Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 16 March 2022

Barus, Pintu Gerbang Masuknya Islam di Nusantara?


islamindonesia.id – Barus, merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Kota yang juga memiliki nama lain Fansur ini menurut sejarah pernah menjadi pusat perdagangan dan pusat peradaban pada abad 1-17 Masehi yang terkenal dengan komoditas kapur barusnya.

Selain itu, daerah ini rupanya menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi Islam.

Penduduk Barus yang bermukim di kawasan pesisir mayoritas memeluk agama Islam. Mereka sehari-hari bekerja sebagai nelayan dan pedagang.

Sementara untuk warga non-muslim menempati kawasan tengah Kota Barus.

Di Barus terdapat sejumlah makam yang ditengarai sebagai salah satu bukti awal masuknya Islam di Nusantara, di antaranya makam Mahligai dan makam Papan Tinggi.

Makam Mahligai

Makam Mahligai didirikan oleh Tuan Syekh Siddiq yang jenazahnya juga dimakamkan di kompleks tersebut.

Penjaga makam Mahligai, Fahrudin menunjukkan kalimat tauhid di salah satu batu nisan Makam Mahligai, Barus.

Juru makam Mahligai, Fahruddin menuturkan, berdasarkan penelusuran dan sejarah dari tulisan di batu nisan makam, terdapat batu nisan Tuan Syekh Rukunuddin yang tertulis wafat pada malam 13 Syafar, Tahun 48 Hijriah, abad ke 7 Masehi, dalam usia 102 Tahun, 2 Bulan, 10 Hari.

Penjaga makam membersihkan areal Makam Papan Tinggi, Barus, Tapanuli Tengah.

Dari data tersebut menurutnya dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam telah masuk ke Barus sekitar abad ke 7 Masehi.

Kini Barus makin dikenal sebagai pintu gerbang masuknya Islam di Nusantara setelah pada 2017 silam Presiden Joko Widodo meresmikan Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara di Kelurahan Pasar Baru Gerigis.

Barus pun mulai tumbuh dan berkembang seiring pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *