Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 11 March 2014

Muslim dan Biarawan Berbagi Gereja Makam Suci


Dw.de.

Gereja Makam Suci merupakan tempat prosesi umat Kristiani. Namun, kunci gereja dipegang oleh sebuah keluarga muslim yang sama secara turun temurun, selama ratusan tahun.

 

Di Yerussalem terdapat sebuah Gereja Suci yang sangat dihormati oleh kalangan umat Kristen. Di dalamnya, ada situs bersejarah yang diyakini sebagai makam Yesus dimana ia disalib dan bangkit.

Menariknya, kunci gereja itu dipegang oleh sebuah keluarga Muslim, dan menjadi warisan berharga yang nantinya akan diberikan kepada anak cucu mereka secara turun temurun. Tradisi ini, konon sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Para sejarawan mengklaim bahwa tradisi ini sudah ada sejak zaman Sahabat Umar bin Khattab ra.

Ini ditandai dari sikap Umar yang sangat menghormati dan melindung komunitas Kristen di Yerussalem beserta Gereja sebagai tempat ibadah mereka. Sikap toleransi Umar ini kemudian diabadikan dalam bentuk prasasti di dinding Gereja.

Hal ini diakui kedua umat beragama itu sebagai makna adanya penghormatan, perlindungan, dan persahabatan antara umat Islam dengan umat Kristen di Yerussalem.

Setiap pagi umat Islam yang memegang kunci akan membuka gereja tersebut, dan menutupnya selepas adzan Isya berkumandang. Para peziarah pun akan meninggalkan Makam Suci tersebut dengan suka rela. Pintu dari kayu tebal segera ditutup.

“Saya memang penjaga pintu dan pemelihara gereja, dimulai di abad ke tujuh, 1.300 tahun lalu,” kata Wajih Nusseibeh, salah seorang anggota dari keluarga yang sekarang ini mengemban tugas itu.

Nusseibeh tinggal di luar tembok kota tua, tetapi ia harus sudah tiba pukul 4 subuh, setiap hari, untuk membuka pintu gereja. Dia harus bangun pukul 3.30 setiap pagi dari rumah ke tempat ini, demikian tulis media Jerman, Deutse Welle.

“Terkadang lebih pagi”, tambah Wajih sambil tersenyum, “Ya begitulah kehidupan. Yesus bukan hanya untuk umat Kristen, tetapi untuk semua orang.”

Wajih Nusseibeh menambahkan, “Sulit sekali, karena semua orang percaya dia adalah pemilik, dan jika Anda pemilik maka Anda bisa berbuat apa saja yang Anda mau dan memilih orang-orang Anda, bukan yang lain.”

Gereja Suci itu dibangun di dekat makam Yesus. Para biarawan melakukan prosesi setiap pagi di dekatnya, termasuk Pastur Fergus Clarke, imam Fransiskan yang hidup di dalam gereja lebih dari 5 tahun. Ia  menjelaskan mengapa ia percaya kunci gereja sampai ada di tangan keluarga muslim.

“Saat itu, muslim ingin menunjukkan superioritas Islam terhadap Kristen, sehingga mereka memberi kunci kepada sebuah keluarga muslim, menutup semua pintu kecuali satu, dan mereka dapat mengontrol satu-satunya pintu ke gereja terpenting dalam agama Kristen,” kata Clarke.

Tapi ada alasan lain juga. Ke-6 golongan Kristen yang berbagi gereja ini sulit menyepakati banyak masalah praktis seperti perbaikan, bahkan pembersihan gereja. Ada kekuatiran bahwa jika salah satu dari mereka memegang kunci, mereka bisa saja mengunci agar yang lain tak bisa masuk.

Biarawan dari gereja Armenia memulai prosesi di sekitar makam, sementara para biarawan Katolik berjarak tak jauh di depan mereka. Ibarat dua opera digelar bersebelahan, atau kompetisi bagi telinga Tuhan.

“Tentu ini tantangan bagi mereka yang tidak terbiasa. Kami yang tinggal di dalam tidak terganggu mendengarnya. Ini satu-satunya gereja di dunia dimana gereja timur dan barat memuji Tuhan yang sama, di bawah atap yang sama, pada saat yang sama. Jika Anda bisa membayangkan menaruh enam keluarga di dapur yang sama, Anda akan butuh panduan dan batas, dan jika semua merayakan pesta ulang tahun di hari yang sama, tentu saja akan ada beberapa perbedaan pendapat,” ujar Pastur Clarke.

Terkadang, perbedaan pendapat itu jatuh ke dalam kekerasan, seperti pada perayaan Paskah beberapa tahun lalu. Biarawan ortodoks Yunani dan Armenia saling pukul. Dua orang ditahan, dua dirawat di RS. Seperti kebanyakan konflik di sini, kejadian itu merupakan sengketa wilayah. Yang satu takut yang lain mencoba melanggar batas wilayah yang bukan miliknya.

“Tidak diragukan lagi, hal-hal seperti ini dapat terjadi dari waktu ke waktu. Dan kami semua merasa malu jika itu terjadi. Tapi bayangkan, selama 360 hari dalam satu tahun, ada kerjasama walaupun banyak perbedaan budaya dan bahasa. Adalah keajaiban bahwa semua berjalan begitu baik,” kata Pastur Clarke.

 

Berbagai Sumber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *