Satu Islam Untuk Semua

Friday, 14 May 2021

Kolom Muzal Kadim: Era Baru Setelah Pandemi


islamindonesia.id – Kolom Muzal Kadim: Era Baru Setelah Pandemi

Era Baru Setelah Pandemi

Oleh Muzal Kadim | Staf Pengajar di FKUI dan Anggota IDI

Seperti kita ketahui, pandemi Covid-19 memaksa kita untuk mengubah perilaku di semua aspek, baik sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, dan yang lainnya.

Dalam aspek sosial, jelas terlihat bahwa kita yang tadinya sebagai makhluk sosial yang banyak berinteraksi dengan sesama, saat ini menghentikan atau mengurangi interaksi secara langsung dengan orang lain.

Kumpulan orang di manapun dilarang, majelis-majelis dihindari, bersalaman dilarang, dan bertemu orang harus menjaga jarak.

Sifat gotong royong yang merupakan budaya asli bangsa kita yang tadinya hampir punah kembali muncul dengan menakjubkan. Semua orang berlomba untuk membantu.

Para politikus, influencer, artis, mahasiswa, pengusaha, kaum intelektual, dan lainnya, apapun motifnya, baik itu politik, ketenaran, petualangan, atau pun menjalankan tugas, tidak lagi mereka permasalahkan karena tujuannya untuk membantu.

Pada akhirnya, semua kembali kepada penilaian Tuhan, sekecil apapun amal kita. Boleh jadi usaha kita yang sedikit, akan bernilai tinggi di hadapan Tuhan, bila dilakukan dengan ikhlas.

Boleh jadi para pengumpul dana, influencer, politikus, dan lain-lain yang berhasil menyumbang dana bantuan yang besar, sedikitpun tidak bernilai di hadapan Tuhan jika mereka melakukannya dengan tidak ikhlas.

Aspek agama juga mengalami perubahan paradigma. Inilah saatnya merenungkan kembali tentang cara beragama kita yang kebanyakan terlalu berorientasi pada ritual syariat dan fikih.

Ketika Makkah sepi, Madinah sunyi, Kabah dipagari, masjid banyak yang ditutup, majelis taklim bubar, salat Jumat boleh dibatalkan, umrah dilarang, dan ibadah haji belum ada kepastian, barulah kita menyadari bahwa Tuhan tidak berada dalam ritual kita, melainkan dalam hati kita.

Atas dasar itu Maulana Jalaluddin Rumi membuat puisi yang terkenal yang ditulis dalam untaian Syair Mastnawi:

Salib dan umat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji.

Dia tidak di Salib.

Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno.

Tidak ada tanda apa pun di dalamnya.

Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah,

dan ke Kandahar aku memandang.

Dia tidak di dataran tinggi

maupun dataran rendah.

Aku pergi ke puncak gunung Kaf (yang menakjubkan).

Di sana cuma ada tempat tinggal (legenda) burung Anqa.

Aku pergi ke Kabah di Makkah.

Dia tidak ada di sana.

Aku menanyakannya kepada Avicenna (lbnu Sina) sang filsuf

Dia ada di luar jangkauan Avicenna …

Aku melihat ke dalam hatiku sendiri.

Di situlah, tempatnya, aku melihat diri-Nya

Dia tidak di tempat lain.

Dalam aspek pendidikan juga terjadi perubahan dramatis dalam proses belajar mengajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merespon dengan kebijakan belajar dari rumah, melalui pembelajaran daring dan peniadaan Ujian Nasional. Murid diharuskan belajar di rumah, didampingi oleh ayah dan ibunya.

Kita harus siap melakukan lompatan untuk melakukan transformasi pembelajaran daring bagi semua siswa dan guru. Kita memasuki era baru untuk membangun kreatifitas, mengasah keterampilan siswa, dan meningkatkan kualitas diri dengan perubahan sistem, cara pandang, dan pola interaksi.

Belum lagi aspek ekonomi yang sangat menggoncang  perekenomian dunia.

Pandemi corona ini memang sebuah ujian yang berat bagi kita, menguji kemampuan semua bangsa untuk dapat mengambil hikmah dengan terus berupaya dan berikhtiar mencari solusi pada setiap masalah yang ada.

Pandemi corona menjadi efek kejut bagi kita semua. Dunia seolah melambat dan bahkan terhenti sejenak.

Seluruh dunia terpukul. Kita mendapatkan banyak tantangan yang membuat kita semua harus bersama-sama saling menjaga.

Apakah kita akan menjadikan pandemi ini sebagai pintu gerbang menuju “era baru” yang lebih baik?

Atau menjadikannya hanya sekadar badai yang pasti berlalu, setelah selesainya wabah dengan korban yang banyak kita kembali lagi hidup dengan rutinitas seperti sebelumnya? Wallahualam bissawab. []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: RS Pondok Indah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *