Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 01 August 2020

Kolom – Umar A : KURBAN


islamindonesia.id – Kolom Umar A: KURBAN

Manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Jiwanya masih sangat dekat dengan Tuhan yang telah meniupkan dari “ruh” Nya padanya. Namun seiring dengan tumbuh kembangnya, manusia sering lalai dan salah. Kelalaian dan kesalahan itu berdampak pada menjauhnya dia dari Tuhan yang telah menciptakan dan memeliharanya.

Kurban secara bahasa berasal dari kata “qurb” dalam bahasa Arab yang berarti dekat. Berkurban berarti mempersembahkan sesuatu yang bernilai untuk memperoleh kedekatan dengan tujuan pengurbanan tersebut. Manusia yang berakal lurus tentu akan merasa “berhutang” pada Tuhannya karena begitu banyak karunia yang telah dikaruniakan padanya. Dia ingin mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pemberi itu. Sehingga ia berusaha mempersembahkan hal terbaik untuk Tuhannya.

Sehingga dalam sejarah kita mendapati manusia dari berbagai peradaban dan keyakinannya memiliki sejenis tradisi pengurbanan yang mereka tujukan kepada Dzat yang mereka Tuhankan. Semuanya dilakukan dalam rangka usaha mendekat dengan Tuhannya.

Secara simbolik, Islam mensyariatkan berkurban setidaknya setahun sekali pada hari raya Iedul Adha. Pada momen tersebut setiap muslim yang memiliki kemampuan sangat dianjurkan untuk berkurban dengan menyembelih hewan ternak lalu membagikan sebagian dagingnya kepada sesama yang membutuhkannya. Diharapkan dengan mengurbankan sebagian rezeki berwujud binatang ternak tersebut dan membahagiakan sesama maka pequrban dapat mendekat pada Allah SWT.

Sebenarnya berkurban itu harusnya kita lakukan tidak hanya pada saat hari raya saja. Tapi setiap saat hendaknya kita bisa rela mengurbankan sebagian milik atau hak kita untuk kepentingan dan maslahat sesama. Karena tanpa pengurbanan dari sebagian kepada sebagian lainnya maka yang akan terjadi adalah kekacauan dan kerusakan.

Mari bayangkan seandainya misalnya kalau di jalan raya tidak ada yang mau mengurbankan sedikit waktunya untuk berhenti ketika lampu merah supaya kendaraan dari sisi persimpangan yang lain bisa jalan lebih dahulu. Atau memberi kesempatan orang untuk menyeberang jalan. Maka kekacauan dan kecelakaanlah yang berpotensi akan terjadi.

Dalam masa pandemi seperti beberapa bulan terakhir ini kita juga dituntut untuk berkurban sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Setidaknya sekarang kita mesti pakai masker ketika berinteraksi dengan orang banyak. Kita kurbankan kenyamanan kita menghirup udara segar demi memutus rantai penyebaran virus. Termasuk pula ketika beribadah secara berjamaah. Selain pakai masker harus mau berkurban dengan menjaga jarak satu dengan lainnya, tidak bersalaman apalagi cipika cipiki dulu, dll. Demi kebaikan kita juga. Demi maslahat yang lebih besar. Dalam rangka mendekatkan diri dengan Allah pula.

Dan masih banyak lagi kesempatan lain yang kita diminta untuk berkurban. Niatkan untuk mendekatkan diri pada Sang Asal dan Tujuan kita nanti akan kembali SWT.

Dalam kerangka pemahaman kurban seperti itulah kiranya kita pahami pesan Nabi SAW bahwa barangsiapa yang memiliki kelapangan untuk berkurban, namun dia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat sholat kami. Bukan hanya yang setahun sekali, tapi setiap saat dibutuhkan dan kita punya kelapangan untuk melakukannya.

Selamat berkurban. Selamat mendekat.

Selamat merayakan Hari Raya Kurban 1441 H.

AL/Islam Indonesia/ Sumber Gambar: lakonhidup.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *