Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 23 October 2016

KOLOM–Syekh Almaliki: Mengapa Umat tidak Tenang dengan Mengingat Allah?


kemunafikan bani umayyah

islamindonesia.id — Syekh Hasan Farhan Almaliki: Mengapa Umat Islam tidak Jadi Tenang dengan Mengingat Allah?

Jika ada kajian psikologis terhadap bangsa-bangsa dunia, maka mungkin kesimpulannya bahwa umat Islam adalah umat paling gelisah meski mereka pada saat yang sama mengira bahwa merekalah satu-satunya yang tenang dengan mengingat Allah. Allah berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS 13: 28).

Pertanyaannya, mengapa umat Islam tidak menjadi tenteram dengan mengingat Allah? Mengapa mereka tetap gelisah, resah, gundah gulana, fanatik dan saling membenci? Jawabnya gambang saja tapi perlu penjelasan yang memadai. Maka mohon dengarkan.

Mengingat Allah atau zikir kepada Allah bukanlah dengan lidah. Mengingat Allah adalah dengan menjadikan Allah di dalam dirimu. Dengan cara ini maka Anda berdamai bahkan dengan benda-benda mati, pepohonan, dan hewan yang melata. Kau menyadari bahwa semua itu bertasbih dan menyanjung Tuhan mereka.

Kesadaran dan sikap berdamai ini secara otomatis mendorong orang untuk merenungi makhluk-makhluk-Nya. Dan renungan ini akan menyingkap pelabagai sistem, hukum dan rahasia alam. Inilah iman. Pada saat itulah kau menemukan Allah di sana, di mana-mana.

Setan dan bala tentaranya menyibukkan kita dengan perang, ekspedisi militer, berita-berita pampasan dan tawanan dalam rangka mencegah kita memakai kunci dunia dan iman ini untuk melihat dan menyingkap alam raya.

Barat merenungi alam makhluk dan menyingkap bermacam rahasia. Awalnya mereka juga menemukan kesimpulan-kesimpulan sederhana. Namun mereka terus bergerak dan meninggalkan gereja, menghentikan kebohongan atas Allah. Maka Allah membalas mereka dengan menyingkapkan alam materi bagi mereka.

Apakah umat Islam pernah sadar akan pentingnya begitu banyak peritah Allah untuk merenungi makhluk? Apakah mereka melaksanakan segenap perintah-Nya dalam perkara ini secara sungguh-sungguh hingga Allah mengganjar mereka atau mereka menyepelekannya hingga Allah menyiksa mereka?

Tidak ada keraguan bahwa umat Islam ini meremehkan perintah-perintah tersebut, sehingga Allah membalas mereka. Dan kini kita di tengah masa pembalasan yang dipenuhi dengan keterbelakangan, pertikaian, kepanikan, kegundahan, kemiskinan dan saling menindas. Allah berfirman

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ لِيَذَّكَّرُوا وَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا نُفُورًا

Dan sesungguhnya dalam Alquran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan pengulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (QS 17: 41)

Zikir di dalam Al-Qur’an adalah senantiasa mengingat Allah. Dalilnya, Allah berfirman

فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. (QS 2:200).

Dengan demikian, jelas bahwa kau selalu mengenang dan mengingat ayahmu dalam tiap langkah dan perjalanan meski kau tak menyebut-nyebutnya dengan lisanmu. Maka camkanlah.

Seorang anak biasanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh agar tidak bertentangan dengan cara ayahnya di dalam keluarga maupun kabilahnya. Dia akan senang disebut sebagai berbakti dan setia kepadanya. Padahal, kewajiban hamba kepada Allah lebih besar daripada kewajibannya terhadap ayah, sehingga mengingat-Nya juga lebih wajib dalam segala urusan.

Al-Qur’an harus diikuti dan dipatuhi. Jika kau hentikan kepatuhanmu pada Al-Qur’an dalam apa yang diperintah dan dilarangnya, seolah-olah kau memiliki kelebihan iman yang tidak tercantum di dalam Al-Qur’an, maka pada saat itu, kembalilah pada pegangan ini.

Benar bahwa umat Islam telah berbuat keji terhadap hak materi, akal, tafakur dan pengetahuan dan sebagainya. Bukan saja awam mereka yang telah berbuat demikian, tetapi para pemimpin mereka yang terlebih dahulu melakukannya. Sejak lama mereka telah berbagi kue kejahatan dan merusak agama.

AJ / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *