Kolom – Abdillah Toha: DZAUQ

islamindonesia.id – Kolom Abdillah Toha: DZAUQ
Nilai tertinggi dalam Islam secara berurutan adalah Iman, Akhlak, baru kemudian Ilmu dan Amal. Tapi diantara akhlak dan ilmu ada yang dinamakan Dzauq atau Dzawq.
Sulit didefinisikan, namun inilah diantara sifat yang dimiliki golongan ‘arifin yang bisa mencapai maqam ma’rifatullah.
Dalam bahasa Indonesia barangkali arti dzauq yang paling mendekati benar adalah cita rasa atau selera. Seniman dan artis yang baik harus punya cita rasa (dhauq) yang tinggi dan tajam. Tanpa itu dia tak akan mampu menuangkan imaginasinya ke dalam kata-kata, atau gambaran.
Batas antara akhlak dan dzauq memang tipis tapi bisa dibedakan. Sebagai contoh: memenuhi janji untuk bertemu seseorang tepat waktu adalah akhlak, tapi ketika ia datang terlalu dini dari waktu yang disepakati saat tuan rumah belum siap menerimanya, adalah absennya dhauq.
Absennya dzauq juga ketika kita bertamu di saat jam makan atau tidur tanpa membuat janji sebelumnya.
Diantara ciri-ciri orang yang memiliki dzauq dalam pergaulan sehari-hari antara lain adalah:
Peka terhadap segala sesuatu yang ada di sekelilingnya
Menaruh segala sesuatu ditempatnya yang pas
Bersih dan berselera bagus (bukan mahal) sehingga tidak mengganggu kenyamanan pandangan, pendengaran, atau penciuman orang lain
Bisa mengukur diri dan tidak sok paling tahu
Menghormati kerahasiaan dan kesendirian (privacy) orang lain
Ketika bertamu, tahu saat datang dan tahu waktu pulang
Ketika berbicara, tahu saat mulai dan tahu saat berhenti
Ketika berbeda pendapat atau mengeritik, tidak menyasar kepada pribadi lawan bicara tetapi kepada substansi pembicaraan
Ketika memberi tidak merasa bangga
Ketika menerima pemberian tidak melihat nilainya
Ketika makan bersama tidak berlebihan dan menyisakan bagian orang lain
Ketika berada di wilayah orang, menyesuaikan diri dengan adat dan norma setempat
Ketika beribadah merendahkan diri dihadapanNya dan tidak pamer dan ujub
Ketika memutuskan sebuah perkara, mengambil jalan yang paling adil
Ketika berbicara tidak berteriak tetapi juga tidak terlalu lembut sehingga tetap terdengar dengan jelas oleh lawan bicaranya
Ketika berpakaian menutup auratnya dengan sopan
Ketika berjalan melihat lurus ke depan
Tertawa dan bercanda pada tempat dan waktu yang tepat
Mampu membedakan yang indah dari yang buruk dan sebaliknya
Tidak bicara rahasia dengan berbisik di hadapan orang lain
Tidak memotong pembicaraan seseorang yang sedang menjelaskan sesuatu kepada kita.
Tidak berbicara terlalu panjang sehingga seakan hanya mau didengarkan tapi tak mau mendengarkan
Dan banyak lagi…
Dzauq adalah juga sebuah konsep dalam tasawuf. Dalam tasawuf, dzauq diartikan sebagai kondisi merasakan (kenikmatan) pengetahuan atau pengalaman spiritual.
Kita tidak bisa merasakan keesaan Tuhan hanya dengan menyebut kalimat Tauhid, tapi harus mengalaminya melalui proses dzauq. Seperti juga kita tidak bisa merasakan manisnya gula hanya dengan menyebut kata “gula”.
Dzauq dalam arti yang lebih dalam itu adalah atribut yang menuntun kita ke jalan ma’rifah Allah, karena sumber dzauq adalah ilmu, akhlak, dan hati yang bersih.
Dzauq membawa para Arifin Billah mampu menembus berlapis hijab antara makhluk dan Khaliknya.
Mudah-mudahan Allah SWT menuntun kita untuk mencapai akhlak yang mulia, Ilmu yang tinggi dan bermanfaat, serta Dzauq yang tajam. Amin.
AL/IslamIndonesia/Foto: fin.co.id
Leave a Reply