Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 24 August 2021

Kolom Muzal Kadim: Syukur


islamindonesia.id – Kolom Muzal Kadim: Syukur

Syukur

Oleh Muzal Kadim | Staf Pengajar di FKUI dan Anggota IDI

“Bukankah pernah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?“ (QS al-Insan [76]: 1).

Ayat di atas berbicara tentang hari di mana kita dahulu terselubung oleh sumur kegelapan mutlak, yaitu ketiadaan.

Rahmat Allah telah menyelamatkan kita dari kegelapan mutlak tak berujung, dan tangan Allah yang mengangkat kita dari sumur ketiadaan, dan memberi anugerah wujud serta nikmat kesempurnaan dan keindahan.

Demikian besarnya karunia Allah kepada kita, apa yang membuat kita layak menerimanya?

Di hari ketika kita dibawa oleh sulbi ayah kita setelah melewati tingkatan-tingkatan. Ketika itu kita adalah sebuah sel yang hina dan lemah. Siapakah yang mengantarkan kita pada rahim ibu kita? Siapakah yang membuat materi yang hina dan sederhana itu menjadi bentuk yang menakjubkan?

“Kemudian Kami menjadikannya berdiam sebagai setetes mani dalam pemeliharaan yang kukuh (rahim), dan kemudian Kami ciptakan dari tetesan mani itu suatu sel benih, dan kemudian Kami ciptakan dari sel benih itu gumpalan janin (mudigah), dan kemudian Kami ciptakan tulang belulang dalam gumpalan janin tersebut, dan kemudian Kami bungkus tulang-tulang itu dengan daging, dan kemudian Kami jadikan (semua) ini mewujud sebagai sebuah makhluk yang baru, karena itu, Mahasuci Allah, yang terbaik di antara para pembuat karya.” (QS al-Mukminun [23]: 13-14)

Dengan pengabdian dan ibadah apakah kita layak menjadi bentuk insan yang menakjubkan ini? Lalu kita diantarkan pada pelukan ibu, setelah dia melalui kesulitan melahirkan. Segera setelah lahir kita diberi kemampuan dan petunjuk untuk menyusu dari kedua payudara ibu kita.

“Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata, dan lidah dan sepasang bibir, dan Kami telah menunjukkan kepadanya najdain (dua payudara ibu).” (QS al-Balad [90]: 8-10)

Siapakah yang membuat darah dan kotoran menjadi susu yang lembut dan lezat, dan menjadi makanan yang paling sesuai bagi kita?

“Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (yang berupa) susu murni di antara kotoran dan darah.” (QS an-Nahl [16]: 66)

Lalu kita tumbuh dan berkembang di bawah asuhan ibu dan ayah kita dengan penuh kasih sayang, yang merupakan percikan dari kasih sayang-Nya juga.

“Dan Kami telah memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya: ibunya telah mengandungnya, dengan menanggung beban demi beban, dan kebergantungan penuhnya kepada ibunya berlangsung selama dua tahun. (Karena itu, wahai manusia) bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, (dan ingatlah bahwa) kepada-Ku lah akhir seluruh perjalanan.” (QS Luqman [31]: 14)

Lalu kita menjadi dewasa serta memperoleh hidayah-Nya. Sesungguhnya rahmat ilahi yang teragung dan nikmat Allah yang tertinggi ialah nikmat hidayah ke jalan yang lurus dan petunjuk ke jalan kebahagiaan.

Kelayakan apakah yang membuat kita diberikan nikmat teragung ini? []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Lukisan karya Naomi Boiko-stapleton. Sumber: Saatchi Art

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *