Satu Islam Untuk Semua

Monday, 27 August 2018

Renungan Pagi – Abdillah Toha: HIKMAH


islamindonesia.id – Kolom Abdillah Toha: HIKMAH

 

Hikmah adalah barang langka. Dia bukan sekadar pengetahuan atau ilmu. Hikmah adalah penguasaan atas esensi dari ilmu. Dalam bahasa kita diterjemahkan sebagai kearifan atau kebijak(sana)an (wisdom). Hakeem adalah sifat dari orang yang bijak.

Al-Quran banyak berisi ayat-ayat yang menyebut utamanya Hikmah. Al-Quran itu sendiri disebut sebagai Kitab Hikmah. Salah satu Nama Allah yang utama adalah Al-Hakeem yang berarti Yang Maha Bijak. Hikmah adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada orang-orang yang terpilih. Nabi dan nubuwah juga disebut sebagai  Hikmah. Mereka yang mendapatkan hikmah dikatakan sebagai orang yang diberi kemampuan untuk memahami dengan benar makna sebenarnya dari wahyu Allah dalam Quran dan Sunah Rasul SAW.

Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (Q 2:269)

Hikmah, sabda Nabi, adalah milik berharga yang hilang dan tercecer dari genggaman kaum beriman dan harus dicari dan dipungut dari sumber mana pun. Dalam setiap argumentasi dan perdebatan, al-Quran memerintahkan kita untuk mengedepankan Hikmah dan contoh yang baik. Begitu pula dalam berdakwah ketika mengajak orang untuk beriman. (Q 2:165)

Hikmah berhubungan erat dengan akal. Imam Ali KW mengatakan, orang bijak menaruh lidahnya di belakang hatinya sedang orang dungu menaruh hatinya dibelakang lidahnya. Ilmu dan pengetahuan membuka jalan tetapi tidak menjamin orang meraih Hikmah. Hikmah dari ilmu hanya dapat diperoleh bila kita memiliki keseimbangan antara akal, emosi dan spiritual. Banyak orang yang luas pengetahuannya tetapi tidak arif. Banyak sarjana yang mudah terkecoh oleh ilusi dan informasi recehan.

Nabi bersabda, bila ingin tahu bertanyalah kepada orang yang mengetahui, bila ingin berteman berkawanlah dengan orang miskin, dan bila ingin mendapatkan nasihat carilah orang yang bijak. “Pengetahuan memberi kekuatan tetapi kearifan membebaskan”. (Will Durant)

Orang bijak melihat jauh ke depan dan hakim bijak adalah hakim yang adil. Orang arif dapat membedakan antara yang baik dan buruk. Bertabayyun dan menyeleksi informasi yang masuk. Sebagian besar orang yang masuk kategori bijaksana meraih ilmunya bukan sekadar dari membaca buku atau belajar dari orang lain tetapi langsung melalui pengalaman sendiri.

Bijaksana kata orang arif adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan kita dengan kepemilikan, keinginan dan ambisi dengan kemampuan kita, emosi dan perasaan kita dengan akal dan hati nurani, dan perbuatan kita dengan nilai-nilai yang kita yakini. Dengan kata lain arif adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan diri dan keseimbangan lingkungan kita.

Hikmah menaruh segala sesuatu di tempatnya serta berkata dan berbuat yang jauh dari kesia-siaan. Pemimpin bijak mengambil keputusan tepat pada waktunya, dengan cara yang tepat, dan tepat sasaran dengan dampak negatif sekecil mungkin. Hikmah adalah memahami dan sekaligus mengamalkannya.

Bijak adalah menangkap pokok  persoalan dan inti permasalahan. Mampu melihat keseluruhan hutan belantaranya dari udara,bukan sekadar meraba pohon per pohon ditengah rimba. Hikmah adalah kemampuan mengendalikan diri dan keberanian untuk bertindak dan menyatakan yang benar.

Dimanakah Hikmah itu sekarang di dunia Islam? Di mana mereka para hukama dan ahlul Hikmah saat ini? Apakah mereka masih ada dan bersembunyi? Apa saja yang telah mereka kerjakan untuk memperbaiki nasib umat? Apakah kita semua sedang tidur dan hanya menunggu kedatangan Imam Mahdi?

Bila dikatakan bahwa hikmah adalah barang milik berharga yang hilang dari tangan Mukmin, maka di era ini di dunia Islam yang penuh fitnah dan cobaan, tampaknya hal ini sedang benar-benar terjadi. Umat Islam yang terkesima dengan kerangka fiqih dan kehilangan esensi dan tujuan besar Syariah serta mencurigai segala sesuatu yang datang dari luar Islam, telah benar-benar menutup pintu-pintu Hikmah yang seharusnya dipungut, dihayati, dan dipilih dengan selektif.

Islam dan Muslim tidak sedang berada dalam vakum. Kita semua sedang berada dalam suatu gerak cepat perubahan dunia. Bila umat Islam lengah dan hanya sibuk dalam urusan tetek bengek sektarianisme, niscaya umat akan terus terseok-seok dan tertinggal di belakang dengan segala konsekuensinya.

Wallah a’lam

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *