Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 02 March 2016

OPINI – Jadi Kafir Tidak Masalah Asal Tidak Kalah


Oleh Miqdad Turkan

Dalam situasi dunia Islam sedang dilanda konflik sektarian, kunjungan Syaikhul Azhar ke Indonesia tentu memiliki arti tersendiri. Di samping menjadi kebanggaan, juga memiliki nilai historis. Kunjungan ini bukan sekedar silatirahmi antar tokoh, ulama dan temu kangen alumni semata, melainkan membawa misi besar dan amat mulia. “Perdamaian dunia Islam”, itulah misi besar beliau.

Misi ini adalah misi kenabian dan juga prinsip Alquran. Sebagai pewaris nabi, para ulama secara syar’i bertanggung jawab membangun keharmonisan dan kedamaian antar sesama muslim.

Dalam menjalankan misi mulia itu, para ulama harus bisa menjadi contoh utama. Bersatu padu di antara mereka, saling bergandeng tangan dan tidak saling menyesatkan.

Itulah salah satu pesan penting Syaikhul Azhar kepada kita, saat berkunjung di kantor MUI pusat di Jakarta (22/2/2016). Dan ketika ditanya tentang Syiah, dengan tegas beliau menjawab: Suni dan Syiah adalah saudara.

Tentu ini bukan pesan baru dan bukan pula orang pertama yang menyampaikan pesan tersebut. Sebagai lembaga keulamaan representatif mazhab Suni dunia, tahun 1947 M Al Azhar bahkan telah membentuk lembaga taqrib antar madhab sebagai upaya membangun persatuan antar umat Islam yang saat itu beranggotakan 20 ulama dunia dari semua mazhab, di antaranya Syaikh Muhammad Ali Kasyif Al-ghito dari Irak dan Sayid Husain Syarafuddin Al-Musawi dari Lebanon.

Paling menarik justru respon Muslimin Indonesia terhadap seruan suci Syaikhul Azhar ini. Ada yang merespon positif, ada yang biasa-biasa, ada juga yang negatif dan terkesan melecehkan. Semua respon ini tentu tidak lepas dari beberapa faktor teknis berikut:

Pertama, faktor tempat. Reaksi beragam terkait pernyataan Syaikul Azhar tentang Syiah, karena disampaikan di kantor MUI pusat. Sedang sikap MUI terkait isu Syiah selama ini ‘sangat jelas’. Bahkan dalam banyak kasus, MUI justru berperan aktif sebagai pemicu ketegangan sektarian. Di samping itu, MUI sebagai lembaga kabarnya sudah punya agenda dan rencana matang untuk segera mengeluarkan fatwa Syiah ‘sesat’.

Kedua, kecurigaan. Secara kasat mata, penyebab munculnya pernyataan Syaikhul Azhar terkait Syiah, disebabkan oleh pertanyaan Dr Machasin (Dirjen Bimas Kemenag), yang kemudian diapresiasi dan secara resmi diunggah dalam web Kemenag. Hal ini tentu memunculkan spekulasi dan kecurigaan adanya ‘rekayasa’ antara Kemenag dan pihak Al Azhar.

Sekiranya tidak disampaikan di kantor MUI pusat dan tidak diapresiasi oleh Kemenag, bisa jadi reaksinya tidak seperti sekarang ini. Sebab dari pernyataan Syaikhul Azhar, ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.

Pertama, kelompok anti Syiah, terutama Wahabi Takfiri yang tergabung dalam berbagai ormas dan partai politik. Secara politis, pernyataan Syekh Al Azhar bisa dianggap sebagai upaya menggagalkan rencana jahat yang telah mereka rancang sejak lama.

Kedua, tokoh-tokoh MUI, terutama mereka yang selama ini terlibat kampanye secara masif anti Syiah.

Ketiga, dengan pernyataan Syikhul Azhar ini, banyak tokoh yang merasa dipermalukan dan ditelanjangi di muka umum.

Meski demikian, mereka belum tentu berhenti dari berbuat nista. Alih-alih, kecongkakan justru akan membawa mereka terus berbuat kerusakan. Dan ketika ditanya: kenapa kalian suka menebarkan kebencian di antara anak bangsa dan bersikap intoleran? Apakah kalian ingin menghancurkan negara ini dan Pancasila? Mereka menjawab: Justru kami adalah para reformis dan ingin menjaga NKRI dari ‘orang-orang kafir’.

Jawaban ini sama persis dengan orang-orang Yahudi ketika ditegur Allah SWT:  “Jangan kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: Sesungguhnya kami justru orang-orang yang reformis.” QS. Al Baqarah: 11-12.

Secara nalar, orang berbuat salah dan tahu dirinya salah, mestinya segera taubat dan meminta petunjuk ke pada Allah. Tapi ada yang justru menantang: “Ya Allah, jika ini adalah kebenaran dari-Mu, makan turunkan hujan batu atas kami, atau datangkan kepada kami siksa yang amat pedih.” QS. 8:32.

Mereka ini mengikuti teori setan, “Jadi kafir tak masalah, asal tidak kalah.” Wallahu’alam.[]

One response to “OPINI – Jadi Kafir Tidak Masalah Asal Tidak Kalah”

  1. fuad says:

    disinilah letak kemenangan akal sehat atas jumud. para jumuder sesalu berkelit dg alasan memurnikan islam dan berdemo dijalanan bersama pasukan awam meneriakkan “kamilah pemilik sorga,yg lain hanya kos sementara”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *