Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 30 August 2020

Kolom – K.H. Husein Muhammad: Tragedi Karbala (2)


islamindonesia.id – Kolom K.H. Husein Muhammad: Tragedi Karbala (2)

Sambungan dari bagian 1:

Di Karbala, beberapa kilometer dari Kufah, tentara Yazid bin Muawiyah, dalam jumlah besar, di atas 3000 tentara, di bawah panglimanya; Ubaidillah Ibn Ziyad, segera menghadangnya. Ibn Ziyad mengajukan tawaran agar Husein tunduk kepada Yazid bin Mu’awiyah. Husein menolak. Dia tidak mau mengakui kekuasaan Yazid yang tidak sah. Dia dan ayahnya telah merampas kekuasaan Ali bin Abi Thalib, ayahnya.

Maka perang tak sebanding berlangsung sengit. Husein, para pengikut dan keluarganya, kecuali sejumlah perempuan dan putranya, Ali Zainal Abidin Al Sajjad, dibantai. Kepala Husein dipisahkan dari tubuhnya, lalu ditaruh di sebuah wadah semacam mangkok besar. Sesudah itu kepala Husein dibawa ke Damaskus, dan diserahkan kepada Yazid.

Konon, saat melihat potongan kepala tersebut, Yazid, berduka dan menangis. Informasi lain menyebutkan, Yazid justeru senang dan merasa puas. Beberapa waktu kemudian Yazid menyerahkannya kepada Zainab yang diusirnya agar membawa kepala itu ke Mesir.

Menurut satu versi, perempuan ini lalu mengubur kepala Husein itu di Kairo, Mesir. Kuburan itu berada di tempat yang kini dikenal dengan Masjid Husein. Sementara tubuhnya dikubur di Karbala, Irak. Ini menurut sebuah versi.

Peristiwa Karbala dikenang sepanjang masa oleh muslim Syi’ah sebagai sebuah tragedi kemanusiaan terbesar. Sampai hari ini kaum Syi’ah di seluruh dunia, memperingatinya sebagai hari duka nestapa. Hari besar 10 Muharram ini merupakan ritus keagamaan terpopuler dan paling besar dalam tradisi kaum Syiah. Jutaan manusia berkumpul di pusat terbunuhnya Imam al-Husein, Karbala, Irak.

Berbagai acara ritual mengenang kematian al-Husain bin Ali bin Abi Thalib digelar di seluruh penjuru Irak dan Iran, dengan beragam cara. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang sengaja memukul-mukul dada dan melukai tubuh mereka sendiri sampai berdarah-darah, sambil meraung-raung, berteriak-teriak menyebut nama cucu Nabi itu.

Cara ini dilakukan guna ikut mengalami penderitaan al-Husein itu yang tak terkirakan. Para pengikut Ali (Syi’ah Ali) di berbagai negara, memperingati hari Asyura selama 10 hari, sejak tanggal 1 hingga tanggal 10 Muharram. Selama itu, bendera hitam setengah tiang dikibarkan. Selain peringatan tanggal 10 muharram itu, mereka juga menyelenggarakan upacara perkabungan selama 40 hari.

Bersambung ke bagian 3.

AL/IslamIndonesia/Sumber/Foto utama: Lukisan karya Hassan Rouh al-Amin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *