Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 12 March 2020

Kolom Hertasning Ichlas: Pengurungan Sosial di Italia dan Pelajaran bagi Penduduk Dunia (Mengenai Virus Corona)


islamindonesia.id – Kolom Hertasning Ichlas: Pengurungan Sosial di Italia dan Pelajaran bagi Penduduk Dunia (Mengenai Virus Corona)

Pengurungan Sosial di Itali dan Pelajaran bagi Penduduk Dunia

Oleh Hertasning Ichlas | Mahasiswa doktoral di jurusan Anthropology and Development Studies: Field Areas; Agrarian, Food and Environmental Studies, International Institute of Social Studies (ISS), Belanda

Warga Eropa terbelalak melihat social lockdown (pengurungan diri) di Italia. Mereka mulai berkesimpulan apa yang terjadi di Italia jika situasinya akan terus seperti ini akan terjadi di Eropa dan AS hanya dalam hitungan pekan.

Italia negara di Eropa yang paling parah terkena virus Corona. Sementara ini ada 12.462 kasus penderita virus Corona dengan kematian 827 orang.

Di Belanda misalnya, jumlah orang yang terkena virus naik secara eksponensial dari 7 orang 2 pekan lalu, kini lebih 400 orang. Setiap harinya jumlah penderita naik sekitar 50-100 orang.

Italia telah memutuskan social lockdown dan perdana menteri mereka mengatakan tak ada waktu lagi buat mereka jika jumlah penderita terus bertambah sistem di Italia akan ambruk.

Rumah sakit di Lombardy misalnya sudah kehabisan ruang ICU dan terpaksa menggelar unit ICU di selasar rumah sakit. Sejumlah dokter dan suster telah ikut tertular virus.

Apa yang paling gelap adalah cerita ketika dokter di Italia mulai memutuskan mana pasien yang hidup dan dibiarkan mati seperti zaman perang sebab jumlah pasien terus berdatangan ke ruang gawat darurat bukan lagi orang tua tapi pasien usia muda dan terlihat kuat tanpa simptom dan tahu sebelumnya bahwa mereka tertular.

Enam puluh juta orang di Italia sepekan lalu tak pernah membayangkan bahwa mereka akan mengalami pengurungan sosial sebab virus Corona.

Pesan dari Italia kepada dunia sangat jelas. Jangan panik tapi jangan pernah jumawa dan sok menganggap enteng wabah ini.

Cara satu-satunya adalah bersikap transparan. Sediakan protokol menghadapi virus ini di ruang publik: pasar, kantor pemerintah, sekolah, dan melalui media massa.

Sediakan informasi dan pemahaman terhadap masalah kepada warga sejelas-jelasnya dan sesederhana mungkin. Jangan heran, kemampuan ini justru sering kali sulit dilakukan oleh pejabat pemerintah yang tidak terbiasa melayani publik dengan benar dan terbiasa di lingkungan yang korup.

Persiapkan simulasi penanganan korban untuk tahu seberapa siap kapasitas rumah sakit, dokter, tenaga medis dan peralatan saat situasi memburuk.

Bagi warga, ubah gaya hidup: kurangi bahkan hindari kerja di kantor, interaksi sosial, bahkan jika diperlukan pelarangan bersekolah. Di Belanda, salah satu protokol sosialnya tidak lagi bersalaman untuk sementara waktu padahal orang Belanda suka bersalaman!

Betul, korban Corona dapat pulih dan kembali sehat dan tingkat kematiannya masih di kisaran 2-3 persen. Tapi itu baru separuh dari kebenaran. Belajarlah dari kasus Italia: yang justru mematikan adalah cara dan kapasitas pemerintah menangani masalah ini.

Perdana Menteri Jerman berdasarkan simulasi dan masukan ahli sudah membayangkan akan menghadapi kenyataan 60-70% penduduk dunia akan tertular jika keadaan masih seperti ini: tidak tersedianya vaksin imunitas untuk virus tersebut.

Selalu penting untuk bersikap tenang tapi melihat apa yang terjadi kita (pemerintah terutama!) perlu membayangkan apa yang paling buruk yang bisa terjadi tidak untuk pasrah tapi untuk tahu bagaimana memperjuangkan keselamatan warga dan mengurangi dampak terburuk dan berhenti menyembunyikan masalah di bawah karpet.

Sikap bertanggung jawab seperti itu adalah sebenar-benarnya tindakan sabar dan doa terbaik.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Antonio Masiello/Getty Images

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *