Satu Islam Untuk Semua

Monday, 13 January 2014

Kala Makkah Dilanda Bah


www.ghzali.com

Bencana tak pernah pandang agama. Tempat seperti apapun tak lepas dari  terjangannya.

 

Sudah hampir dua hari ini, Jakarta bisa dikatakan nyaris lumpuh akibat banjir. Bukan hanya di kawasan-kawasan yang secara tradisional menjadi langganan banjir saja, akses-akses menuju  pusat bisnis dan pemerintahan pun diliputi genangan air yang tingginya melebihi 50 cm. Tak terkecuali kawasan  beberapa kawasan pusat bisnis dan perkantoran.

Namun Jakarta bukan satu-satunya kota yang kerap disambangi sang air bah. Makkah yang merupakan kota suci umat Islam pun tak luput dari terjangan banjir. Bahkan bisa dikatakan, banjir bisa jadi merupakan bencana alam yang  kerap melanda wilayah Makkah dari zaman ke zaman. Mengapa air bah bisa melanda kota suci umat Islam ini?

Menurut para ahli dikarenakan  letak geografis kota tersebut yang diapit beberapa bukit. Hal ini menjadikan Makkah berada di dataran rendah yang letaknya berupa cekungan. Air hujan tidak dapat dapat mudah diserap oleh tanah, mengingat lahan tanah Arab, yang kering kerontang. Menurut Arifin Bey,  dalam ‘Tanya Jawab tentang Islam’, sesungguhnya struktur tanah di Makkah terdiri dari pasir dan batu-batuan sejenis pualam. Konon batu-batu tersebut sangat kuat dan keras. Akibat tingkat kepadatan dan kerapatan-nya yang luar biasa tersebut, menyebabkan curah hujan tidak teresap oleh tanah dan langsung mengalir begitu saja ke kawasan Makkah yang menyerupai mangkuk raksasa tersebut.

Di luar bencana banjir besar di era Nabi Nuh, Makkah pernah beberapa kali mengalami kedatangan sang air bah.  Salah satu yang dianggap paling besar terjadi ketika Muhammad masih berusia  35 tahun (lima tahun sebelum dia diangkat sebagai Rasul). Menurut Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad, akibat banjir itu, Masjidil Haram terendam air dan  terancam runtuh. Untuk mengantisipasi situasi tersebut, para tokoh Quraisy sepakat untuk memperbaiki Kabah dan menyewa seorang arsitek Romawi bernama Baqum.

Begitu pembangunan Kabah selesai, muncul perselisihan yang berawal dari masalah tentang siapa yang layak meletakkan batu suci Hajar Aswad ke tempat semula. Begitu alotnya pembahasan soal ini hingga sampai 5 hari tak ada keputusan. Alih-alih melahirkan sebuah pemufakatan, yang ada malah hampir saja para tokoh Quriasy menggantikan lidah dengan khanjar mereka masing-masing untuk sebuah  pertempuran berdarah. Di tengah situasi kritis ini, Abu Umayah menawarkan jalan keluar: peletakan Hajar Aswad akan dipimpin oleh seseorang yang pertama kali masuk lewat pintu Masjidil Haram keesokan harinya. Sejarah mencatat, Muhammad ternyata  menjadi orang yang pertama kali masuk pintu Masjidil Haram.

Begitu sepakat memilih Muhammad, para tokoh Quraisy itu berkumpul untuk meletakkan Hajar Aswad . Setelah meminta sehelai selendang, Muhammad lantas meminta para pemuka kabilah supaya masing-masing memegang ujung-ujung selendang lalu mengangkatnya bersama-sama. Setelah mendekati posisi penempatan Hajar Aswad,  Muhammad mengambil  batu hitam itu lalu meletakkannya ke tempat semula. Sejak itulah Muhammad diyakini oleh kaumnya sebagai “Al-Amin” yang artinya dapat dipercaya.

Setelah peristiwa tersebut, lama Makkah tak dikunjungi banjir. Baru pada zaman Khalifah Umar ibn Khattab, sang air bah datang kembali. Akibatnya, Ka’bah mengalami kerusakan parah karena sebahagian dindingnya (Ka’bah pada saat itu dibangun dengan bahan batu dan direkat dengan tanah/lumpur bukan semen sebagaimana sekarang). Lantas pada 1039 M, lagi-lagi Makkah dilanda air bah.

Namun banjir Makkah yang sempat terdokumentasikan terjadi pada 1941 dan 2012 kemarin. Dari foto-foto lama yang terpublikasikan secara luas, banjir 1941 menyebabkan bagian dalam Masjidil Haram terendam air hingga hampir setengahnya menyentuh Ka’bah.Di beberapa tempat bahkan mencapai leher orang dewasa. Konon karena banjir-banjir yang pernah melanda Makkah ini membuat beberapa tiang Masjidil Haram, yang terbuat dari kayu menjadi lapuk dan rapuh. 

 

 

Sumber: Islam Indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *