang juga terbuat dari kayu. Kolam pun terdapat tak jauh dari masjid ini, dan dibuatkan tempat wudhu yang terpisah dari bangunan masjid. Untuk mengambil wudhu, kita harus turun melalui tangga ke bawah tanah, dan air wudhu dialirkan ke bawah dari kolam tersebut. Sangat unik dan khas.

Masyarakat setempat pun hingga kini tetap memanfaatkan air dari kolam tua tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inilah kekhasan Minangkabau, surau adalah sentra dari berbagai aktivitas sosial maupun penghidupan sehari-hari. Bukan hanya sebagai tempat ibadah kepada Yang di Atas, namun juga bersosialisasi secara horizontal antar anggota masyarakat. Tak hanya masjidnya, namun juga, kolamnya. Dan di surau lah …para cerdik cendikia, para pemikir dan pendiri bangsa dari Ranah Minang ditempa.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *