Satu Islam Untuk Semua

Friday, 26 August 2022

Kolom Abdillah Toha: Barokah


islamindonesia.id – Kolom Abdillah Toha: Barokah

Barokah

Oleh Abdillah Toha | Pemerhati Sosial, Politik, dan Keagamaan

Ketika menanggapi komentar saya yang memuji keluasan wawasannya, Habib Ali al-Jufri dalam sebuah seminar di Jakarta kemarin mengatakan bahwa, semua yang telah dicapainya adalah barokah dari gurunya, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf; kepada siapa dia berguru, berkhidmat, bahkan sampai membawakan sandalnya ke mana-mana.

Kepercayaan seperti itu memang sudah menjadi tradisi yang sampai sekarang diyakini kebenarannya di kalangan habaib Hadramaut dan pesuluk tasawuf.

Bahkan hadir dalam majelis apapun, termasuk majelis ilmu bersama auliya dan salihin, dipercaya akan membawa barokah, meski kita tidak paham apa yang disampaikan dalam majelis itu. Benarkah semua itu?

Tentu saja bergaul dengan, apalagi mencintai orang baik, akan sangat berpengaruh pada karakter kita. Begitu pula sebaliknya, ketika mengagumi atau bergaul dengan orang yang tidak terpuji, karakternya akan berpengaruh pada kita.

Tetapi ketika kita bergaul dengan mereka tapi gagal meresapi ilmunya, keuntungan atau barokah apa yang kita peroleh darinya? Bisa jadi kita hanya kebagian gaya sang guru, cara berpakaiannya, serta hal-hal lain yang superfisial dari sang guru.

Dalam tradisi tasawuf, ilmu dipercaya dapat ditransmisikan melalui barokah dari sang mursyid kepada muridnya. Tempat yang diberkati antara lain disebutkan di dalam ayat tentang Isra dan Mi’raj, yaitu daerah sekitar perjalanan Nabi. Waktu yang diberkati disebutkan di dalam ayat tentang saat diturunkannya wahyu Allah. Ada pula tentang pohon yang diberkati seperti disebut dalam ayat tentang Nur Ilahi. Kitab suci Alquran juga merupakan barokah dari Allah bagi yang membaca dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.

Namun bila kita perhatikan ayat ini, barokah adalah sebuah konsep yang jauh lebih luas:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS al-A’raf [7]: 96)

Dari pemahaman ayat tersebut, maka barokah dapat dikategorikan menjadi dua. Barokatus sama’ (بركة السماء) dan barokatul ardl (بركة الأرض).

Barokatus sama’ yaitu segala macam karunia Allah Swt. yang datang dari arah langit, misalkan hujan. Namun dalam penafsiran lain barokah langit dapat dimaknai dengan segala macam karunia yang telah ditetapkan oleh Allah Swt., seperti keimanan, ketenangan hati, kebahagiaan, keselamatan, dan segala macam yang telah ditakdirkan Allah Swt. sejak zaman azali, termasuk di dalamnya adalah umur, rezeki, jodoh, dan maut.

Sedangkan barokatul ardl  yang secara bahasa dapat diartikan dengan berkah dunia (bumi), adalah segala macam karunia Allah Swt. yang berasal dari perut bumi seperti buah-buahan, binatang ternak, tambang, lautan dan isinya, dan lain sebagainya.

Barokatul ardl dapat juga dimaknai karunia Allah Swt. yang diberikan kepada manusia melalui usaha yang dilakukannya. Perlu digarisbawahi bahwa usaha di sini maksudnya seperti hasil panen, olahan sumber daya alam, dan sebagainya.

Begitu luasnya makna barokah jika dipahami secara benar, sehingga selalu diikutsertakan dalam kalimat salam, sebagai do’a sekaligus menjadi identitas pembeda antara umat Islam dengan umat lainnya. Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh (semoga keselamatan, rahmat, dan barokah Allah selalu dikaruniakan kepada kalian semua).

Dalam kitab al-Futuhatul Ilahiyyah dikatakan bahwa, barokah adalah segala kebaikan yang datang dari Allah. Maka orang yang mengharap berkah (tabarrukan) adalah orang yang menengadah dan menunggu kebaikan dari Allah Yang Maha Kuasa.

Asal makna barokah adalah tetapnya kebaikan yang datangnya dari Allah Swt. (kebaikan yang bersifat ilahiyah dan berasal dari-Nya). Barokah dikatakan sebagai ziyadatul khair, yaitu (karunia untuk menjadi) bertambahnya kebaikan.

Demikianlah makna sesungguhnya barokah, yaitu pemahaman akan adanya karunia dari Allah Swt., bukan dari yang lain. Namun demikian, barokah Allah hanya bisa datang melalui pihak ketiga. Barokah dari syeikh (guru) kepada muridnya; orang tua kepada anaknya; salihin kepada mereka yang mengikuti majelisnya; bahkan dari ziarah kubur (bagi yang percaya), karena para wali dan syuhada dipercaya masih hidup di dalam kuburnya.

Namun demikian, sumber dan asal barokah hanyalah dari Allah. Dalam doa kita sering membaca tabarakallah yang sering diartikan sebagai “Maha Suci Allah”, padahal itu juga sebenarnya merujuk kepada Allah sebagai sumber barokah.    

Allah memberikan barokah-Nya melalui orang, tempat, waktu tertentu, atau bahkan melalui tumbuhan.

Barokah adalah kebaikan yang berkesinambungan. Tidak harus banyak tetapi akan langgeng dan berkembang menjadi banyak. Rezeki yang diberkati tidak harus dalam kuantitas banyak tetapi akan cukup dan mencukupi kebutuhan penerima dan kerabatnya. Pendek kata, barokah adalah sesuatu yang selalu diidam-idamkan oleh setiap insan beriman dalam bentuk harta, kesehatan, ketenangan jiwa, rezeki, ilmu, kecerdasan, atau kebaikan-kebaikan lainnya.

Barokah dalam harta bagaikan orang yang sedang berinvestasi. Ketika menanamkan modal hartanya akan berkurang. Tetapi dalam jangka waktu berikutnya ia akan tumbuh menjadi lebih besar. Begitu pula ketika bersedekah, harta kita berkurang namun akan mendatangkan barokah yang mengembalikan bahkan menambahnya hingga berlipat.

Barokah adalah karunia dari Allah yang membuat kita mampu untuk bertindak efisien dan efektif dengan akal dan upaya kita. Panjangnya hari bagi setiap orang sama, yakni 24 jam dengan waktu melek rata-rata 17 jam sehari. Namun dalam jangka waktu yang sama, orang yang meraih barokah akan dapat menyelesaikan tugas yang jauh lebih banyak dibanding orang lain.

Syarat bagi seseorang atau umat untuk meraih barokah adalah dengan iman dan takwa. Melihat kondisi umat Islam saat ini, kita patut bertanya apakah umat masih dilingkupi barokah dari Allah. Ataukah umat telah keliru dalam memberi makna yang benar tentang iman dan takwa? Wallah a’lam.[]

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Dok. Pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *