Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 09 January 2021

Kolom Faqry Fakhry – Singularitas: Dari Stephen Hawking hingga Mulla Sadra


islamindonesia.id – Kolom Faqry Fakhry – Singularitas: Dari Stephen Hawking hingga Mulla Sadra

Singularitas: Dari Stephen Hawking hingga Mulla Sadra

Oleh Faqry Fakhry | Muhib di jalan menuju Mahbub

Singularitas

Oleh Marie Howe

(setelah Stephen Hawking)

Apakah kadang kau ingin bangun dalam singularitas (ketunggalan) kita dulu?

tiada yang begitu menyatu, tiada yang membutuhkan tempat tidur, atau makanan atau uang –

tiada yang bersembunyi di kamar mandi sekolah atau telantar di rumah sendirian

membuka laci di mana pil disimpan.

Di mana setiap atom milik saya, adalah juga milik Anda. Ingat? Tak ada alam. Tak mereka. Tak ada tes untuk tentukan apakah gajah bersedih karena anaknya atau jika

terumbu karang merasakan kesakitan. Lautan penuh sampah tak bicara bahasa Inggris atau Farsi atau Prancis;

apakah kita bisa bangun dengan apa adanya – saat kita di lautan dan sebelum itu ketika langit adalah bumi, dan hewan adalah energi, dan karang masih berupa cairan dan bintang adalah ruang dan ruang

–  sama sekali tiada

sebelum kita percaya bahwa manusia begitu penting sebelum kesepian yang mengerikan ini.

Bisakah molekul mengingatnya? dia apa dulu? sebelum terjadi sesuatu?

Tak ada, tak ada saya, tak ada kami, tak seorang pun. Tidak ada. Tidak ada kata kerja kata benda hanya titik kecil yang penuh dengan

ada ada ada 

Semuanya kembali berada di rumah.

Meski singularitas Stephen Hawking terkait dengan alam fisik, puisi di atas ini bisa sepenuhnya dimaknai sebagai wahdah al-wujud. Sebetulnya, kapan saja, pada hakikatnya segala sesuatu itu singular (wahdah). Dalam bahasa filsafat disebut basith. Terjemahannya “simpel”, tapi maksudnya “tak terbagi-bagi” (indivisible).

Kenyataan kemajemukan segala sesuatu itu sebetulnya bisa dibilang maya. Dalam bahasa filsafat disebut i’tibari (seolah-olah). Yakni seolah-olah majemuk. Kalau mau ditempatkan dalam garis waktu, inilah masa sebelum penciptaan. Sebelum tajalii atau ta’ayyun Ilahi.

Ketika seperti dikatakan dalam hadis qudsiy: Ada masa di mana Aku ada dan tak ada apa pun selain-Ku.

Atau masa al-Kanz, sebelum penciptaan. Ketika Allah menyebut, Kuntu kanzan makhfiyan (Awalnya aku adalah perbendaharaan tersembunyi). Di waktu sarmad (waktu Allah), yang di dalamnya titik azali dan abadi adalah satu….

Dalam prinsip filsafat Sadrian, ini disebut basith al-haqiqah kullu syai’ (Singularitas hakikat mencakup segala sesuatu).

Dalam kaitan ini menarik ketika Imam Ali as menyatakan:

 قال الإمام علي عليه السلام بأن “كل ما في الكتب المنزلة، فهو في القرآن ، و كل ما في القرآن فهو في الفاتحة، و كل ما في الفاتحة فهو في (بسم الله الرحمن الرحيم) و كل ما في (بسم الله الرحمن الرحيم) في الباء، و كل ما في الباء في النقطة، و أنا النقطة تحت الباء”.

“Semua yang ada dalam kitab-kitab yang diturunkan (Allah) ada dalam Alquran. Semua yang ada dalam Alquran ada dalam al-Fatihah. Semua yang ada dalam al-Fatihah ada dalam Bismillah. Semua yang ada dalam Bismillah ada dalam huruf ب, dan aku adalah titik dari ب itu.”

Nabi saw dalam nurnya merepresentasikan keserupaan dengan Allah (dia mitsluH seperti disebut dalam ayat laysa ka mitsl-Hi syai’). Yakni dalam martabat Ahadiyah, bukan Dzat. Mungkin, terkait ucapan Imam Ali di atas, ini berarti setingkat dengan Alquran.

Sedangkan Imam Ali mirip dengan Nabi saw, melaui transmisi nurnya saw kepada beliau mirip Nabi. Yang menarik, Imam Ali tidak bilang dirinya setingkat bismillah – yang mencakup seluruh Alquran – bahkan tidak setingkat ب, melainkan titik dalam ب….

Allah dalam martabat Ahadiyah itulah yang bisa dipahami sebagai Singularitas yang diungkapkan dalam puisi di awal. Meski, sekali lagi, Singularitasnya Hawking adalah Singularitas alam fisik. Tapi berbagai tingkatan alam itu, dalam wahdah al-wujud, saling mencerminkan satu sama lain.

Maka alam fisik pun sebetulnya mencerminkan alam ruhani juga. Dengan demikian, puisi yang dipersembahkan untuk Stephen Hawking itu sebenarnya juga mencerminkan alam ruhani…. []

PH/IslamIndonesia/Foto utama: UCSF

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *