Satu Islam Untuk Semua

Monday, 24 March 2014

Bahagia Jadi Pelayan Tuhan


www.ibccogca.org

Tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan pula—Ar Rohman: 60

 

Beberapa waktu lalu, Kantor Kabinet Inggris telah melakukan survei antara berbagai pekerjaan dengan tingkat kebahagiaan hidup. Hasilnya, berdasarkan laporan BBC, pekerja bar dianggap sebagai profesi yang tidak membahagiakan diikuti oleh buruh bangunan dan penagih hutang.

Sementara itu, pekerja yang paling bahagia adalah para pendeta, diikuti petani dan instruktur kebugaran.

Melihat hasil ini, pemerintah Inggris pun kemudian memandang bahwa masyarakat perlu mengetahui hubungan antara gaji dengan kepuasaan hidup dalam kaitannya dengan karir.

Ya, uang atau besarnya gaji dan tingginya status karir seseorang, dewasa ini kadung dianggap sebagai penentu tingkat kebahagiaan seseorang. Hal ini ditandai dengan semakin tidak meratanya tingkat ekonomi seseorang, atau bisa dikatakan yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin.

Hasil survei kabinet itu menunjukkan bahwa antara pemasukan gaji dan kepuasan hidup memang memiliki hubungan. Namun, yang terlihat sejumlah pekerjaan bergaji tinggi dilakukan oleh orang yang justru memiliki tingkat kebahagiaan rendah, dan sebaliknya yang bergaji rendah dilakukan dengan kebahagiaan tinggi.

Misalnya saja meskipun gaji rata-rata surveyor sebesar £39.000 per tahun, profesi ini menduduki peringkat ke 41 dalam karir paling buruk dari 274 pekerjaan yang diteliti.

Rata-rata petani berpenghasilan £24.000, tetapi mereka menduduki peringkat kedelapan pada tingkat kebahagiaan.

Artinya, tingginya gaji seseorang tidak serta merta membuatnya bahagia. Bahkan, dalam hal ini, orang yang berhasil menduduki posisi teratas paling bahagia, justru mereka yang menjadi pelayan Tuhan.

Hasil survei ini jelas, mematahkan pendapat bahwa kebahagiaan hanya dimiliki oleh orang-orang yang berada di garis atas, para konglomerat. Sebaliknya, kebahagiaan merupakan hak setiap insan.

Sehingga, kebahagiaan tidak terbatas pada tingkat ekonomi, kedudukan, tingginya karir, atau banyaknya harta. Kebahagiaan akan hadir pada mereka yang (tidak melihat banyaknya harta yang dimiliki), namun “membuka” hatinya untuk menjadi bahagia. Mereka itu lah yang selalu mengucapkan “selamat datang kebahagiaan” dan menanamkannya erat di hati. Karena sesungguhnya, kebahagiaan ada di dalam sanubari setiap manusia.

Dan, pendeta atau pelayan Tuhan itu, bukankah bekerja sebagai penebar kebaikan untuk sesama makhluk? Ini, pun mengingatkan kita pada sabda Tuhan dalam Ar-Rohman ayat 60, tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan pula.

Begitu pun dengan pekerjaan lainnya. Selama kita berbuat baik, menebarkan kebaikan, dan berada di jalan Tuhan, bukan tidak mungkin jika kebaikan pula yang akan menghampiri kita, bukan? Dan, bukankah kebahagiaan merupakan percikan rahmat dari Dzat Pemiliki Rasa Bahagia?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *