Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 24 April 2022

Inilah 4 Masjid Unik di Seputaran Jakarta


islamindonesia.id – Wisata religi bisa menjadi opsi menarik untuk dilakukan pada bulan suci Ramadan. Salah satunya adalah penjelajahan ke masjid-masjid unik di banyak kota.

Kali ini, kita akan coba menjelajah masjid-masjid dengan arsitektur unik di Jakarta.

Berikut ini 4 di antaranya.

1. Masjid Ramlie Musofa, Taj Mahal-nya Indonesia

Mengawali trip dari Jakarta Utara, ada sebuah masjid yang katanya terinspirasi dari desain salah satu keajaiban dunia, Taj Mahal India. Pendirinya, Haji Ramli Rasidin yang merupakan seorang mualaf, ingin masjid yang ia bangun menjadi lambang cinta umat Islam kepada Allah SWT.

Didominasi warna putih gading, masjid yang berada di Jalan Danau Sunter Raya, Sunter Agung, Jakarta Utara ini, berdiri kokoh persis berseberangan dengan Waduk Sunter.

Penamaan masjid Ramlie Musofa diambil dari gabungan nama pemilik dan keluarganya yakni Ramli, istrinya Lie, dan anak-anaknya, yaitu Muhammad, Sofian, dan Fabian.

Menariknya, untuk menjaga toleransi dengan lingkungan sekitar, masjid yang diresmikan pada tahun 2016 tersebut hanya memasang pengeras suara pada bagian dalam saja, sehingga suara azan tidak terdengar hingga keluar masjid.

2. Masjid Lautze yang mencolok dengan warna merah, kuning, hijau

Bergeser ke Jakarta Pusat, tampak satu masjid yang mencolok dengan nuansa kuning cerah dan warna merah di tengah deretan pertokoan. Sekilas, mungkin tak disangka bahwa bangunan ruko ini adalah masjid. Sebab, tidak ada kubah dan menara seperti masjid pada umumnya.

Masuk ke bagian dalam, seluruh lantai dilapisi karpet halus berwarna hijau tua dengan sedikit aksen garis kuning. Meski ruangan tidak begitu besar, masjid terbilang sejuk mengingat lokasinya yang persis di depan jalan raya.

Masjid ini dibangun oleh seorang mualaf Tionghoa bernama Alim Karim untuk mengenang jasa ayahnya bernama Haji Karim yang merupakan tokoh pejuang di era Soekarno.

Dulunya ruko tempat masjid ini disewa oleh Yayasan Haji Karim Oei. Namun, akhirnya dibeli oleh BJ Habibie dan diserahkan ke yayasan.

Bagian yang cukup menyita perhatian adalah pengunjung bisa melihat papan tulis putih yang berisi data jemaah mualaf di Masjid Lautze setiap tahunnya. Bahkan, pemilihan warna kuning dan merah bertujuan agar pengunjung yang dulunya sebagian besar adalah etnis Tionghoa tetap merasa nyaman di tempat ini.

Bila hendak berwisata religi ke masjid yang berada di Jalan Lautze, Karanganyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat ini, sebaiknya datang pada saat jam kantor saja, yakni mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Sebab Masjid Lautze akan tutup pukul lima sore lantaran jemaahnya yang tidak begitu banyak.

3. Masjid Jami’ Al-Makmur Cikini yang melegenda

Masjid yang diresmikan tahun 1932 ini ternyata sempat berpindah-pindah tempat hingga akhirnya menetap di tepi sungai Ciliwung.

Sebelumnya, Masjid Jami’ Al-Makmur berada dalam kompleks rumah Raden Saleh yang terletak sekitar 80-100 meter dari lokasi berdirinya masjid saat ini.

Setelah hijrah ke Bogor, Raden Saleh pun menjual seluruh tanah miliknya, termasuk bangunan masjid kepada tuan tanah keturunan Arab, yakni keluarga Alatas.

Singkat cerita di tangan keluarga Alatas, tanah kembali dijual kepada Yayasan Ratu Emma, yaitu yayasan misionaris Kristen milik orang Belanda yang bergerak di pelayanan sosial dan rumah sakit.

Hal inilah yang membuat bangunan masjid digotong beramai-ramai oleh warga Cikini Binatu, ke lokasi masjid sekarang.

Jika berkunjung ke tempat ini, dapat ditemukan bekas-bekas sejarah yang tertinggal di ubin bagian tengah masjid.

4. Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran, terbesar kedua di Jakarta

Kabarnya, sebelum Masjid Istiqlal dibangun, Masjid Agung Al-Azhar di Kebayoran ini adalah masjid terbesar di Jakarta.

Menariknya lagi, di sekitar lingkungan masjid tersedia banyak tenant makanan yang bisa menjadi opsi berbuka puasa saat ngabuburit di tempat ini.

Bila ingin bersantai sejenak, bisa juga duduk di tepi lapangan hijau sembari menonton anak-anak yang bermain sepak bola atau sakedar melihat pemandangan matahari yang perlahan terbenam.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *