Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 12 February 2023

Ruh dan Substansi Islam: Moderat dan Seimbang


islamindonesia.id – Dalam bahasa Arab, moderat memiliki ragam makna seperti wasathiyyah, tawazun, dan ta’adul. Semua arti ini menunjukkan makna keseimbangan yang terjadi di antara dua ujung yang saling bertentangan. Tidak mengambil salah satunya atau membuang salah satunya lebih banyak dari yang lain. Mengambil posisi di tengah sehingga membuat keadaan menjadi seimbang.

Ada beberapa istilah yang saling bertentangan seperti nilai-nilai ketuhanan (al-rabbaniyyah) dan kemanusiaan (al-insaniyyah), dimensi materi dan ruhani, dunia dan akhirat, individu dan kolektif, dan lain-lain. Apabila tidak mengambil jalan tengah atas dua konsep yang saling bertentangan ini, maka akan menimbulkan banyak masalah.

Misalnya nilai-nilai ketuhanan itu seperti tidak butuh makan, tidak butuh minum, tidak butuh sesuatu di luar dirinya, dan lain-lain. Kalau ini dipraktikkan oleh manusia, maka akan timbul masalah. Pun demikian jika hanya mengandalkan nilai-nila kemanusiaan, maka manusia akan kehilangan Tuhan.

Moderasi bukan sifat dalam Islam melainkan hakikat Islam sendiri. Konsepsi ini memiliki pijakan kuat pada ayat Al-Quran tentang ummatan wasatha dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 143. Begitunpula dalam surah Al Jumu’ah ayat 9-10, yang menampilkan gaya hidup moderat, yang seorang Muslim hendaknya beragama secara proporsional, yaitu: disiplin dalam mengerjakan ibadah kepada Allah dan mencari rezeki untuk keluarga.

Artinya, kita tidak boleh terlalu sibuk dengan urusan duniawi seperti berdagang hingga lupa waktu ibadah. Juga kita tidak boleh sibuk dengan urusan ukhrawi sehingga melupakan urusan-urusan kita dengan keduniaan. Ada saatnya kita mengerjakan ibadah, demikian juga ada saatnya kita bekerja.

Nabi Muhammad pernah menampilkan sikap wasathiyyah ketika berdialog dengan para sahabat. Kisah ini menceritakan tiga orang sahabat yang mengaku menjalankan agamanya dengan baik. Masing-masing dari ketiga sahabat itu mengaku rajin berpuasa dan tidak berbuka; selalu salat malam dan tidak pernah tidur; dan tidak menikah lantaran takut mengganggu ibadah.

Mengetahui hal tersenut, Rasulullah saat itu menegaskan, “Aku yang terbaik di antara kalian.” Karena Nabi berpuasa dan berbuka, salat malam dan tidur, juga menikah.

Dari hadis ini kita bisa mengambil satu kesimpulan bahwa jika ada klaim Islam yang didakwahkan tetapi tidak memiliki nilai-nilai moderasi, maka ia kehilangan substansi Islam. Jadi, moderasi itu sesungguhnya merupakan ruh Islam itu sendiri.

EH/Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *