Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 20 February 2022

Kolom Salim Muhsin: Pendidikan yang Ideal Menurut Nabi dan Ahlul Bait


islamindonesia.id – Kolom Salim Muhsin: Pendidikan yang Ideal Menurut Nabi dan Ahlul Bait

Pendidikan yang Ideal Menurut Nabi dan Ahlul Bait

Oleh Salim Muhsin BSA, M.Pd. | Direktur Sekolah Islam Lazuardi Ideal Purwakarta

Perubahan cara kehidupan manusia khususnya pada zaman akhir-akhir ini sangat signifikan, hampir di segala bidang berubah.

Biasanya perubahan terjadi paling cepat dua atau satu generasi. Tapi sekarang berbeda, dalam satu generasi bisa terjadi beberapa kali perubahan, bahkan dalam hitungan bulan.

Perubahan itu terjadi baik di bidang metodologi, atau teknologi atau yang lainnya, sehingga kita terkadang kesulitan untuk menghadapinya, terutama perubahan di bidang pendidikan terhadap anak-anak kita.Tentu kita dituntut harus selalu siap menghadapinya.

Dahulu pendidikan tidak terlalu diperhatikan serius, anak-anak cukup belajar dengan seseorang yang berilmu, tanpa ada pedagogik dan disiplin ilmu pendidikan lainnya. Berbeda dengan sekarang yang membutuhkan ilmu atau teori pendidikan.

Kita meyakini bahwa asal mula kebaikan itu adalah dari Nabi Muhammad saw dan Ahlulbait-nya. Lalu adakah arahan yang berkaitan dengan ilmu pendidikan yang diajarkan oleh mereka?

Tentu banyak, namun saya hanya akan mengutip tiga hal penting yang diajarkan Nabi dan Ahlulbait-nya kepada kita. Jika kita dapat memegang teguh dan melaksanakannya dengan baik, tentu kita akan berhasil dalam mendidik anak-anak kita.

Yang pertama adalah metodologi pembelajaran:

لا تقسروا أولادكم على آدابكم، فإنهم مخلوقون لزمان غير زمانكم

“Jangan paksa anak-anakmu pada cara adab/pendidikanmu, karena mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.”

“Educate your children for a time not your’s.”

Dulu sistem pembelajaran sangat jauh berbeda dengan sekarang, ada sistem Classic atau Traditional ditambah lagi dengan sistem Punishment and Reward, lalu berubah lagi dengan sistem Disiplin Positif, dan akan terus berubah dan berkembang.

Zaman bareto (dahulu, dari Bahasa Sunda-red) anak-anak bermain di luar rumah, bermain dengan permainan dan bergaul dengan teman-temannya. Sehingga tatkala melanggar aturan, sebagian anak-anak itu tidak diperbolehkan keluar rumah oleh orang tuanya.

Tapi zaman sekarang anak-anak kita lebih suka di dalam ketimbang di luar rumah karena adanya gawaidan lain-lain. Otomatis kita tidak bisa terapkan cara atau pola orang tua dahulu terhadap anak-anak kita sekarang.

Yang kedua adalah sesuai dengan tahapan:

  الولد سيد سبع سنين ، وعبد سبع سنين ، ووزير سبع سنين ، فإن رضيت خلائقه لإحدى وعشرين سنة والا فاضرب على جنبه ، فقد أعذرت إلى الله تعالى

“Seorang anak menjadi tuan/raja selama tujuh tahun, dan menjadi seorang hamba sahaya selama tujuh tahun berikutnya, dan  menjadi seorang asisten/teman selama tujuh tahun berikutnya. Jika anda rela dengan perilakunya selama dua puluh satu tahun, jika tidak, lepaskan dia, karena Anda telah meminta maaf/udur kepada Allah SWT.”

Pendidikan dimulai dari masa dini dari umur 0-7 tahun, karena masa usia dini atau masa prasekolah merupakan masa yang paling vital bagi kehidupan anak. Apa yang terjadi pada masa ini akan menentukan perkembangan selanjutnya.

Di sini keluarga memiliki peranan yang sangat penting agar proses dalam setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan, serta berkembangnya potensi anak menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, sehat, dan bertanggungjawab.

Kita sebagai orang tua harus menyesuaikan pembelajaran terhadap anak-anak kita sesuai usia mereka. Kita tidak bisa terapkan cara mendidik anak usia 6 tahun kepada anak usia 18 tahun, begitu pula sebaliknya.

Terkadang ada beberapa orang tua yang mengeluh karena anaknya tidak nurut atau melawan kepadanya, mungkin orang tua tersebut menganggap bahwa anak usia 18 tahun masih anak-anak, sehingga anak tersebut sebetulnya bukan melawan tapi ingin memberitahu kepada orang tuanya bahwa dia sudah dewasa dan ingin diperlakukan layaknya orang dewasa.

Dan yang terakhir adalah model atau contoh teladan:

من نصب نفسه للناس إماما ، فليبدأ بتعليم نفسه قبل تعليم غيره ، وليكن تأديبه بسيرته ، قبل تأديبه بلسانه ، ومعلم نفسه ومؤدبها أحق بالإجلال من معلم الناس ومؤدبهم.

“Barang siapa menjadikan dirinya sebagai pemimpin bagi orang lain, hendaklah dia mulai dengan mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain serta harus mendisiplinkan perilakunya, sebelum dia mendisiplinkan lidahnya. Dan orang yang mengajari dirinya serta mendisiplinkan dirinya sendiri lebih layak untuk  dihormati dari orang yang mengajari orang lain dan mendisiplinkan orang lain.”

Orang tua harus menjadi model favorit dan pujaan bagi keluarganya, ayahku adalah idolaku.

Bagaimana orang tua menumbuhkan kasih sayang dalam diri anak, membiasakan bersikap jujur, menumbuhkan sikap menghargai orang lain, menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak, menjadikan anak bersikap sopan, mengenalkan anak pada konsekuensi dari perbuatan mereka, dan lain sebagainya.

Itu semua akan sukses jika dimulai dari orang tuanya terlebih dahulu. Karena orang tua sebagai guru yang artinya digugu dan ditiru. والله اعلم. []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Dok. Pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *