Satu Islam Untuk Semua

Friday, 07 September 2018

Renungan Pagi – Abdillah Toha: IBADAH


islamindonesia.id – Kolom Abdillah Toha: IBADAH

 

Ibadah dari asal katanya bermakna penghambaan diri kepada Allah. Kita semua adalah hamba milik Allah. Karena kita adalah milikNya maka Allah berhak berbuat apa saja kepada kita. Hamba sahaya yang berharga adalah yang menunaikan tugas dengan baik dan menurut segala perintah pemiliknya. Kata ‘abd dalam bahasa Indonesia berkembang menjadi kata mengabdi. Hamba mengabdi tuannya.

Sebagian ulama mengatakan bahwa ibadah adalah pemasrahan diri sepenuhnya, baik dalam kata-kata, perbuatan, pikiran, dan hati, kepada Allah. Segala sikap dan perilaku yang sepenuhnya ditujukan untuk meraih ridha Allah adalah ibadah.

Dalam agama Islam, shalat yang disebut sebagai tiang agama dianggap sebagai ibadah terpenting. Meski ulama lain tidak sependapat, sebagian ulama mengatakan bahwa meninggalkan shalat sekali saja dengan sengaja tanpa alasan yang sah berarti telah keluar dari Islam dan karenanya harus bersyahadat untuk mengukuhkan kembali iman Islamnya.

Di samping shalat, Imam Ghazali dalam bukunya “al-Arba’in fi Usul al-Deen” mengatakan ada sembilan bentuk ibadah lain. Yaitu zakat, puasa, haji, membaca Quran, zikrullah, mencari nafkah yang halal, menunaikan kewajiban kepada sahabat dan tetangga, mengajak orang berbuat baik dan menjauhi maksiat, serta mengikuti Sunah Nabi Muhammad SAW.

Berbagai ayat tersebar dalam Alquran yang berhubungan dengan ibadah. Antara lain bahwa manusia dan jin tidak diciptakan kecuali untuk beribadah kepadanya, bahwa jalan lurus yang kita minta dicapai melalui ibadah, bahwa ibadah yang benar dapat menghindarkan manusia dari perbuatan buruk dan jahat, dan seterusnya.

Nabi bersabda, barang siapa menuntut ilmu untuk mencari kebenaran dan menjauhi kebatilan sama dengan beribadah selama 40 tahun. Dua rakaat shalatnya orang berilmu lebih utama dari 70 rakaat shalatnya orang yang jahil. Imam Shadiq berpesan bahwa ibadah yang baik bukan didapat dari banyaknya shalat dan puasa tetapi dari banyak merenung tentang keagungan Allah. Tidak ada paksaan dalam ibadah. Yang diperlukan adalah kesadaran penuh dan kesungguhan dalam beribadah.

Ibadah yang berkualitas adalah yang berdimensi syukur dan pengorbanan dan dilandasi oleh kerinduan dan cinta kasih kepadaNya. Apa yang kita lakukan di dunia dalam bentuk ibadah akan menjadi bagian kita yang abadi di sisi Allah nantinya di akhirat.

Ibadah dapat kita kelompokkan dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah ibadah kelompok ritual dan ibadah muamalah. Ibadah ritual adalah ibadah dalam bentuk gerak, kata-kata, dan tindakan yang secara spesifik ditetapkan oleh Allah melalui Rasulnya dan yang sebagiannya kita tangkap maknanya dan sebagian lainnya tidak diketahui persis hikmahnya. Ibadah muamalah sangat luas dari mulai bersedekah, membantu orang yang membutuhkan bantuan, berbuat adil, sampai kepada senyum dan menyenangkan orang lain juga merupakan ibadah bagi seorang muslim.

Pada prakteknya dakwah dan pendidikan Islam lebih berat kepada sisi ritual. Hal ini sebagiannya disebabkan oleh dominasi fiqih dalam kehidupan beragama selama beratus tahun sehingga format beribadah menjadi lebih diutamakan pada rincian tentang bagaimana wudhu yang benar atau tentang air yang suci dan najis, atau bacaan tertentu yang bila diulang-ulang akan menghapus dosa-dosa kita, dan lain sejenisnya.

Anak-anak didik kita lebih memahami tentang bagaimana melaksanakan wudhu yang baik daripada bagaimana cara bergaul dan berhubungan sosial yang baik menurut ajaran Islam atau bagaimana mewujudkan masyarakat Islam yang maju dan beradab umpamanya, padahal semua itu juga merupakan ibadah yang berpahala.

Ibadah pada hakikatnya lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas kecuali zikrullah yang diperintahkan kepada kita untuk melakukannya sebanyak dan sesering mungkin. Zikrullah ini pun bukan dalam arti sekadar zikir dalam mulut tetapi menyebut dan mengingat Allah dari dalam lubuk hati kita.

Ibadah berjamaah mendapat tambahan pahala apabila dilakukan demi kebersamaan dan persaudaraan antar muslim. Apalagi bila dipimpin oleh Imam yang saleh dan alim. Akan tetapi ibadah yang dalam dan berkualitas adalah ibadah yang dilakukan sendirian tanpa ada yang melihat dan hanya Allah yang menyaksikan. Ibadah yang demikian bersih dari unsur pamer dan riya’. Begitu pula membantu yang lemah dan bersedekah akan mendapatkan pahala lebih bila hanya diketahui oleh diri sendiri.

Sesungguhnya ibadah adalah makanan bagi ruh kita. Ibadah adalah bagian dari fitrah manusia. Sebagaimana tubuh memerlukan makanan dan minuman untuk bertahan hidup maka jiwa akan mati tanpa diberi muatan ibadah. Ibadah sebenarnya adalah ungkapan rindu untuk mendekat dan menyatu denganNya.

Akhirnya, sebagai upaya memelihara iman tauhid, sebagaimana kita tidak dibenarkan mengabdi kepada orang lain lebih dari wajar seakan menuhankannya, kita pun tidak boleh menuhankan diri kita dengan meminta orang lain mengabdi berlebihan kepada kita diluar kewajaran yang manusiawi. Apalagi bila kita membungkus kejahilan kita dengan keangkuhan dengan setiap kali mengatas namakan sikap dan perbuatan kita sebagai representasi sikap Tuhan.

 

Wallah a’lam.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *