Satu Islam Untuk Semua

Monday, 10 October 2022

Kolom – Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K): Pengalaman Ruhaniah


Islamindonesia.id – Kolom Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K): Pengalaman Ruhaniah

Pengalaman Ruhaniah

Oleh : Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K)

Menyampaikan suatu  pengalaman yang lahiriah tidak terlalu sulit untuk dilakukan.

Menceritakan peristiwa yang kita alami berdasarkan fakta, dengan data yang ada.

Seperti menyampaikan berita di berbagai media, yang berisi fakta maupun sedikit opini, berdasarkan data yang terkumpul, baik data tentang subyek, obyek, waktu, dan tempat kejadian.

Para wartawan sangat ahli dalam bidang tersebut.

Pengalaman batiniah, berupa emosi, cinta, kesedihan, kegembiraan, kebencian, kemarahan dan yang lain, lebih sulit untuk disampaikan.

Para sastrawan lebih ahli dalam menyampaikan pengalaman batin seperti ini dalam bentuk karya sastra berupa puisi, novel, syair, pantun, drama, film dan yang lain.

Menyampaikan pengalaman batin ini tidak mudah.

Tidak semua orang dapat menuliskan dan mengutarakan emosi, cinta, kesedihan, kegembiraan serta perasaan lain, yang tidak hanya sekedar melibatkan fakta dan data saja.

Ada pemilihan kata yang tepat, penggabungan kata yang indah, penyusunan kalimat yang membangkitkan emosi, agar pengalaman batin tersebut bisa sampai kepada orang lain.

Orang yang membaca karya sastra tidak seperti membaca berita.

Mereka akan terlarut dan merasakan pengalaman batin penulisnya.

Meskipun mendalam dan bersifat batiniah, pengalaman ini masih bisa disampaikan oleh penulisnya dan masih bisa dipahami dan dirasakan oleh orang lain yang membacanya.

Ada lagi pengalaman yang lebih tinggi yaitu pengalaman spiritual atau ruhaniah.

Pengalaman ini sangat sulit diutarakan, dan bila dicoba untuk disampaikan menjadi sangat sulit dipahami.

Pengalaman lahiriah berdimensi fisik, sedangkan pengalaman batiniah berdimensi psikis.

Keduanya masih dalam jangkauan kerja otak kita.

Pengalaman tersebut merupakan proses biokimia dan bioelektrik di dalam otak kita.

Namun akal kita tak hanya terbatas pada hasil kerja otak kita saja, melainkan ada juga sesuatu hal yang lebih tinggi yang berada di luar diri kita.

Momen ketika kita menerima sesuatu hal dari luar diri kita itulah yang disebut sebagai pengalaman spiritual.

Pengalaman spiritual itu berasal dari ruh kita, yang terhubung  langsung dengan Tuhan.

Karena itu disebut juga sebagai pengalaman ruhaniah.

Ruh ini berbeda dengan unsur fisik maupun unsur batin manusia, karena berasal dari Tuhan secara langsung.

Dan telah Ku-tiupkan ke dalam jasadnya Ruh-Ku” (QS. 15:29)

Pengalaman ruhaniah ini adalah pengalaman bersama Tuhan Yang Maha Tak Terbatas, karena itu pengalamannya juga tak terbatas, sangat indah dan sangat menakjubkan, sehingga sangat sulit untuk dijelaskan dan disampaikan kepada orang lain yang belum mengalaminya.

Pengalaman ruhaniah ini baru bisa dirasakan dan dipahami maknanya ketika mengalaminya sendiri.

Bagaimana mungkin kita menyampaikan suatu pengalaman yang tak terbatas dengan bahasa manusia yang sangat terbatas.

Ruang dan waktu tidak berlaku pada pengalaman ruhani ini, kita bisa sekaligus berada di tempat yang berbeda atau berpindah dalam waktu sekejap, dan semua hal yang tak terbayangkan dan tak mungkin bisa terjadi di alam dunia, bisa terwujud di sini.

Orang yang sudah memperoleh pengalaman ruhaniah itu sebagian besar tidak mampu menyampaikan pengalamannya kepada orang lain yang awam.

Kalau dipaksakan dan disampaikan kepada awam mungkin dia akan dituduh sebagai orang yang gila, sesat dan yang lain.

Hanya segelintir orang yang mampu menyampaikan pengalaman ruhaniah ini, yaitu para nabi, para wali dan arifin.

Itupun harus dengan menurunkan martabat pengalaman tersebut, dengan bahasa, simbol dan kata yang dapat dipahami oleh awam.

Analoginya seperti seorang anak kecil, yang belum memahami bahasa orang dewasa, sehingga kalau menjelaskan kepada anak harus menggunakan bahasa dan simbol anak juga, tidak menggunakan bahasa yang abstrak.

Demikian tak terbatas dan menakjubkan pengalaman ruhaniah ini, sehingga untuk menggambarkannya tidak bisa dengan gambaran alam inderawi yang terbatas di dunia ini, melainkan dengan simbol-simbol dan perumpamaan.

Kitab suci yang merupakan wahyu kepada nabi, banyak mengandung simbol-simbol seperti ini.

Simbol tersebut mengandung makna lahiriah, makna batiniah, dan makna ruhaniah yang dalam dan berlapis lapis.

AL/IslamIndonesia/Featured Image: saidmuniruddin.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *