Satu Islam Untuk Semua

Friday, 24 April 2020

Kisah Syahidnya Murid Pendeta yang Diriwayatkan oleh Rasulullah SAW


islamindonesia.id – Kisah Syahidnya Murid Pendeta yang Diriwayatkan oleh Rasulullah SAW

Dari Shuhaib RA, Rasulullah SAW bersabda:

Pada zaman dahulu ada seorang Raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah lanjut usia, dia berkata kepada Rajanya, “Sesungguhnya aku sekarang sudah lanjut usia. Oleh karena itu, perkenankanlah aku meminta kepada Tuan untuk mengirimkan seorang pemuda dan aku akan mengajarinya ilmu sihir.”

Raja itu pun mengirimkan seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir. Akan tetapi di tengah perjalanan ke tempat tukang sihir, dia bertemu dengan seorang Pendeta (ar-Rahib)[1], kemudian pemuda itu berhenti untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh Pendeta itu, oleh karena itu, dia terlambat datang ke tempat tukang sihir itu.

Ketika pemuda itu sampai ke tempat tukang sihir, maka pemuda itu dipukul. Kemudian dia mengadukan kepada Pendeta, dan si Pendeta itu berkata, “Apabila engkau takut terhadap tukang sihir itu, maka katakanlah bahwa keluargamu menahanmu, dan apabila engkau takut terhadap keluargamu maka katakanlah bahwa tukang sihir itu menahanmu.”

Suatu hari ketika dalam perjalanan, dijumpainya di tengah jalan seekor binatang yang sangat besar, sehingga orang-orang tidak berani meneruskan perjalanan. Pada saat itulah si pemuda berkata, “Nah, hari ini aku akan mengetahui ,tukang sihirkah yang lebih utama ataukah Pendeta?”

Pemuda itu mengambil batu seraya berkata, “Ya Allah, apabila ajaran Pendeta itu lebih Engkau sukai maka matikanlah binatang yang sangat besar itu agar orang-orang pun dapat meneruskan perjalanannya.”

Kemudian dia melemparkan batu itu, dan matilah binatang itu, sehingga orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanannya. Dia lalu mendatangi Pendeta itu dan menceritakan apa yang baru saja terjadi.

Pendeta itu berkata, “Wahai anakku, engkau sekarang lebih utama dariku karena engkau telah menguasai segala yang aku ketahui, dan ketahuilah, engkau nanti akan mendapat ujian; tetapi ingatlah, apabila engkau diuji, janganlah engkau menyebut-nyebut namaku.”

Setelah itu pemuda tadi dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang, dan berbagai jenis penyakit lain.

Tersebarlah berita, bahwa kawan Raja sakit mata hingga buta dan sudah diusahakan ke mana-mana tetapi belum juga sembuh. Kemudian datanglah dia kepada pemuda itu dengan membawa beraneka macam hadiah dan berkata, “Seandainya engkau dapat menyembuhkanku, akan kupenuhi semua permintaanmu.”

Pemuda itu menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan seseorang, tetapi yang menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Apabila engkau beriman kepada Allah Ta’ala niscaya aku akan berdoa kepada-Nya agar menyembuhkan penyakitmu.”

Maka berimanlah orang itu kepada Allah Ta’ala dan sembuhlah penyakitnya.

Orang itu datang ke tempat sang Raja dan duduk bersama sebagaimana biasanya, kemudian sang Raja bertanya kepadanya, “Siapakah yang menyembuhkan matamu itu?”

Dia menjawab, “Tuhanku.”

Sang Raja berkata, “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku?”

Dia menjawab, “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”

Maka Raja itu langsung menyiksanya sehingga orang itu menunjuk kepada pemuda tadi. Maka dipanggillah pemuda itu dan berkatalah sang Raja kepadanya, “Hai anakku, sihirmu sangat ampuh sehingga dapat menyembuhkan orang buta, penyakit belang, dan engkau bisa berbuat ini dan itu.”

Pemuda itu menjawab, “Sesungguhnnya yang bisa menyembuhkan hanya Allah Ta’ala.”

Maka disiksalah pemuda itu sehingga dia menunjuk kepada sang Pendeta, maka dipangillah Pendeta itu. Raja itupun berkata kepadanya, “Kembalilah engkau kepada agamamu semula.” Tetapi Pendeta itu tidak mau, kemudian Raja itu menyuruh untuk menggergajinya dari atas kepala, sehingga badannya terbelah dua.

Kemudian dipanggilah kawan Raja itu dan dikatakan kepadanya, “Kembalilah pada agamamu semula.” Tetapi orang itu tidak mau, dia pun digergaji dari atas kepala sampai badannya terbelah dua.

Kemudian dipanggillah pemuda itu. Raja itu kemudian berkata, “Kembalilah pada agamamu semula.” Tetapi pemuda itu menolak, kemudian dia diserahkan kepada pasukannya dan memerintahkan mereka untuk membawanya ke suatu gunung.

“Ketika sampai di puncak gunung, paksalah supaya dia kembali kepada agamanya semula. Bila tidak, lemparkan dia dari atas gunung biar mati.”

Pasukan itu pun membawa pemuda tadi ke puncak gunung, dan di sana pemuda itu berdoa, “Ya Allah, hindarkan aku dari kejahatan mereka sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki.” Kemudian bergoncanglah gunung itu sehingga pasukan tadi bergulingan dari atas gunung.

Pemuda itu mendatanginya, dan sang Raja bertanya keheranan, “Apa yang diperbuat oleh pasukan itu?”

Pemuda itu menjawab, “Allah Ta’ala telah menghindarkanku dari kejahatan mereka.”

Pemuda itu ditangkapnya dan diserahkan kembali kepada sekelompok pasukan yang lain, untuk membawa pemuda itu naik kapal, untuk menenggelamkannya di tengah lautan.

Pasukan itu membawanya naik kapal, kemudian pemuda itu berdoa, “Ya Allah, hindarkanlah aku dari kejahatan mereka sesuai dengan yang Engkau kehendaki.” Kemudian kapal itu terbalik dan tenggelamlah mereka.

Pemuda itupun kembali kepada sang Raja, dan sang Raja bertanya lagi keheranan, “Apakah yang diperbuat oleh pasukan itu?”

Pemuda itu menjawab, “Allah Ta’ala telah menghindarkan aku dari kejahatan mereka.”

Kemudian pemuda itu berkata kepada sang Raja, “Sesungguhnya engkau tidak akan bisa mematikanku sebelum engkau memenuhi permintaanku.”

Raja bertanya, “Apakah yang engkau inginkan?”

Pemuda itu menjawab, “Engkau harus mengumpulkan orang banyak dalam satu lapangan dan saliblah aku di atas sebuah tiang, kemudian ambillah anak panahku dari tempatnya serta letakkanlah pada busurnya, kemudian bacalah, ‘Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini,’ kemudian lepaskanlah anak panah itu ke arahku. Apabila engkau berbuat seperti itu, maka engkau akan berhasil membunuhku.”

Mendengar yang demikian, Raja itu mengumpulkan orang banyak di salah satu lapangan dan menyalib pemuda itu di atas tiang kemudian dia mengambil anak panah dari tempatnya dan diletakkan pada busurnya kemudian dia membaca, “Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini,” dan dilepaskanlah anak panah itu ke arah pelipisnya, kemudian pemuda itu meletakkan tangannya pada pelipis yang terluka, lalu dia pun mati.

Pada saat itu juga serentak orang-orang berkata, “Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu.”

Ada seseorang yang menyampaikan berita itu kepada sang Raja seraya berkata, “Tahukah engkau, apa yang engkau khawatirkan sekarang telah menjadi kenyataan. Demi Allah, kekhawatiranmu tidak ada gunanya sama sekali karena orang-orang sudah beriman.”

Kemudian Raja itu memerintahkan membuat parit yang besar pada setiap persimpangan jalan, di dalamnya dinyalakan api, kemudian memerintahkan kepada siapa saja yang tidak mau kembali pada agama semula, maka akan dilemparkan ke dalam parit.

Perintah itu dilaksanakan. Ada seorang wanita yang berpegang teguh pada agama yang hak, namun dia membawa bayinya dan merasa sangat kasihan kepada anaknya kalau dia beserta anaknya masuk ke dalam parit, akan tetapi bayi itu berkata, “Wahai ibu, bersabarlah, karena engkau berada dalam kebenaran.” (HR. Muslim)

*Dikutip dari Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, Bab Kitab Tentang Sabar, Hadis No.6

Catatan Kaki:


[1] Pada masa itu, yang dimaksud dengan kata ar-rahib atau Pendeta, adalah Pendeta yang masih kuat memegang ajaran Tauhid dan menyembah Allah SWT.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: envisionworship

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *