Satu Islam Untuk Semua

Monday, 05 September 2022

Kolom Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K): Kenangan


islamindonesia.id – Kolom Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K): Kenangan

Kenangan

Oleh Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K)

Kita akan merasakan kenangan yang mendalam, indah, terbaik, dan membangkitkan kerinduan ketika seseorang telah meninggalkan kita. Peristiwa biasa yang dialami saat mereka masih hidup menjadi luar biasa saat kita kenang, saat mereka sudah tiada.

Mengenang orang tercinta yang sudah mendahului kita, bukanlah suatu hal yang negatif, bahkan bisa membangkitkan energi positif dan makin mendekatkan kita kepada Tuhan.

Kita sering mendengar anjuran, “Sudah, yang lalu sudah berlalu, dilupakan saja, tidak baik mengenang orang yang sudah tidak ada.”

Menurutku pernyataan itu sangat tidak sesuai, paling tidak untuk diriku sendiri. Bagiku mengenang orang yang paling aku cintai, saat sendiri atau bersama keluarga, merupakan energi positif, dan merupakan suatu rekreasi tersendiri. Biasanya setelah itu aku merasa lebih bahagia, lebih lega, lebih kuat, dan lebih dekat kepada Tuhan.

Memang menangisi dan menyesali secara berlebihan orang yang sudah meninggal tidak baik, karena bisa mengganggu mental kita. Tapi mengenang orang yang paling kita cintai, dengan kenangan manis, kebaikan mereka, cinta mereka kepada kita, cinta kita kepada mereka, pengorbanan mereka, dan kegigihan serta perjuangan mereka, merupakan hal yang sangat baik.

Mereka masih ada di antara kita, bahkan lebih hidup dari kita di alam yang lebih tinggi. Kita selalu bisa berhubungan dengan mereka melalui doa, ziarah, mimpi, dan juga kenangan yang baik.

Salah satu kenangan yang paling terasa tentang ayahku adalah doa terus-menerus untuk kebahagiaan anaknya. Ketika beliau sudah tidak bisa mengingat lagi—bahkan lupa kepada keluarga karena menderita Alzheimer—aku masih sering mendengar bibirnya menggumamkan doa agar aku tetap diberi kekuatan agar bisa menjadi doktor.

Ketika itu aku mengalami masa jenuh untuk melanjutkan studi S3 yang sudah cukup lama kuikuti tapi tidak kunjung selesai, sampai meninggalnya ayahku. Itu merupakan hal yang sangat aku sesali.

Ketika Ayah telah meninggal, kenangan tentangnya demikian besar, yaitu saat beliau masih berdoa meskipun sudah tidak ingat hal yang lain sampai akhir hayatnya. Demikian besar cintanya kepada kami, anak-anaknya. Kenangan itulah yang sering terbawa dalam mimpiku, dan menguatkan diriku untuk menyelesaikan program doktoralku hingga selesai.

Ibuku yang banyak orang sering memanggilnya “Umik” atau “Kak Mun”, meninggalkan kenangan yang sangat mendalam. Ibu yang luar biasa mencintai anak cucunya. Semasa hidupnya, tidak ada hal yang paling membuat beliau bahagia kecuali berkumpul bersama anak cucu.

Ketika belum punya rumah sendiri, setiap kali bertemu orang yang terdekat, beliau selalu minta didoakan agar bisa memiliki rumah yang sangat didambakannya.

Akhirnya, berkat karunia-Nya aku bisa membangunkan rumah untuk orang-orang yang paling aku cintai: Ibu, Ayah, Istri, dan anak-anakku.

Sayangnya ayahku tidak sempat menempati rumah tersebut. Sementara ibuku sempat menikmati rumah itu selama enam bulan, sebelum meninggal. Sampai sekarang kamar beliau tidak diganggu dan tetap dipertahankan seperti semula, untuk mempertahankan kenangan tentang beliau.

Aku masih belum sempat membahagiakan Ibu, Ayah, maupun istriku. Utangku kepada mereka terlampau besar.

Tak terhitung banyaknya kenangan lain tentang mereka tercinta, yang kadang membuat air mata menetes atau malah tersenyum, namun semuanya memberikan energi positif dan makin mendekatkan diriku kepada-Nya.

Nabi Muhammad juga sering mengenang orang yang dicintainya, kadang sampai meneteskan air mata, atau tersenyum bila mengenang hal yang bahagia. Beliau pernah mengungkapkan kenangan tentang ibundanya Aminah, kakeknya Abdul Muthalib, pamannya Abu Thalib, dan istri tercintanya Khadijah dengan penuh perasaan.

Kenanglah selalu orang yang kita cintai, jangan lupakan mereka sedikitpun. Melupakan mereka membuat hubungan kita terputus dengan mereka, dan membuat hati kita menjadi gersang dan keras. Wallahualam.

PH/IslamIndonesia/Foto: Dok. Pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *