Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 07 March 2020

Kolom Adillah Toha: Memahami Agama


islamindonesia.id – Kolom Adillah Toha: Memahami Agama

Memahami Agama

Oleh Abdillah Toha | Pemerhati Sosial, Politik, dan Keagamaan

Rangkaian 13 cuitan saya hari ini di twitter dalam rangka mencoba menyebarkan cara berpikir agama yang sehat:

Agama itu bukan untuk memikirkan (zat) Sang Pencipta (Al- Khaliq) tetapi perilaku dan pikiran  kita tentang yang dicipta (makhluk).

Agama bukan pada saat melaksanakan ritual ibadah tetapi perilaku kita setelahnya.

Agama bukan tujuan akhir tapi sarana untuk mencapai tujuan akhir, kedekatan dengan-Nya.

Kamu bukan Muslim bila mencuri, membunuh, korupsi, menindas, menzalimi, memaksa, memfitnah, memaki, menghina, dan melukai hati orang, meski kau shalat 1000 kali sehari, haji, puasa, umroh, dan rajin ke pengajian.

Kufur atau dalam keadaan kafir itu ketika menolak iman yang sebenarnya telah diyakini kebenarannya, karena gengsi, jabatan, atau lainnya.

Sebaliknya, Muslim juga bisa menjadi kafir ketika tak bersyukur kepada-Nya dan mengaku semua kenikmatan hanya berasal dari jerih payahnya sendiri.

Bersyukur itu bukan hanya dengan mengucap atau beribadah banyak tapi juga yang lebih utama membagi sebagian nikmat yang kita raih kepada yang lebih membutuhkan. Juga dengan tidak merusak tetapi memelihara, mengembangkan, dan menjaga kelestarian alam bagi hari depan kesejahteraan anak cucu manusia.

Agama diturunkan buat kehidupan di dunia, bukan di akhirat. Di akhirat tidak ada agama.

Maksudnya, agama untuk mengatur kehidupan yang baik di dunia yang diharapkan berlanjut di akhirat. Bila kita baik di sini akan baik di akhirat. Sebaliknya bila busuk Allah akan punya perhitungan lain.

Jihad yang lebih utama adalah jihad melawan hawa nafsu, bukan perang. Perang dalam Islam hanya boleh dalam rangka membela diri setelah semua upaya damai dilakukan. Jihad lawan nafsu pun berlaku dalam perang dengan tidak membunuh musuh karena benci. Musuh kita bisa jadi adalah korban  kebodohannya.

Agama punya dua sisi. Sisi lahir dan batin. Sisi lahir diatur oleh Syariah dan sisi batin adalah upaya mendekatkan diri kepada Sang Kekasih.

Mencintai Allah adalah mencintai makhluk ciptaan-Nya, siapa dan apapun dia. Orang beragama hanya boleh membenci perbuatan buruknya, bukan pelakunya.

Yang kembali ke sorga-Nya dengan ridha-Nya adalah mereka yang berjiwa tenang (nafs muthmainnah) (QS 89: 27-28) dan berhati bersih (qolbun saliim) (QS 26: 88-89)

Jiwa yang tenang adalah yang damai dengan dirinya dan dengan lingkungannya.

Hati yang selamat adalah yang bersih dari keangkuhan dan kebusukan.

Para Nabi dan Rasul diutus Allah untuk menyampaikan peringatan dan kabar gembira. Tidak ada paksaan dalam beragama.

Utusan Allah itu tak akan dimintai pertanggungan jawab bila gagal meyakinkan umatnya untuk beragama.

Karenanya jangan kita sok mau memaksa orang mengikuti keyakinan kita.

Allah menjamin terjaganya teks Alquran tetap sama sampai akhir zaman. Tafsir dan makna teks bisa berkembang sesuai zaman dan kemajuan pengetahuan. Ayat yang dahulu dipahami tertentu bisa berubah karena pengetahuan baru manusia. Quran berkali-kali minta kita menggunakan akal untuk memahaminya.

Karena itu jangan sekali-sekali mengklaim pemahaman kita paling benar dan yang lain sesat. Sikap seperti itu berarti Anda mengaku diri sebagai Tuhan karena hanya Tuhan yang paling tahu makna sebenarnya.

Ulama-ulama besar selalu mengakhiri opini dan fatwanya dengan wallahu alam, artinya Allah lebih tahu.

Saat Nabi ditanya siapakah manusia terbaik, jawab beliau, manusia yang paling baik bagi manusia lain (bukan hanya Muslim).

Artinya manusia yang menghibur, menyenangkan, menolong, membagi ilmunya bagi yang lain, bukan yang marah-marah, menghasut, memprovokasi, menyudutkan, ngajak berkelahi.

Agama diturunkan Allah demi kebaikan manusia. Menyembah dan memuja Allah juga untuk kepentingan kita. Allah tidak butuh apa-apa dari kita.

Pemahaman dan praktik agama yang keliru bisa menimbulkan kerusakan lebih besar dibanding tidak beragama. Sejarah manusia telah membuktikan semua itu.

*Catatan redaksi: Karena sumber tulisan ini berasal dari Twitter yang ruang tulisnya terbatas, maka untuk kepentingan penyajian, redaksi telah mengedit tulisan ini tanpa mengubah makna aslinya.

PH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *